Mohon tunggu...
Mita
Mita Mohon Tunggu... Administrasi - Kerja dari rumah.

Minat yang terlalu sering berubah-ubah

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Apa Kabar Program Kompos Rumah Tangga Kota Bandung?

5 Agustus 2016   16:23 Diperbarui: 5 Agustus 2016   21:33 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

2.Kerjasama dari seluruh anggota keluarga untuk membuang sampah organik secara terpisah.  Kalau anda punya pembantu rumah tangga maka pembantu tersebut harus sangat dibimbing terus menerus untuk membiasakannya melakukan pembuangan sampah dapur rutin kedalam komposter.  Kalau anda tidak punya pembantu, maka sudah pasti anda akan lebih repot daripada biasanya.  

3.Waktu dan tenaga.  Anda harus menyisihkan waktu untuk membuang sampah dapur kedalam komposter setiap hari selain membuang sampah non organik ketempat sampah biasa.  Juga kalau wadahnya sudah penuh dan matang (sudah jadi kompos) harus dianginkan selama beberapa hari lalu dimasukkan kedalam karung, atau langsung disebar dihalaman.

4.Perlu biaya.  Untuk membuat komposter yang anti tikus saya menggunakan drum plastik bekas yang dimodifikasi.   Diperlukan dua buah komposter untuk dipakai berselang seling.  Jika yang satu sudah penuh maka didiamkan sampai matang selama beberapa bulan, jadi yang dipakai membuang sampah komposter yang satu lagi.  Perlu beberapa ratus ribu untuk membuatnya dan idealnya diperbaharui setiap dua tahun.  Sebagai komponen pengompos saya memakai gabah kering yang perlu dibeli secara rutin.  

5.  Mesin Penghasil Lalat.  Disinilah perlunya penyuluhan dari dinas ...(apa yaa?) untuk para penggiat kompos rumah tangga, bagaimana caranya mencegah hal ini.  Komposter yang diisi dengan sampah dari hewan misalnya kulit ayam, udang, isi perut ikan dlsb akan menimbulkan belatung. Menurut bacaan bacaan yang didapat dari mbah google katanya akibat kurang karbon alias C alias pengompos berwarna coklat.  Tapi dari pengalaman saya biarpun sampah hewani itu sudah dikubur pake gabah kering ya tetap saja bilatungan, dan bisa diprediksi beberapa hari kemudian komposter saya akan jadi mesin penghasil lalat.  Ewww.....

Melihat daftar kerugian ini maka pemerintah kota seharusnya menyadari bahwa perlu insentif untuk menyukseskan program kompos rumah tangga . Insentif disini tidak melulu berbentuk uang, bisa berupa drum komposter, gabah kering atau dibebaskan dari iuran sampah, misalnya.  Karena tidak ada keluarga yang mau menjadi lebih repot dan ribet demi apapun.

Juga untuk disadari oleh pemerintah kota bahwa menggantungkan nasib sampah organiknya di tangan warga adalah langkah yang sangat malas yang dilakukan oleh pengelola kota.  Tidak bisa pemerintah kota berharap seluruh rumahtangga membuat kompos sampah rumah tangga.  Dengan bimbingan yang full time pun belum tentu tercapai 25% rumah tangga melakukannya, apalagi tanpa bimbingan apa apa.  

Dari link PD Kebersihan ini saya kutip ‘Untuk mengelola sampah Kota Bandung PD Kebersihan melakukan berbagai inovasi antara lain dengan bank sampah, pengomposan, biodigester, biokonversi dengan maggot dan lain sebagainya agar sampah yang di buang di TPA berkurang’.  Ada baiknya dihitung lebih jelas berapa persen berkurangnya, dan dimana lokasi-lokasi inovasi tersebut dan apakah sampai sekarang masih dilakukan atau tidak.  

Untuk menangani masalah sampah yang mendesak ini saya tetap bersikukuh agar pemerintah kota menggunakan insinerator yang modern dan ‘hijau’ sebagai langkah jangka pendek. 

'Hijau' dalah arti asap pembakarannya sudah disaring sedemikian rupa sehingga tidak mencemari lingkungan.  Buat insinerator yang banyak di empat penjuru kota Bandung sehingga tidak perlu membuang sampah ke Sarimukti lagi, atau ke sungai yang akhirnya mencemari lautan.  Kasihan bumi…

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun