gambar dari vivanews Kenapa sih suka ngomongin tentang agama? Ngomong politik atau ekonomi lebih menyenangkan…bukan malah membicarakan hal-hal yang tidak akan pernah bisa dibuktikan betul atau salahnya…itu tanggapan paling normal dari orang-orang yang memandang orang-orang seperti saya – orang yang terobsesi dengan hal-hal berbau (pencarian) spiritual (?)/tuhan/kitab suci/agama Saya menyadari ada orang-orang yang seperti saya, yang entah kenapa, selalu tertarik dengan hal-hal spiritual seperti ini, seperti rekan-rekan di YAAK (Yahoo Answers Agama dan Kepercayaan), yang tiap hari selalu gontok-gontokan, berantem dan membahas hal-hal yang...ya, tidak akan pernah bisa dibuktikan betul atau salahnya sampai kapanpun. Masing-masing kita pasti punya alasan masing-masing untuk melakukan itu. Selain menyenangkan (iya, menyenangkan!), hal itu seperti mengobati dahaga hati dalam hal spiritual dan intelektual, bahkan juga barangkali untuk menyembuhkan diri dari hal-hal duniawi sehari-hari, atau barangkali hanya sekedar iseng mencari kesenangan dengan mengusik-usik orang-orang yang ‘fanatik’ di dunia maya, supaya mereka kesal! Atau barangkali ada juga ada yang punya alasan yang sama seperti saya. Mencari perlindungan dari kitab suci dan tuhan, dan barangkali mengajak satu atau dua orang untuk menapaki jejak yang sama, agar mengalami juga apa yang sudah saya alami. Indonesia masa kini merupakan Indonesia yang cukup memerihkan hati. Melihat tivi atau membaca koran sama sekali tidak menghibur. Terlalu banyak berita menyedihkan setiap hari: rakyat digusur dari mana-mana, pejabat yang korup, ketidak adilan, kemiskinan, kemunafikan. Hal-hal yang dimaksudkan untuk menghibur (tarian, nyanyian, sinetron, reality show, dan lelucon) terasa hambar, kering, serupa, palsu, barat, menyebalkan. Aduh..jangan ngomongin reality show…menjijikkan. Terlalu sering menonton tivi bisa membunuh jiwa. Betul. Rakyat harus berteriak dan merobek baju supaya didengar. Yang terdengar di tivi adalah tangisan dan teriakan rakyat. Orang-orang pintar berbicara silih berganti menawarkan solusi, dengan hasil nil, nol, tidak ada, nothing. Yang saya lihat adalah, sangat banyak orang membicarakan kefrustrasian mereka ketika membicarakan politik, hukum, ekonomi, pendidikan dlsb. Dengan hasil apa? Nil, nol, tidak ada, nothing. Adalah reaksi sangat wajar saya kira, kalau sekarang saya senang sekali membicarakan masalah ketuhanan, kitab suci dan keimanan. Itu membawa damai di hati. Daripada membicarakan masalah lain dengan hasil sama: tenggorokan kering dan perubahan yang: nil, nol, tidak ada, nothing.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H