Melalui mata seorang anak, pesan-pesan moral dan kebaikan ditanamkan pendidik di Tomoe melalui pembiasaan sehari-hari yang sederhana dan tidak terduga. Misalnya saat anak-anak ingin berenang bersama. Kepala sekolah menyuruh anak-anak berenang tanpa baju renang agar anak-anak yang memiliki cacat tubuh tidak perlu merasa malu akan keadaan tubuh mereka. Ia akan melakukan apa saja untuk membantu anak-anak yang punya cacat tubuh seperti Takahashi dan Yasuaki-chan, mengatasi rasa rendah diri didepan anak-anak lain. Sekolah ini secara tidak langsung bahkan sudah berjalan sebagai sekolah inklusi, sekolah yang mampu menerima anak-anak difabel untuk belajar bersama.
Bahkan kepala sekolah telah merancang semua kegiatan Hari Olahraga secara khusus agar anak-anak ini bisa berpartisipasi dengan baik. Dalam sebuah kejadian, Totto-chan kecil pernah memergoki kepala sekolah sedang menegur seorang guru kelas yang melakukan candaan terhadap Takahashi di kelas. Bagi setiap orang yang mendengar candaan tersebut akan tertawa. Tetapi kepala sekolah melihat hal yang berbeda apabila candaan tersebut dilontarkan pada anak-anak yang memiliki cacat tubuh. Bukti bahwa empati terhadap sesama sangat diperhatikan.
Masih banyak berjuta kisah yang direkam oleh Totto-chan kecil. Kelak ketika ia dewasa, ia bekerja sebagai duta kemanusiaan sebuah organisasi internasional yang fokus pada permasalahan anak-anak di dunia. Ia melakukan perjalanan keliling dunia dan bertemu dengan jutaan anak menderita sebagai korban perang, kelaparan dan kekeringan, gizi buruk, dsb. Ia berkata, “Di sekolah dasarku –sekolah Totto-chan- ada beberapa murid yang cacat. Sahabatku adalah anak laki-laki penderita polio. Tapi tak sekali pun kepala sekolah berkata ‘bersikap baiklah pada mereka’ atau ‘bantulah mereka’. Yang selalu ia katakan adalah ‘Semua orang sama. Marilah kita semua bersahabat’. Hanya itu. Jadi kami melakukan segala hal bersama-sama”.
Saat perang dunia melanda adalah saat dimana Amerika melakukan pengeboman di Jepang. Sekolah Tomoe menjadi salah satu sekolah yang ikut hancur. Sekolah yang merupakan impian sang kepala sekolah itu terbakar habis. Api berkobar dimana-mana. Sekolah itu roboh bersamaan dengan bunyi-bunyian yang mengerikan.
Di tengah semua itu, Kepala sekolah berdiri ditengah jalan sambil memandang Tomoe terbakar. Dia berdiri tegak dengan kedua tangan didalam saku dan berkata. “Sekolah seperti apa yang akan kita bangun lagi ?” tanyanya kepada putranya yang berdiri di sampingnya. Sang putra mendengar kata-kata ayahnya, menatap ayahnya dan terpana, tak kuasa berkata-kata.
Sesuatu yang dilakukan dengan berlandaskan pada cinta, tidak akan pernah bisa dipadamkan. Kecintaannya yang besar pada dunia anak-anak dan kecintaannya untuk membuat anak-anak merasa memiliki arti dalam kehidupannya. Seperti yang sering ia katakan pada setiap anak yang ditemuinya di sekolah, “Kau benar-benar anak baik, kau tahu itu kan?”. Dan setiap anak mempercayai kata-kata itu. Mematri kata-kata itu dalam hatinya dan membawanya hingga dewasa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H