Pada pemilu sebelumnya dimana Trump menjadi pemenang, saya termasuk yang mendukung Trump.
Kok bisa?Â
Seperti orang amerika pemilih Trump pada umumnya, saya mendapat banyak sekali postingan tentang Trump di facebook, dan semua yang Trump sampaikan di video Facebook menjawab keinginan saya. Padahal ya saya bukan warga amerika, hanya karena waktu itu facebook saya sering aktif dengan warga US, sehingga masuk ke dalam jaring pengiriman iklan tim Trump.
Saya baru tahu setelah skandal Facebook terkuak, bahwa Trump memiliki begitu banyak video yang menjawab setiap isu yang dimiliki oleh warga Amerika.
Semisal Roland penggemar senjata api, maka tim Trump akan mengirim video Trump yang menyatakan dukungan atas pemilikan senjata api ke feed facebook Roland. Di lain pihak, Â Ralph yang mengecam kepemilikan senjata api akan mendapat video Trump yang prihatin dengan banyaknya kekerasan yang melibatkan senjata api.
Dengan jalan demikian, Trump seolah menjadi jawaban untuk semua orang. Sebuah marketing yang sangat luar biasa bukan?
Tapi strategi tersebut tidak bisa digunakan lagi oleh Trump. Penyedia jasanya sudah ditutup, pihak Facebook sekarang berhati - hati dengan iklan yang terkait dengan politik, dan masyarakat sudah mulai paham akan bahaya media sosial atas pembentukan opini politik.
Lalu apa yang dilakukan Trump dalam rangka memenangkan pemilu kali ini?
Jawabannya mudah ditemukan dan terlihat jelas dalam beberapa data berikut:
* Trump berfoto di depan gereja dengan memegang Alkitab. Beberapa orang mengatakan ini sebagai usaha Trump untuk mendapatkan dukungan dari gereja.
* Trump berada di balik pengakuan beberapa Negara Arab terhadap Israel. Kalau ini bisa dibaca dengan jelas di twit Perdana Menteri Israel sebulan ini.
* Banyak Rabi yang dengan jelas mendukung Trump dan memasukkan dukungannya ke dalam publikasinya. Saya sampai kaget saat salah satu Rabi yang saya ikuti di YouTube menyampaikan logika yang melawan simpulan dari data banyak penelitian mengenai Covid, dan semua itu hanya untuk membenarkan tindakan Trump.
Dari tiga data pengamatan tersebut tidak heran kalau banyak pihak yang menyebutkan bahwa Trump menjual agama untuk mendapatkan dukungan di pemilu kali ini.
Tidak ada salahnya beraktivitas dalam hal agama, tapi saat hal tersebut dilakukan hanya menjelang pemilu, hal itu memunculkan pertanyaan akan maksud dan tujuannya, apakah hal ini terkait dengan pemilu?
Dalam video yang beredar di Twitter bahkan pemimpin rohani yang ada di video tersebut sampai berdoa memanggil malaikat dan mengusir setan yang mencuri suara untuk Trump.
Menarik untuk dilihat hasilnya, apakah jualannya laku ataukah pemilih Amerika sudah lebih matang dalam berpolitik?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H