Mohon tunggu...
Mixs
Mixs Mohon Tunggu... -

Hingga sampai aku tak kaku dimakan waktu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Efexis: Pertemuan Awal

5 April 2016   20:44 Diperbarui: 6 April 2016   00:28 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Aku bukan manusia" katanya jelas.

Don masih terpaku melihat sosok tinggi besar dengan tubuh yang berotot dan memakai baju zirah ada di hadapannya. Empat sayap putih besar dan bersih mencuat dari punggungnya. Sesekali ia menelan ludah  dan terpaku melihat sosok itu.

"Tugasku menjaga perbatasan antara semua yang ada di dunia kami dan duniamu. Aku adalah gerbang terakhir yang harus dilewati jika ada yang ingin melintas ke duniamu." dia menunjuk ke arah langit yang cerah di tengah hitam legangnya malam. Seperti terdapat lubang di langit saat ini. Lubang itu mengeluarkan cahaya terang, dan tidak turun hujan, sementara di sekitarnya, langit sibuk menurunkan air."Kau terpaku, manusia."

Don tersadar dari tatapannya. Dia hanya mengangguk pelan mengiyakan ucapan makhluk aneh itu. "Apa kau ingin tahu apakah aku ?" tanyanya. Don menelan ludah, ia tidak yakin apa yang ingin dikatakannya, dalam hatinya ia ingin sekali tahu makhluk apa sebenarnya yang berdiri menjulang di hadapannya dengan tinggi kira-kira 250cm itu. Tapi ia juga tidak ingin terlibat lebih jauh dengan apapun yang akan terjadi nanti dengan makhluk itu.

Dengan tidak begitu yakin, ia bertanya"Makh...makhluk apa kau ?"

Makhluk itu tersenyum menakutkan, wajahnya yang tadinya terlihat tampan menjadi menakutkan. Ujung bibir nya sampai ke ujung mata luarnya. Begitu menakutkan sampai-sampai Don menyesal dengan keputusannya. Makhluk itu membuka tangannya, melbarkan sayapnya yang sangat besar. Don yang takjub sekaligus ketakutan tersungkur jatuh ke arah belakang dan berjalan sambil terduduk.

Makhluk itu tertawa kencang, Don yang mendengarnya langsung menutup telinga. Suara tertawa itu akan menyebabkan mimpi buruk bagi siapapun yang mendengarnya. Begitu mengerikan. Setelah beberapa saat tertawa, ia menempatkan tangannya di samping tubuhnya, agak menundukkan kepalanya. "Aku adalah Raja Iblis, Azazil"

***

Don tidak percaya, apa yang dikatakan makhluk itu. Lebih dari itu, ia tidak menyangka kalau Raja Iblis memiliki sayap yang sangat indah dan berperawakan sangat gagah. Selama ini ia menyangka bahwa para Iblis berperawakan buruk dan buruk rupa. Tapi ternyata tidak seperti itu.

Hujan ini tidak sampai ke mereka berdua. Hujan mengelilingi mereka, bahkan hujan tidak berani mendekati Azazil.

"Ada Iblis yang lolos dari akhirat dan turun ke dunia, dia membawa cincin sehingga bisa lepas dari pengawasanku. Aku tidak bisa merasakan kehadirannya, dan jika terlalu lama di duniamu dia bisa jadi sangat berbahaya. Aku harus segera menemukannya."

Don yang masih terduduk masih kebingungan. "Apa kau benar-benar Raja Iblis?"

Azazil menjentikkan jarinya. Seketika wajahnya berubah menjadi benar-benar menyeramkan, sayapnya  yang tadinya putih mulus menjadi hitam legang dan tersobek-sobek. Tangannya mengalir cairan hitam yang menjijikan. Don berteriak ketakutan. Ia tidak kuat melihat pemandangan yang sangat menakutkan seperti itu. Sosok asli Azazil benar-benar sangat menjijikan, dan menakutkan.

Setelah merubah bentuk tubuhnya ke awal, Azazil bercerita jika ada Iblis bernama Abaddon yang turun memakai cincin Gyges  dan telah masuk ke dunia manusia dan berencana mengakhiri dunia. Ia juga bercerita kalau para malaikat terlalu sibuk dengan urusannya sehingga tidak akan membantunya.

"Mereka hanya akan bergerak jika ada perintah langsung dari-Nya. Aku harus segera menemukan Abaddon, karena aku tidak bisa menemukannya sendiri. Pegang ini." Azazil menyerah sebuah benda seperti kompas ke Don.

"Apa ini ?" tanya Don ketakutan. Tapi Azazil tidak menjawab. Arah jarum di benda itu bergerak, memutar-mutar. Lalu berhenti dan menunjuk ke satu tempat. Azazil melebarkan sayapnya, menggenggam tubuh Don dengan satu tangan dan terbang melesat ke langit.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun