Dari kata-kata itu, pernahkah kita berpikir, jika hidup layaknya mendaki gunung dan puncak menjadi tujuannya, maka bagaimana jika seseorang itu tidak dapat mencapai puncak? Karena mungkin ia mengalami suatu insiden. Apakah ia berarti kehilangan tujuan hidupnya?
Mungkin akan terlalu seram jika kita membayangkan hidup ini bagaikan mendaki gunung. Dan padahal apa yang kita pikirkan, apa yang kita persepsikan tentang kehidupan kita, maka seperti itulah kehidupan kita.
Hidup memang sulit, katanya.
Dan jangan jejali hidup kita dengan kata-kata yang justru semakin memperparahnya.
Maka, hiduplah seperti Menari. Maksudnya?
Ketika seorang penari sedang menari di atas panggung, maka lampu sorot yang terang benderang, akan menerangi penari itu. Tidak dengan para penontonnya.
Penari itu tentu tidak akan bisa melihat lingkungan sekitarnya. Ia hanya bisa melihat tempatnya saat ini. Seperti itulah hidup, hiduplah tanpa membawa masa lalu dan tanpa khawatir dengan masa yang akan datang.
Hiduplah dengan menikmati masa yang tengah dijalani. Hiduplah dengan sungguh-sungguh di saat ini.
Seorang penari pasti akan menikmati dan menghayati tariannya. Dan penonton, tanpa disuruh, turut merasa kebahagiaan melihatnya.
Hiduplah tentang diri kita, tentang kebahagiaan kita. Bukan hidup tentang mencukupi ekspektasi orang lain. Tetapi tetap, untuk tidak menyakiti orang lain.
Tapi, kalau hidup seperti menari apa tujuannya? Sementari menari, seakan-akan berdiam diri di tempat?