Mohon tunggu...
Mita Barung
Mita Barung Mohon Tunggu... Wiraswasta - Anak desa hobby berpetualang.

Anak desa, Molas Mukun. Pencinta kopi pahit Manus, Manggarai Timur. Mencintai suasana pegunungan, menyukai suasana pantai. Mencintai kebersamaan, menyukai kesendirian.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Cinta di Ujung Cakrawala

20 Maret 2019   12:02 Diperbarui: 20 Maret 2019   15:25 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semesta.
Di ujung cakrawala, Kejora dengan hati yang pedih melepas kepergian Purnama yang terjatuh pada keindahan Aurora. Cerita-cerita indah yang pernah mereka rangkai di setiap malam berbintang hanya menjadi serpihan kenangan yang tak akan pernah terulang lagi.
Hanya menjadi kisah bermakna di ujung pagi dengan ribuan luka yang menggores sukma.
Kini, malam-malam yang akan datang hanya menjadi malam yang kelam untuknya.
Cahaya Purnama tak lagi sama seperti malam sebelumnya.
Yahh, karena keindahannya telah menjadi milik Aurora.
Aurora telah menghadirkan mendung di antara Purnama dan Kejora.


***
Semesta.
Pada kelam yang melanda, Kejora termenung dalam kesendirian di ujung cakrawala, meratapi hati yang kini terluka dan membuatnya tersiksa.
Menabur kerinduan pada tepian semesta yang lambat laun telah berubah menjadi debu. Tersapu desiran angin, terhempas pada gulungan awan.
Ahh, menyakitkan!
Dan lebih menyakitkan, jika harus menyaksikan Aurora dan Purnama merajut kenangan dalam kisah yang hampir sempurna.
Tetapi tak apa-apa, akan ada yang indah pada waktunya. Entah itu untuk Purnama, Aurora, maupun Kejora.
"Semoga bahagia di puncak cakrawala, dan jangan pernah menciptakan lupa untuk kisah yang pernah kita rajut di sini" Kejora menggumam dalam sebait doa.


Tak perlu menyalahkan siapapun, tak perlu menyalahkan hati, tak perlu menyalahkan mendung, ataupun keindahan yang lebih istimewa. Tak ada yang salah, hanya mungkin karena belum saatnya ditakdirkan bersama.

Desember, 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun