Aku teringat betul negeri ini dulunya subur dan hijau.. Namun mengapa hari ini tanahnya dipenuhi sarang beludak dan ranjau..?
Aku pula terkenang penduduk negeri ini dulunya ramah dan bijak..
Namun mengapa hari ini berselisih sedikit saja amarah langsung menggelegak..
Aku memang sudah tak lagi bisa merasakan gemah ripah loh jinawi..
Semenjak para insan lebih mempertuankan kuasa nafsu duniawi..
Ooh..ashaabul yamiin..maa ashabul yamiin?
Dialah yang hak dan kehormatan orang lain pasti dia jamin..
Kepada kesalahan nya sendiri dia selalu bercermin..
Kemudian tekadnya, hari ini dan hari besok haruslah lebih baik dari hari-hari kemarin..
Duhai ashaabus Syimaal..maa ashabus syimaal?
Kepada kebenaran dan kebajikan sungguh ia tidak pernah kenal..
Mata hati sudah tertutup, dosa yang meliputi sudah sedemikian tebal..
Di hari berbangkit kelak ia mengutuki diri,Â
oh alangkah buruk nasibku ini sebenar sial..
kedunia ku tak bisa kembali, ternyata di akhirat lah hayat yang sebenar kekal..
Pandji Wirabumi - Penduduk Negeri Sengkuni
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H