Mohon tunggu...
Mita
Mita Mohon Tunggu... Administrasi - Kerja dari rumah.

Minat yang terlalu sering berubah-ubah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tata Rias Paes Ageng Yogyakarta

18 Oktober 2011   01:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:50 3555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gambar dari lovejournal Hari ini sedang dilaksanakan akad nikah dari perkawinan ningrat puteri bungsu Sultan Hamengkubuwono X. Dilayar kaca bisa kita lihat Gusti Bendoro sedang digambari garis rambutnya oleh seorang Dukun Manten. Gambar garis rambut ini disebut cengkorongan paes, gunanya untuk mempercantik calon pengantin dengan gaya tertentu. Dukun manten yang dipercaya merias adalah Tienuk Rifki atau Nyi Wedono Pujo Sembogo, yang dalam wawancaranya mengatakan dia berpuasa selama dua minggu untuk mempersiapkan dirinya merias Gusti Bendara. Dukun manten maupun calon pengantin memang biasanya berpuasa agar terdapat ketenangan batin dan membersihkan jiwa, semacam doa agar hasil riasan bagus, upacara tidak terganggu, dan pengantin mengalami hidup yang sukses dimasa depan. Kebersihan jiwa dukun manten juga diharapkan terpancar pada pengantin yang diriasnya. Busana dan tata rias Paes Ageng Yogyakarta ini dulunya hanya boleh dipakai oleh Sultan dan kerabatnya. Setelah jaman Sultan Hamengkubuwono IX masyarakat umum dibolehkan mengenakan gaya busana pengantin ini, seperti juga kain batik yang dulu hanya boleh dikenakan oleh kerabat kerajaan. Keseluruhan busana dan tatarias pengantin ini memiliki filosofi dan makna yang dalam. Selain pinggiran rambut dikerik (halup-halupan), pengantin perempuan biasanya juga menjalani pengasapan (ratusan) untuk rambutnya. Cengkorongan adalah pembuatan pola dibagian dahi dipinggiran rambut.  Ada citak (diantara alis), panunggul dibagian tengah batas rambut, pengapit dan penitis disisi-sisinya. Aksesori yang digunakan disebut raja keputren, terbuat dari emas dan berlian.  Terdiri dari cunduk menthul (bunga yang ditancapkan diatas sanggul 5 buah), pethat (sisir berbentuk gunung) – seperti juga bentuk panunggul, merupakan penghormatan kepada gunung – , kalung sungsun (kalung susun tiga), gelang binggel kana, kelat bahu berbentuk naga, centhung (sisir kecil dikiri dan kanan dahi) dan cincin. Sedangkan kain dodot panjangnya bisa sampai 4-5 meter dengan lebar 2-3 meter. Selain itu juga diperlukan berbagai macam sesaji untuk kelancaran. Untuk alat paes harus disiapkan klasa bangka (tikar daun pandan), daun apa-apa dan kain letrek (merah, hijau, kuning, hitam). Adapun dikamar pengantin biasanya disiapkan kemiri berkulit, keluwak, kacang-kacangan, jagung, beras, kain letrek, kaca kecil, bedak, minyak wangi, telur ayam kampung, gula Jawa sepasang, benang lawe, kendi air, jodhog, seperangkat sirih, kembang boreh, pisang raja sepasang. Semuanya disimpan dalam tampah nyiru biru. Dukun manten ini juga akan merapalkan doa / mantera (sembaga) untuk permohonan terkabulnya doa, dan agar pengantin secantik bidadari. Sumber ullen sentalu sesaji

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun