Mohon tunggu...
Mita
Mita Mohon Tunggu... Administrasi - Kerja dari rumah.

Minat yang terlalu sering berubah-ubah

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Masa Depan Lilis

22 September 2010   03:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:04 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mr. Stinky Feet - August 3, 2010

Lilis membuka mata. Untuk kesekian kalinya dia tertidur di kursinya hari ini. Didepannya berdiri seorang anak laki-laki, usianya barangkali 12 tahun dan setumpuk buku. Lilis memeriksa. "Hanya boleh 4 buku sekali pinjam.." kata Lilis. Anak itu menimbang-nimbang, lalu mengembalikan 4 buah buku lapuk kelebihannya ke rak. Lilis mencatat lagi. Memasukkan buku ke tas plastik bertuliskan 'Perpustakaan Iqra'. "Ini satu minggu harus dikembalikan semua ya, kalo ngga di denda.." Kata Lilis, walaupun tau anak itu akan sudah kembali esok harinya. "iya Teh" kata anak dekil itu. "Teteh.." Lilis terbangun .. "Teh! Hayu katanya mau ke kawinan tea?" "Hah? ke kawinan?" Lilis tergagap "Ih hayu atuh bukannya dandan, hayu ke rumah dulu yuk!" Seperti di cocok hidung lilis mengikuti perempuan seumuran nya itu kerumahnya yang ternyata hanya diseberang tempanya bekerja. Itu rumah susun 3 tingkat. Ada beberapa bangunan mengelilingi lapangan terbuka dan tempat parkir. Mereka naik tangga ke tingkat dua. "Nih, mau pake kebaya yang mana?" Perempuan itu menggelar beberapa kebaya diatas tempat tidur. Kebaya-kebaya katun, sutra, ada yang polos, ada yang berbunga-bunga.. semuanya bagus-bagus. Tidak ada yang terlalu ketat atau transparan kainnya. "Ah..yang mana aja.." kata Lilis masih bingung "Yang ini aja ya, cocok dengan kerudung kamu kan ungu" katanya. Lalu dia memilihkan kain batik untuk pasangan kebaya nilanya. "Ayo cepetan dipake kita berangkat sebentar lagi ya.." Perempuan itu menerima telepon di handphonenya, mengiya-iyakan dan menerangkan sesuatu hal dengan bersemangat. "A Kiki mau dateng besok" terangnya. "Dari Kalimantan naik kapal ke Cirebon. Cirebon kesini paling sejam setengah pake jalan tol. Kemarin juga aku ke Surabaya lewat Cirebon,kapalnya gedee banget, murah lagi lho. Ini kain songket palembang, sekarang di Cirebon juga banyak yang jual. Nanti A Kiki bawain songket dari Cirebon juga. Ada rencana mau jual buat teman-teman kantor. Di Cirebon segala ada sekarang. Batu-batu Kalimantan banyak, kain-kain. Kapan-kapan kita ke Palembang sekalian, cari songket, kalo ga naek Bandung Air, kita naek kapal aja lebih seru, murah meriah!" Perempuan itu nyerocos sambil bolak-balik memperlihatkan koleksi kain-kain songketnya. "Udah? aduh meni geulis, pake lipstik atuh sama blush on biar cerah!" katanya sambil tersenyum lebar. "Kita naek bus aja..deket kok acaranya di Taman Gede." "Naek bus? di taman?" "Ih, ieu teh Lilis meni jiga lulungu kieu, hayu ah!" Lalu mereka berdua yang sudah berdandan cantik dengan kebaya dan kain batik berjalan menuruni rumah susun itu. Lilis tidak mengenali tempat ini. Tangganya bersih gangnya terang. Areal tempat parkirnya luas, mobil-mobil diparkir di garasi terbuka. "Kita naik bus aja ya, naik mobil mah riweuh, nanti parkirnya jauh, tetap harus jalan juga, mendingan kita naik bus aja, jalannya deket malahan. Kita beli amplop dulu deh. " "Neng Rina..aduh mau kemana tos gareulis kitu?" sapa penjaga kios. "Mau kekawinan temen kantor ..amplopnya satu teh. Sama kartu trans deh yang 20 ribuan..udah abis nih" Lalu Rina memasukkan uang 100 ribuan keamplop itu. "Ini untuk kado" katanya sambil tersenyum. "Banyak amat.." kata Lilis "Ah.. gak papa sekali-kali atuh.." Lalu tak berapa jauh berjalan mereka sudah sampai di halte. Halte ini Lilis juga seperti baru liat, ada kursi-kursinya berjejer, dan ada petunjuk nomor-nomor bus didindingnya. Tidak berapa lama busnya datang. Rina membayar dengan menggesekkan kartu ke mesin. Busnya bersih ber AC dan tidak begitu penuh. "Kalau Sabtu gini gak begitu penuh, gak kayak hari kerja" kata Rina menerangkan. "Rin.." kata Lilis ragu "Saya gak tau kenapa, tapi saya ga inget apa-apa .." "Masa? Lilis? kamu ilang lagi?" Rina agak panik dan mulai menelepon seseorang. Sepertinya Rina mendapat nasihat dan dia mengiya-iyakan sambil memandang Lilis. "Okei Lis, gak papa, kalau kamu ada yang gak ngerti tanya aja sama saya yaa" katanya sambil tersenyum manis. Lili memperhatikan Rina. Di usia duapuluhan, dia cantik sekali, bermik ap tipis, rambutnya dikonde kecil. Kebayanya panjang sekali, bahannya agak mengilat warnanya semu hijau. Kain batiknya bagus. Dia pakai sepatu kulit bukannya pakai selop. Membawa tas kempit sewarna dengan kebayanya. Kelihatan keren dan cantik. "Okei kita udah sampe Lis!" mereka turun di halte bertuliskan Taman Kota Bandung. Lilis hampir mengalami panik disini. Dia tinggal di Bandung dan dia tidak ingat pernah kesini! Dia berjalan agak limbung sambil menggenggam tangan Rina. Taman kota ini ramai sekali. Banyak orang yang sepertinya makan siang disitu dengan menggelar tikar. Dan taman ini besar sekali. Pohon-pohonnya besar-besar, rumputnya luas terpangkas rapi..air mancur..pedagang berjejer disebelah sana, ada yang berjualan balon, arum manis, es campur..Banyak keran-keran untuk mencuci tangan. Banyak tempat sampah, dan ibu-ibu penyapu taman. Anak-anak menjerit-jerit bermain bola bersama orang tua mereka. Ada kelompok yang berkumpul dibawah pohon, sepertinya mereka sedang mendengarkan seseorang berbicara. Ketika melewati mereka Lilis bisa mendengar pembicaranya membicarakan Yesus. Lilis memandang kelompok itu sampai lehernya berputar ketika melewati mereka. Tidak jauh dari situ ada sekelompok remaja yang kaum perempuannya berjilbab. Mereka sepertinya sedang bersiap untuk hiking. Ada sekelompok remaja berdandan aneh ala punkrock sedang bermain..entah apa itu..Lilis belum pernah melihatnya. Semacam egrang melengkung dari besi seperti dari filem starwars. Mereka ahli menaikinya dan mengadakan bermacam-macam atraksi. Seorang dari mereka berkeliling mengambil uang sawer dari penonton. Banyak remaja-remaja membawa lempengan semacam laptop tipis berwarna warni. "Itu A pad..bikinan sini, bisa nerjemahin langsung ke bahasa sunda, bisa juga donlot lagu pake pulsa.." Rina menerangkan seakan-akan mengetahui kebingungan Lilis. Lumayan jauh mereka berjalan sampai ketengah-tengah taman, ahirnya tampaklah tempat pesta pernikahan itu. Dibatasi pita merah muda dan rangkaian bunga anggun, areal ini bertenda dan terlihat indah. Tamu-tamunya banyak dan mereka menyalami kedua pengantin yang tampak cantik dan ganteng.  Pengantin perempuan memakai kebaya krem, dan Yuda rekan sekantor Rina memakai beskap dan peci. Tamu-tamu dihibur dengan gamelan sunda dan pesinden nya yang cantik. Makanannya khas tradisi, banyak dan enak-enak semua. Lilis senang sekali disini. "Lis, kamu udah enakan?" "Saya gak papa kok Rin" "Dari sini kita ke kota yuk?" "Ke kota?" "Iya sekalian mumpung udah disini. Aku mau ngambil buku kemarin ditelepon udah ada katanya.." "Ya, terserah Rina aja deh" kata Lilis pasrah. Lalu setelah berpamitan mereka pun naik bus lagi ke kota. Lilis mengenali sedkit jalan yang dilewati. "oh berarti tadi kita dari Tegallega, kita mau ke alun-alun sekarang.." Lilis heran sekali melihat lalu lintas Bandung ini. Kemana motor-motor itu? Banyak merek-merek mobil yang tidak dikenal Lilis. Banyak mobil yang kecil-kecil dan terlihat ringan berwarna-warni. Jalanan terlihat ramai tapi lancar, tapi bus-bus seperti ini yang bertulisan Trans Bandung banyak sekali. Tidak jauh didepan dan dibelakang mereka bus seperti ini berendengan mengantri. Trotoar sepertinya lebih lebar dari yang pernah diingat Lilis, penuh dengan pejalan kaki. Bangunan-bangunan tua dicat warna-warni. Mereka berhenti tepat didepan Mesjid Agung. Ternyata disitu sudah ada gedung baru yang modern. Tulisan besar-besar di gedung bertingkat itu : Perpustakaan Kota Bandung. Gedungnya ramai sekali. Lilis memperhatikan tidak ada pedagang kaki lima didaerah itu. "Tukang-tukang jualan yang disini kemana Rin?" "Tukang apa? dari dulu juga gak ada. Dilantai dua banyak yang dagang nanti kita kesitu deh liat-liat" Perpustakaan ini besar sekali. Dihalaman depannya terasnya luas ditanami pohon-pohon peneduh dan kursi-kursi taman. Didalamnya luas sekali. Ruang perpustakaan utama buku-bukunya dipajang seperti di toko buku. Ada majalah, koran, cd, dvd juga..ada pojok anak-anak, berkarpet cerah ceria. Ada pojok remaja. Diruang-ruang sekelilingnya sedang ada pertemuan-pertemuan. Disatu ruangan sepertinya sedang membahas tentang berkebun. Mereka membawa laptop dan ada juga yang membawa tanaman berdaun lebar dan dipamerkan ke teman-temannya. Di sebelahnya ada seorang lelaki mendemonstrasikan permainan kendang kesekelompok anak kecil yang tidak ketulungan ributnya. Ada papan kegiatan dan skejulnya. Ternyata ada kelas menulis bahasa sunda, ada kelas fotografi.. Dan perpustakaan ini luar biasa ramai. Ada sekeluarga yang baru datang lengkap dengan bayi di dorongan, anak-anak mereka langsung bergoler membaca di lantai berkarpet.

Puppet Show
Puppet Show
Our 'new' display...
Our 'new' display...
M@x at Newton Abbot Library
M@x at Newton Abbot Library
Mr. Stinky Feet - August 3, 2010
Mr. Stinky Feet - August 3, 2010
"Rina...ini tahun berapa?" tanya Lilis sambil meremas tangan Rina Rina memandangnya dengan khawatir sambil tersenyum kecut. "Sekarang tanggal 28 Agustus 2020" jawab Rina. "Oh... Siapa presiden kita..?" "Teh.." Mmmm.. Lilis mengusap mata..dia duduk di pojokan berdebunya. Di perpustakaan Iqra tempatnya selama ini bekerja. Anak kumal itu sudah mau mengembalikan buku-buku lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun