Mohon tunggu...
Mita Andriyani
Mita Andriyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perekonomian Indonesia yang Terjadi pada Tahun 2021

16 Februari 2022   07:38 Diperbarui: 16 Februari 2022   07:42 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perekonomian merupakan suatu hal yang penting di suatu negara. Ketika membahas perekonomian sama halnya seperti membahas suatu sistem ekonomi negara. Indonesia sendiri menggunakan sistem campuran yang dimana sistem ini seimbang antara peran pemerintah dan peran swasta. Perekonomian merupakan suatu sistem yang membuat rangkaian satu dengan yang lain dengan fungsi mengatur kerjasama dalam bidang ekonomi dengan tujuan mencapai hasil yang efektif dan efisien sesuai dengan yang telah disepakati bersama antarmanusia dan lembaga

  • Adapun aspek -- aspek yang mendukung perekonomian Indonesia, yaitu faktor geografi, faktor demografi serta faktor sosial, budaya, dan politik.

1. Faktor Geografi

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Menurut data dari Badan Pusat Statistik Indonesia terdiri dari 17.504. Pulau. Terbentang dari 6LU sampai 11LS yang artinya memiliki potensi ekonomi yang berbeda-beda karena perbedaan SDA, SDM, kesuburan tanah, dan curah hujan. Wilayah Indonesia terdiri dari lautan (menjadi negara bahari) letaknya strategis karena memiliki posisi silang (antara Benua Asia dan Benua Australia), menjadi jalur lalulintas dunia (antara Laut Atlantik dan Laut Pasifik) dan menjadi paru-paru dunia (memiliki hutan tropis terbesar). Wilayah Indonesia terdiri dari lautan (yang merupakan negara maritim) dan memiliki letak yang bersilangan (antara benua Asia dan  Australia), sehingga letaknya strategis, menjadi jalan raya transportasi dunia (antara Samudra Atlantik dan Samudra Pasifik), dan menjadi paru-paru dunia (terbanyak terdapat hutan hujan tropis yang luas). Dihadapkan pada sulitnya komunikasi dan transportasi antar pulau (wilayah) baik  barang maupun penumpang, arus barang yang tidak lancar, perbedaan harga barang yang tajam, serta perbedaan kesempatan pendidikan dan kesempatan kerja adalah semua potensi kesenjangan.

2. Faktor Demografi

Indonesia merupakan negara nomor 4 di dunia karena memiliki penduduk yang banyak, Menurut Badan Pusat Statistik Hasil Sensus Penduduk (SP2020) pada September 2020 mencatat jumlah penduduk sebesar 270,20 juta jiwa. Distribusi penduduk tidak merata (2/3 tinggal di Pulau Jawa) dan sebagian besar tinggal di pedesaan (pertanian) yang bermata pencarian sebagai petani kecil dan buruh tani dengan upah yang bisa dikatakan rendah.

Indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang membutuhkan berbagai barang, jasa dan fasilitas hidup dalam ukuran serba besar (sandang, pangan serta papan dan lain-lain). Namun di sisi lain, kapasitas produksi (produktivitas) kami rendah. Hal ini akan menciptakan kondisi munculnya rawan kemiskinan.

3. Faktor Sosial, Budaya  dan Politik

a. Sosial

Bangsa Indonesia terdiri dari banyak suku dengan beragam budaya, adat istiadat, tata nilai, agama dan kepercayaan yang berbeda-beda. Karena perbedaan latar belakang, pengetahuan dan kemampuan yang tidak sama, maka visi, persepsi, interpretasi dan reaksi mereka terhadap isu-isu yang sama bisa berbeda-beda, yang sering kali menimbulkan konflik sosial (SARA).

b. Budaya

Bangsa Indonesia mempunyai budaya daerah yang banyak, akan tetapi sebenarnya kita belum mempunyai budaya nasional (kecuali Bahasa Indonesia). Tetapi sebagai bagian bangsa "Timur" (bangsa merdeka & menciptakan ekonomi semenjak akhir Perang Dunia II), lebih banyak didominasi bangsa Indonesia hingga kini masih terpengaruh "budaya" Timur, budaya status orientation. Budaya status orientation bercirikan: semangat hidupnya mengejar pangkat, kedudukan, serta status (menggunakan simbol-simbol sosial), pandangan hidup kerjanya lemah, bahagia bersantai-santai, sikap disiplinnya rendah, kurang menghargai waktu. Lawannya "budaya" barat, budaya achievement orientation menggunakan karakteristik-karakteristik sebaliknya. Budaya status orientation yaitu tidak produktif, sifat konsumtif, senang  pamer serta gampang memicu kecemburuan sosial.

c. Politik

Sebelum Belanda datang, bangsa Indonesia hidup di bawah kekuasaan raja-raja. Puluhan hingga ratusan tahun bangsa Indonesia hidup di bawah pengaruh feodalisme serta kolonialisme. Ciri utama feodalisme yaitu kultus individu atau raja selalu diagungkan. Ciri utama kolonialisme diantaranya ialah otoriter seperti tuan terhadap budak.

Seperti yang diketahui virus corona atau Covid-19 yang merupakan virus dari Wuhan, China telah menyebar dan meluas ke berbagai belahan dunia membawa dampak pada perekonomian Indonesia, baik dari sisi perdagangan, investasi dan pariwisata. Penerimaan pajak dalam sektor perdagangan mengalami penurunan juga, padahal perdagangan mempunyai kontribusi ke-2 terbesar penerimaan pajak. Virus Corona berdampak dalam investasi juga, dikarenakan rakyat akan lebih hati-hati ketika membeli barang dan juga berinvestasi.

 Virus Corona juga memengaruhi pasar. Investor bisa menunda investasi karena ketidakjelasan supply chain atau akibat asumsi pasarnya berubah. Penyebaran virus Corona jelas berdampak pada sektor investasi, perdagangan, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Seperti biasanya, Indonesia banyak menerima wisatawan asing untuk berlibur. Para wisatawan yang datang ke suatu destinasi biasanya akan membeli oleh-oleh. Tetapi karena virus corona wisatawan yang berkunjung berkurang, maka omset UMKM juga akan menurun. Berdasarkan data Bank Indonesia, pada tahun 2016 sektor UMKM mendominasi unit bisnis di Indonesia dan jenis usaha mikro banyak menyerap tenaga kerja.

Di sisi lain, virus Corona dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia yaitu membuka peluang pasar ekspor baru selain China. Kemudian peluang memperkuat ekonomi dalam negeri dapat juga dilakukan karena pemerintah akan lebih memperhatikan dan menguatkan daya beli dalam negeri daripada mengambil keuntungan dari luar negeri. Kondisi ini dapat dimanfaatkan sebagai pembetulan agar investasi bisa seimbang atau stabil meskipun perekonomian 2021 secara menyeluruh sedang terguncang.

Semenjak adanya pandemi Covid-19, kondisi perekonomian di Indonesia mengalami ketidakstabilan pada kondisi harga pasar. Seperti yang kita ketahui, pandemi Covid-19 sudah menyebar dalam kurun waktu satu tahun lebih di Indonesia. Saat ini Indonesia sedang menghadapi krisis ekonomi karena lambatnya laju pertumbuhan ekonomi. Krisis ekonomi yang dialami bangsa Indonesia berdampak besar bagi semua orang. Krisis ekonomi akan berdampak pada aktivitas pasar modal yang tercermin dari penurunan harga pasar saham dan indeks harga saham komprehensif (IHSG). Menurut data dari Badan Pusat Statistik, yaitu

  • Perekonomian Indonesia berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku triwulan I-2021 mencapai Rp3.969,1 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp2.683,1 triliun.
  • Ekonomi Indonesia triwulan I-2021 terhadap triwulan I-2020 mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,74 persen (y-on-y). Dari sisi produksi, Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan mengalami kontraksi pertumbuhan terdalam sebesar 13,12 persen. Sementara itu, dari sisi pengeluaran Komponen Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT) menjadi komponen dengan kontraksi terdalam sebesar 4,53 persen.
  • Ekonomi Indonesia triwulan I-2021 terhadap triwulan sebelumnya mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,96 persen (q-to-q). Dari sisi produksi, kontraksi pertumbuhan terdalam terjadi pada Lapangan Usaha Jasa Pendidikan sebesar 13,04 persen. Dari sisi pengeluaran, Komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PK-P) mengalami kontraksi pertumbuhan terdalam sebesar 43,35 persen.
  • Struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada triwulan I-2021 didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa sebesar 58,70 persen, dengan kinerja ekonomi yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,83 persen (y-on-y). Kelompok provinsi di Pulau Maluku dan Papua mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 8,97 persen (y-on-y) dengan peranan sebesar 2,44 persen.

Menteri Keuangan Ibu Sri Mulyani Indrawati memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada semester I 2021 berkisar 3,1% hingga 3,3% year on year. Angka tersebut lebih baik dari realisasi pertumbuhan ekonomi di semester I 2020 lalu yang minus 1,26% secara tahunan. Perkiraan pertumbuhan ekonomi yang positif itu terjadi lantaran denyut ekonomi yang lebih baik dibandingkan periode sama tahun lalu. Meskipun ekonomi pada kuartal I 2021 minus 0,74%, tapi di kuartal II 2021, beliau memprediksi akan tumbuh 7,1%-7,5% yoy. Walaupun lebih rendah dari prediksi kuartal II-2021 sebelumnya yakni 7,1%-8,3% yoy, beliau memastikan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 tetap akan menopang ekonomi semester I-2021 sehingga bisa masuk ke zona positif.

Selain pertumbuhan ekonomi, beliau melaporkan sejumlah indikator makroekonomi di sepanjang semester I 2021. Inflasi dilaporkan sebesar 1,33% yoy atau lebih rendah dari outlook akhir 2021 sebesar 3% yoy. Lalu, suku bunga surat berharga negara (SBN) sepuluh tahun sebesar 6,95%, di bawah asumsi akhir 2021 sebesar 7,2%. Kemudian, nilai tukar rupiah tercatat mencapai Rp 14.299 per dollar Amerika Serikat (AS) sepanjang semester I 2021, atau lebih rendah dari asumsi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 sebesar Rp 14.600 per dolar AS. Lalu, untuk harga minyak tercatat sebesar US$ 62 per barel, lebih tinggi dari asumsi pemerintah yakni US$ 45 per barel. Namun, lifting minyak turun menjadi 663 ribu barel per hari, dari asumsi 705 ribu barel per hari. Sementara, lufting gas bumi masih sesuai dengan asumsi yakni 1.007 setara ribu barel per hari.

Menteri Keuangan mengatakan, ke depan ekonomi Indonesia akan tergantung dari penanganan pandemi. Sebab, semakin lama berlangsungnya pengetatan kegiatan masyarakat, ekonomi akan terpuruk. Dengan adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat sepanjang 3 Juli hingga 20 Juli 2021 saja, Beliau meyakini ekonomi bakal tertekan. Prediksinya, ekonomi di sepanjang kuartal III 2021 berada di level 4% yoy, atau lebih rendah dari prediksi sebelumnya yakni 6,5% yoy.

  • Jadi, dapat disimpulkan penyebaran Virus Covid-19 menjadi tantangan besar bangsa Indonesia karena permasalahan yang terus ditimbulkannya. Ada banyak kerugian yang disebabkan oleh Covid-19 yang berdampak bagi Perekonomian Indonesia dan juga meluas ke berbagai dunia. Dampaknya pada perekonomian Indonsia, baik dari sisi perdagangan, investasi dan pariwisata terpuruk akibat wabah ini. Perekonomian Indonesia masih dilanda kekhawatiran penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) hingga kuartal pertama tahun 2021. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2021 berada pada angka minus 0,74%. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan kuartal I 2020 sebesar 2,97%. Meski begitu, pada kuartal saat ini sudah lebih baik jika dibandingkan dengan sebelumnya. Di mana pada kuartal terakhir 2020, perekonomian Indonesia masih berada di angka minus 2,19%. Lalu, pada kuartal III di tahun yang sama, yaitu di angka minus 3,49%. Sekarang ini dibutuhkan kerjasama sehingga masalah yang di alami oleh bangsa Indonesia dapat diselesaikan dengan baik dan bersama-sama mematuhi peraturan dari pemerintah sehingga Covid-19 dapat berakhir pada waktunya.

Demikian pembahasan mengenai perekonomian di Indonesia tahun 2021. Semoga dapat menambah wawasan kalian yang membaca. Terima kasih bagi yang sudah membaca. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun