Semesta.
Di ujung cakrawala, Kejora dengan hati yang pedih melepas kepergian Purnama yang terjatuh pada keindahan Aurora. Cerita-cerita indah yang pernah mereka rangkai di setiap malam berbintang hanya menjadi serpihan kenangan yang tak akan pernah terulang lagi.
Hanya menjadi kisah bermakna di ujung pagi dengan ribuan luka yang menggores sukma.
Kini, malam-malam yang akan datang hanya menjadi malam yang kelam untuknya.
Cahaya Purnama tak lagi sama seperti malam sebelumnya.
Yahh, karena keindahannya telah menjadi milik Aurora.
Aurora telah menghadirkan mendung di antara Purnama dan Kejora.
***
Semesta.
Pada kelam yang melanda, Kejora termenung dalam kesendirian di ujung cakrawala, meratapi hati yang kini terluka dan membuatnya tersiksa.
Menabur kerinduan pada tepian semesta yang lambat laun telah berubah menjadi debu. Tersapu desiran angin, terhempas pada gulungan awan.
Ahh, menyakitkan!
Dan lebih menyakitkan, jika harus menyaksikan Aurora dan Purnama merajut kenangan dalam kisah yang hampir sempurna.
Tetapi tak apa-apa, akan ada yang indah pada waktunya. Entah itu untuk Purnama, Aurora, maupun Kejora.
"Semoga bahagia di puncak cakrawala, dan jangan pernah menciptakan lupa untuk kisah yang pernah kita rajut di sini" Kejora menggumam dalam sebait doa.
Tak perlu menyalahkan siapapun, tak perlu menyalahkan hati, tak perlu menyalahkan mendung, ataupun keindahan yang lebih istimewa. Tak ada yang salah, hanya mungkin karena belum saatnya ditakdirkan bersama.
Desember, 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H