Mohon tunggu...
Mita Fauziyah
Mita Fauziyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya

Hobi menonton Film, Drama Korea. Senang menulis dan membaca buku

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Meraih Takdir Tuhan

5 November 2024   11:16 Diperbarui: 5 November 2024   11:36 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Secara harfiah aku sedang mempertimbangkan, asik berfikir dan merenung diri

Dahulu, aku paling senang memotret. Terlampau melayang melihat hasil jepretanku sehingga memvonis diriku sebagai fotografer terpandang yang bersumpah akan hidup di Ibu kota---mengajukan diri, menunggu selagi bertaruh Apakah hidup akan membawaku pada jawaban-jawaban yang Aku inginkan

Sembab dan acak-acakan, Aku meracau---berjalan sembari menunggu jalan lenggang

Konon katanya "Tuhan maha mendengar"

Apakah Tuhan hanya bisa mendengar? lalu untuk apa beberapa orang berdoa meminta pengabulan jika tak kunjung dikabulkan?

Perutku berbunyi, bergegas menuju warteg langgananku dan mengantri. Apakah orang-orang dengan raut wajah sendu yang mengantri bersamaku ini juga sama, sedang menunggu jawaban Tuhan?

Selain sibuk mengunyah, Aku juga sibuk meracau untuk mengumpulkan celah, ingin sekali Tuhan tahu bahwa Aku sedang marah.

Dimana jawaban atas vonisku? Tuhan tak mendengar, atau memang sengaja tak mau dengar?

Tuhan mungkin sedang melihat, beberapa orang rela mengais sisa-sisa waktu meminta pengabulan untuk kehidupan terbaiknya sekalipun itu pada hari terburuknya

Namun ada yang terlupa, selain meminta pengabulan sebenarnya Tuhan juga ingin melihat beberapa orang meminta pengampunan.

Dengan pertimbangan matang dan juga perut yang sudah kenyang, Aku memilih kembali ke rumah petak dengan gang sempit favoritku yang ada di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Aku kembali dengan kepercayaanku bahwa Tuhan maha mendengar juga mengabulkan, asal dalam sekian waktu beberapa orang memang harus rela mengantri dan menunggu---Ah memang sialan, ternyata penghinaanku tadi hanya karena Aku sedang kelaparan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun