Mohon tunggu...
mitha
mitha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi PG PAUD Universitas Ahmad Dahlan

Saya Mitha seorang Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan, semester 1 Pogram Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD).

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Ibu Mencegah Anak Tantrum

30 Desember 2023   14:03 Diperbarui: 30 Desember 2023   14:19 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh:

Mitha dan Febritesna Nuraini

(Mahasiswi dan Dosen PG PAUD FKIP Universitas Ahmad Dahlan)


Tantrum telah menjadi salah satu masalah yang paling umum terjadi pada anak usia dini. Anak yang sedang tantrum akan mengalami kondisi emosional yang tidak terkendali, biasanya tantrum dipicu oleh keinginan anak yang tidak dapat dituruti oleh orang tuanya. Tantrum sering terjadi pada anak dan puncaknya pada usia 2 hingga 4 tahun (Sumber: yankes.kemkes.go.id, 2022). Walaupun tantrum ini sering terjadi pada anak usia dini, tetapi banyak orang tua yang tidak sadar dengan adanya kondisi ini dan tidak tahu cara untuk mencegah serta mengatasinya. Di Indonesia sendiri berdasarkan data dari BPS, terdapat total 30,2 juta jiwa anak usia dini (0 - 6 tahun) atau 10,9% dari total penduduk indonesia (Sumber: bps.go.id, 2023). Kondisi tersebut menandakan bahwa pentingnya pengetahuan mengenai penanganan tantrum yang perlu diketahui oleh kedua orang tua khususnya Ibu karena biasanya anak usia dini akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama Ibunya ketimbang ayah, oleh sebab itu peran Ibu sangat krusial dalam penanganan tantrum pada anak.

Sebelum mengetahui peran Ibu dalam pencegahan tantrum, alangkah baiknya kita untuk mengetahui lebih dalam definisi dan penyebab tantrum terlebih dahulu. Menurut Kementrian Kesehatan, tantrum adalah masalah perilaku yang umum dialami oleh anak-anak prasekolah yang mengekspresikan kemarahan dan rasa frustasi mereka dengan menangis, tidur di lantai, meronta-ronta, berteriak dan biasanya menahan napas (Sumber: yankes.kemkes.go.id, 2022). Tantrum merupakan suatu ledakan emosi kuat sekali disertai rasa marah, serangan agresif, menangis, menjerit-jerit, menghentak-hentakkan kedua kaki, dan tangan pada lantai atau tanah.

Penyebab tantrum pada anak usia dini disebabkan oleh berbagai faktor. Berdasarkan tipenya tantrum dapat disebabkan oleh yang pertama, ketidakmampuan anak dalam menyampaikan keinginannya kepada orang tuanya dan orang tuanya yang tidak mau mendengarkan keinginan anaknya tersebut. Kedua, tantrum bisa dipicu oleh ketakutan yang terjadi akibat situasi berbahaya atau sukar. Ketiga, anak yang merasa diperlakukan tidak adil dan tidak diperhatikan oleh orang sekitarnya juga bisa menyebabkan terjadinya tantrum. Keempat, seorang anak tidak memiliki kebebasan memilih dan akhirnya menyebabkan stres karena tidak dapat merubah apa yang telah ditetapkan maka dapat juga menjadi salah satu penyebab tantrum. Ahli lain juga berpendapat bahwa tantrum sering ditemui pada anak yang memiliki energi berlebih dan cenderung aktif, biasanya memiliki ciri-ciri yang punya kebiasaan tidur, pola makan dan BAB yang tidak teratur, sulit beradaptasi dengan situasi, makanan, dan orang baru, mudah marah dan terprovokasi, dan sulit dialihkan perhatiannya.

Berdasarkan pengertian dan penyebab tantrum tadi, maka orang tua anak usia dini perlu untuk memahami dan lebih memperhatikan hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya tantrum pada anak mereka. Kedua orang tua perlu untuk bahu membahu dalam mengasuh anaknya dalam segala hal khususnya seorang ibu, karena biasanya lebih sering berhubungan dengan anak dalam kehidupan sehari-hari dibandingkan dengan ayah yang lebih fokus untuk bekerja. Menurut Kemenkes, menjelaskan bahwa pendidikan ibu terhadap anak tentunya akan berguna nantinya untuk perkembangan anak kedepannya. Selain perlindungan dari ibu, anak juga membutuhkan perhatian, belaian kasih sayang dan segenap bimbingan yang mereka butuhkan semampunya, karena anak adalah amanat yang dititipkan oleh Tuhan kepada orang tua.

Peran ibu dalam mencegah terjadinya tantrum pada anak dapat melalui pendidikan karakter yang ditanamkan sejak dini serta harus konsisten dalam merawat anak dan tidak melemah saat anak sedang menginginkan sesuatu yang kurang baik bagi anak tersebut. Perlakuan yang tidak memanjakan anak tersebut dapat membuat anak akan terbiasa dengan keinginan yang tidak dipenuhi dan akan lebih baik dalam menahan emosinya. 

Selanjutnya ibu juga bisa menggunakan cara lain dalam mencegah tantrum pada anak, salah satunya dengan menghindari pemicunya, karena tantrum juga bisa dipicu oleh hal-hal yang sederhana seperti rasa lapar dan lelah. Jadi ibu harus lebih mengetahui lebih dalam apa yang menjadi penyebab tantrum pada anaknya dan mulai untuk lebih memperhatikan hal tersebut agar anak terhindar dari adanya kemungkinan tantrum. Misalnya anak biasanya akan menangis dan marah bila ia menginginkan mainan yang menurut ibu tidak baik untuk dia, maka untuk menghindari terjadinya tantrum alangkah lebih baik bila ibu menghindari jalanan yang disekitarnya terdapat toko mainan agar anak tidak terpancing untuk ingin membelinya. Ibu tidak boleh panik dan gegabah untuk memenuhi apa yang diminta oleh anak karena bila anak terbiasa dipenuhi keinginannya akan menimbulkan kebiasaan buruk yang akan terus tertanam pada diri anak yang menganggap bahwa apa yang ia lakukan adalah benar.

Ibu perlu untuk mengidentifikasi faktor yang sering menyebabkan terjadinya tantrum anaknya, bila penyebabnya hanyalah rasa lapar dan ngantuk maka segera penuhi kebutuhan anak tersebut sambil memberi pengertian kepada anak untuk tidak perlu marah atau menangis lagi saat ingin makan ataupun tidur. Tetapi bila kasusnya disebabkan oleh keinginan untuk membeli sesuatu seperti mainan maka Ibu harus berusaha menenangkan anak dan bila anak masih ingin marah maka beri waktu dulu kepada anak untuk melampiaskan emosinya, kemudian bila sudah mulai mereda dengan perlahan ibu berusaha untuk memberi tahu anak bahwa ibu tidak mampu untuk memberikan apa yang dimintanya sembari menunjukkan rasa sayang dengan memeluk anak.

Demikian pembahasan mengenai peran seorang ibu dalam mencegah terjadinya tantrum pada anak. Semoga dengan adanya artikel ini orang tua khususnya ibu dapat lebih memahami kondisi tantrum dan penyebabnya serta bagaimana peran yang dapat diambil oleh ibu sehingga dapat melakukan  pencegahan tantrum pada anaknya dengan seharusnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun