Mohon tunggu...
Muhammad Iskandar Satriyo Utomo
Muhammad Iskandar Satriyo Utomo Mohon Tunggu... -

Mahasiswa arsitektur. Penulis. Fotografer. Jurnalis. Konseptor. Entrepreneur. Aktivis sosial.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pernah Merasa Lumpuh Saat Bangun Tidur?

30 April 2013   21:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:20 1708
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkah Anda terbangun dari tidur dan menemukan diri anda tidak kuasa untuk menggerakkan tubuh sama sekali? Kadang kala terdapat juga sosok – sosok hitam besar menakutkan yang berada di dalam kamar tempat Anda sedang tertidur. Bahkan seringkali Anda dapat mendengar suara – suara aneh dan mengerikan yang membuat Anda merasakan sensasi panik yang luar biasa. Sebagian besar dari kita pasti pernah mengalami apa yang dikenal masyarakat Indonesia dengan sebutan tindihan/ketindihan. Fenomena ini mungkin merupakan salah satu peristiwa paling mengerikan yang pernah kita alami di dalam hidup kita.

Mitos atau Fakta?

Sleep paralysis, merupakan istilah medis yang digunakan untuk menjelaskan ketidakmampuan tubuh untuk bergerak dan berbicara ketika bangun tidur (atau kadang di saat mulai tidur) dalam kondisi sadar. Durasinya dapat terjadi selama beberapa detik hingga beberapa menit, namun pada kasus tertentu dapat mencapai beberapa jam. Biasanya sleep paralysis diikuti dengan munculnya halusinasi, baik secara visual, maupun audial berdasarkan persepsi si penderita. Pada beberapa kasus yang jarang terjadi, sleep paralysis dapat mengindikasikan penyakit narcolepsy, yaitu suatu kelainan pola tidur yang menyebabkan penderitanya tidak mampu mengendalikan kapan ia tidur (tertidur mendadak secara tiba – tiba).

Apakah sleep paralysis merupakan penyakit yang berbahaya?

Sleep paralysis bukan merupakan penyakit atau kelainan dalam bentuk apapun, melainkan sebuah fenomena tubuh yang normal terjadi pada setiap individu. Beberapa orang dapat mengalaminya dua sampai tiga kali seumur hidup mereka, sementara pada sebagian orang dapat terjadi lebih sering, atau bahkan secara rutin setiap beberapa minggu/bulan. Namun hal ini sama sekali tidak berbahaya bagi tubuh kita.

Walau begitu, fenomena ini memang bukanlah hal yang menyenangkan untuk dialami oleh seseorang. Terlebih lagi jika kita tidak mengetahui apa penyebabnya. Seringkali kita cenderung mengasosiasikan kejadian tersebut dengan hal – hal yang bersifat gaib dan mistis, tergantung pada latar belakang setiap individu. Ketika hal ini terjadi, maka sleep paralysis dapat berpotensi untuk menimbulkan  gejala – gejala depresi, stres, teror serta ketakutan yang berlebih, sehingga sleep paralysismenjadi lebih berbahaya terhadap sisi psikologis daripada biologis si penderita. Oleh karena itu, cukup penting bagi kita untuk mempelajari lebih lanjut mengenai fenomena unik ini.

Apa penyebab sleep paralysis?

Secara biologis, sleep paralysis berkaitan dengan tahapan tidur manusia yang terbagi menjadi beberapa fase. Sleep paralysis dapat terjadi sebelum tidur (disebut juga hypnogogic atau predormital paralysis) maupun saat bangun tidur (hypnopompic atau postdormital paralysis). Pada saat kita tidur, otak kita segera memerintahkan kelenjar khusus untuk mengeluarkan hormon yang dapat melumpuhkan tubuh secara otomatis agar tubuh merasa nyaman dan rileks. Hal ini dilakukan oleh tubuh sebagai bentuk ‘pengaman’ agar tubuh kita tidak bergerak mengikuti apa yang sedang kita lakukan di dalam mimpi. Beberapa orang yang menderita kelainan sleep walking atau tidur berjalan dapat mengindikasikan tidak bekerjanya sistem ‘pengaman’ tersebut.

Fase bermimpi (dream state) akan terjadi ketika tubuh kita memasuki tahapanrapid eye movement (REM). Kedua bola mata kita akan bergerak – gerak dengan cepat, dan saat inilah hormon tersebut mulai bekerja secara efektif untuk melumpuhkan otot – otot di seluruh tubuh. Peristiwa kelumpuhan sementara ini disebut juga dengan REM atonia. Biasanya REM atonia terjadi selama kita sedang tertidur, baik beberapa saat setelah tidur maupun sesaat sebelum bangun. Namun faktor – faktor tertentu dapat membuat kita terbangun ‘secara paksa’ pada fase tersebut, dimana siklus REM belum selesai, sehingga terjadilah peristiwa yang kita sebut sebagai sleep paralysis.

Proses terjadinya sleep paralysis dapat disebabkan oleh pola tidur yang kurang baik dan tidak teratur. Biasanya orang – orang yang waktu tidurnya kurang mencukupi akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk terserang sleep paralysis. Beberapa faktor yang juga merupakan penyebab sleep paralysis antara lain kelelahan, kondisi tertekan, atau sedang berada dalam fase depresi.

Apa saja gejala sleep paralysis?

Gejala – gejala sleep paralysis dapat sedikit berbeda pada setiap orang. Perbedaan tersebut bisa disebabkan oleh perbedaan persepsi serta pengalaman hidup dari tiap – tiap individu. Namun gejala utamanya yaitu tidak dapat menggerakkan sebagian atau seluruh bagian tubuh. Penderita juga merasa kesulitan untuk mengeluarkan suara dan berbicara ataupun sekedar menggerakkan mulut otot – otot mulut. Biasanya leher penderita terasa seperti dicekik sehingga menjadi sulit untuk bernafas.

Jika posisi tidur sedang telentang, maka pada bagian sekitar dada akan terasa sangat berat dan terbebani, kemudian diikuti dengan munculnya persepsi visual berbentuk bayangan hitam yang seolah sedang duduk tepat di atas dada si penderita. Pada kebanyakan kasus, bayangan – bayangan ini terlihat sangat nyata dan terkesan sangat mengerikan, apalagi ketika sedang berada di dalam kondisi lumpuh, sehingga tidak memungkinkan bagi penderita untuk bergegas lari dan menyelamatkan diri. Hal ini dapat memicu serangan kepanikan (panic attack) yang membuat si penderita merasakan ancaman teror dan seolah sedang berada dalam bahaya (sense of danger).

Munculnya bayangan – bayangan hitam besar ini sebenarnya merupakan titik buta (blind spot) yang terletak pada sudut – sudut mata kita. Karena sleep paralysisterjadi pada fase REM yang belum selesai, dimana kita biasanya sedang bermimpi, maka seringkali persepsi kita tentang dunia nyata (realita) menjadi bercampur aduk dengan persepsi di dalam mimpi, sehingga blind spot tersebut kita interpretasikan sebagai makhluk – makhluk lain yang biasa kita lihat di dalam mimpi.

Selain perubahan persepsi visual, kemampuan pendengaran kita juga mengalami hal yang serupa, hanya saja kali ini dalam bentuk suara – suara (audial). Suara yang paling umum dan sering terdengar oleh penderita adalah suara deringan panjang seperti sirine bernada tinggi. Terkadang suara yang terdengar bercampur dengan suara – suara lain seperti geraman anjing atau suara ular mendesis. Pada kasus – kasus tertentu ada juga yang mendengar suara tawa rendah, tangisan bayi, sampai teriakan wanita tua yang sangat nyaring dan jelas sehingga seolah – olah terdengar seperti kenyataan.

Sleep paralysis dikenal di banyak negara dan budaya dengan ceritanya masing – masing. Dalam kisah Romeo and Juliet karya William Shakespeare, fenomena ini disebut sebagai “Old Hag” yang secara harfiah berarti wanita tua.

Sebutan sleep paralysis di beberapa negara di dunia:

Cina: Sleep paralysis dikenal dengan sebutan “鬼壓身/鬼压身” (pinyin: guǐ yā shēn) atau “鬼壓床/鬼压床” (pinyin: guǐ yā chuáng), yang berarti “hantu yang menekan tubuh” atau “hantu yang menekan kasur.”

Jepang: Fenomena ini memiliki panggilan kanashibari 金縛り, secara literal berarti “terikat pada logam” dari kata “kane” (logam/metal) dan “shibaru” (mengikat, terikat).

Korea: Gawi nulim (Hangul: 가위눌림), berarti “tertekan oleh hantu”.

Filipina: “Bangungut”, secara tradisional dikaitkan dengan mimpi buruk. Mereka yang berhasil selamat dari mimpi buruk akan mengalami sleep paralysis.

Uni Emirat Arab: Sleep paralysis sering disebut ‘Kabuus’ (Arabic: كابوس‎), berarti “penekan” atau ‘Ja-thuum’ (Arabic: جاثوم‎) yang berarti “yang duduk dengan berat”, Kabuus juga dapat diartikan sebagai mimpi buruk.

Islandia: Sleep paralysis secara umum disebut “Mara”, yaitu seekor goblin atau succubus yang dipercaya sebagai penyebab mimpi buruk. Kata ‘nightmare’ sendiri berasal dari nama sebutan “Mara”.

Malta: Fenomena ini dianggap sebagai sebuah serangan dari “Haddiela” istri dari “Hares”, sebuah entitas yang menghantui penduduk Malta menyerupai seorang poltergeist. Mereka percaya bahwa meletakkan pisau atau benda dari perak di bawah bantal dapat mengusir “Haddiela”.

Yunani: Orang Yunani percaya bahwa sleep paralysis terjadi ketika makhluk gaib bernama Mora, Vrachnas or Varypnas (Greek: Μόρα, Βραχνάς, Βαρυπνάς) mencoba mencuri suara si penderita dan duduk di atas dadanya.

Meksiko: Orang meksiko percaya bahwa hal ini disebabkan oleh arwah orang yang sudah meninggal. Arwah tersebut duduk di atas tubuh korbannya sehingga ia tidak dapat bergerak. Arwah ini disebut “Subirse el Muerto” yang berarti “orang mati di atasmu”.

wikipedia.org|nhs.uk|stanford.edu|webmd.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun