Mohon tunggu...
Mithaqul Risnitasari
Mithaqul Risnitasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - haiiiii

enjoyyyy

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Opini: Perubahan sosial dan Budaya Petani Kakao di Kecamatan Lilirilau

6 Desember 2021   15:53 Diperbarui: 6 Desember 2021   16:18 353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

OPINI- Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam, terutama pada komoditas perkebunannya yang setiap tahun memiliki perkembangan yang sangat pesat. 

Salah satunya adalah Kakao atau yang biasa dikenal masyarakat indonesia dengan sebutan coklat. Kakao adalah salah satu tanaman dengan popularitas tinggi dan bernilai tinggi. 

Kakao biasa diolah pada bagian bijinya dengan cara di fermentasi terlebih dahulu. Pengolahan Kakao tidak bisa dilakukan tanpa bantuan dari petani Kakao.

Petani merupakan orang yang sangat berperan penting dalam menjalankan pertanian utamanya di komuditi Kakao ini. Perkembangan petani kakao di Indonesia sangat terlihat jelas, karena Kakao merupakan salah satu komoditas yang mempunyai daya minat tinggi. 

Jadi, mau tidak mau petani kakao harus menujukkan eksistensinya agar permintaan kakao tidak menurun tetapi terus meningkat. Perkembangan  dan perubahan sosial petani tidak luput dari banyaknya faktor internal dan eksternal yang melatarbelakanginya.

Perubahan sosial sendiri merupakan perubahan fungsi kebudayaan dan perilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaan lainnya. 

Perubahan sosial dibagi menjadi dua cara yakni perubahan yang direncanakan dan perubahan yang tidak direncanakan. Salah satu masyarakat asli yang terdapat perubahan sosial budaya dan berada dibagian timur wilayah Kabupaten Soppeng adalah Masyarakat Kecamatan Lilirilau. 

Mereka adalah penduduk suku Bugis yang secara turun temurun menetap serta tinggal di wilayah dataran tinggi. Mereka seringkali menggunakan hasil tanaman keras, yakni seperti kelapa dan kakao sebagai mata pencaharian.

Latar belakang Masyarakat Kecamatan Lilirilau

Pada awal perkembangan kakao di Kecamatan Lilirilau tidak terlihat begitu jelas. Dahulu, tanaman kakao hanya cerita rakyat dan lama-kelamaan sudah ada masyarakat yang menanam secara kecil-kecilan ternyata tumbuh dengan baik. 

Asal dan jenis bibit kakao yang dikembangkan tidak jelas karena ada yang berwarna hijau dan ada yang berwarna cokelat dan tumbuh secara bersama-sama dalam kebun dan kelihatan tidak ada perbedaan yang menonjol, baik batang maupun produksi.

Pelopor penanam kakao diawali sebagai pengalaman bertani saat menjadi petani di Malaysia. Namun, karena keberhasilannya sehingga mengakibatkan petani disekitar daerahnya tertarik dan mulai mempelajarinya. 

Tanaman kakao menarik perhatian petani karena pada pemeliharaannya tidak begitu sulit, tidak membutuhkan modal yang banyak, tidak memerlukan lahan baru, serta tidak memerlukan keterampilan khusus sehingga petani lelaki maupun wanita, serta yang tua maupun muda bisa mengambil bagian dalam proses pengolahan tanaman kakao.

Penyebaran tanaman kakao berlangsung cepta, sehingga dalam kurun waktu yang singkat tanaman kakao sudah menyebar di desa- desa kecil di wilayah kecamatan lilirilau, soppeng. 

Perkembangan tanaman kakao memberikan pengaruh pada proses ekonomi komunitas petani kakao di kecamatan lilirilau, soppeng. Kesejahteraan komunitas petani terlihat semakin meningkat dan berdampak terhadap perkembangan kemampuan berusaha tani secara kontinue. 

Pola kerja komunitas petani berunah dengan nyata. Dulu, petani menggarap lahan pertanian dengan tanaman musim seperti jagung, padi dan palawija yang hasilnya hanya satu kali dalam setaun, sehingga menyebabkan kevakuman petani pada beberapa musim.

Setelah beralih ke kakao yang merupakan tanaman tahunan, maka petani bisa memanen sampai tiga kali sebulan pada musim buah. Hali ini menjadikan komunitas petani kakao lebih aktif dalam usaha taninya, sehingga mereka bisa bekerja secara maksimal dalam kurun waktu lama atau bisa sampai sepanjang tahun. 

Perubahan juga terjadi pada pemenuhan tenaga kerja penggerak yang dulu digunakan sistem secara tradisional dipedesaan yaitu sistem saling membantu atau biasa kitaa kenal dengan gotong royong. Namun, cara ini sudah berubah karena sistem gotong royong dirasa kurang efektif dan dirasa merugikan bagi mereka. Sehingga, muncullah suatu ide baru yakni sistem sewa buruh yang dirasa cukup efektif.

Taraf hidup para petani kakao juga mengalami perkembangan yang cukup pesat yakni ditandai dengan perubahan pada bagian atap rumah yang awalmua hanya sekedar menggunakan atap pipa sekarang sudah menggunakan atap seng, dan bahkan sudah ada yang memiliki rumah permanen yang terbuat dari batu. 

Para petani kakao juga sudah banyak yang memiliki kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat, serta banyak yang telah memiliki alat komunikasi canggih seperti smartphone, televisi dan masih banyak lagi.

Itulah, opini saya mengenai perubahan sosial dan budaya para petani kakao di Kecamatan Lilirilau, Kabupaten Soppeng, Provinsi Sulawesi Selatan.Terimakasih.

                                              

(Sedikit Goresan manis dalam menyelesaikan tugas kuliah)

Oleh: Mithaqul ( Mahasiswa Universitas Jember)

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun