Tiga puluh tahun..wow…
Umur saya sudah tiga puluh tahun….wkwkwk
Rasa-rasanya baru kemarin lulus kuliah, baru kemarin kerja di Cikarang, baru kemarin kerja di rainbow…
Tuhan punya rencana…sudah sering kudengar, dan bagi kebanyakan orang itu merupakan kalimat penghibur yang sering didengar saat kita ada dalam masalah. Tapi bagi saya kalimat Tuhan punya “rencana” memiliki arti yang sangat dalam.
Ibu saya Sugiyantini memiliki andil paling besar dalam hal ini. Dari sejak keci beliau selalu mengatakan “kamu harus jaga diri baik-baik, Tuhan punya rencana dengan hidupmu, sejak lahir kamu sudah tak pasrahke ke Tuhan.”
Bisa dibayangkan seperti apa jadinya jika seorang anak tumbuh dengan perkataan seperti itu. Saya merasa diri saya special, hal yang baik bukan? Tapi saya kebablasan. Saya merasa berbeda dengan yang lain. Saya bahkan merasa jika pun saya berbuat jahat, pada akhirnya saya akan bertobat ditarik lagi ke jalan yang benar tanpa perlu usaha yang keras. Karena saya special. Perlu tahunan untuk saya menyadari bahwa saya special tanpa melupakan atau merendahkan bahwa orang lain pun special dan layak diperlakukan special. Tuhan memandang setiap kita special. Limited edition. Ga ada lo ga rame.
Lulus SMA saya ingin menjadi hakim atau pengacara, karena beberapa saudara dari pihak ayah menjadi hakim. Selain itu saya tidak ingin menjadi guru seperti halnya Ibu dan bapak, serta kakak saya yang waktu itu sedang kuliah bahasa. Saya hanya tidak ingin menjadi seperti mereka. Guru memiliki makna membosankan bagi saya saat itu.Berangkat pagi membawa tas, pulang sore, dirumah masih mengevaluasi pr dan tugas murid-murid.
Rencana awal saya ingin liburan dulu setahun, merasakan bebas dari sekolah. Tapi entah bagaimana, hari itu saya bisa ada di purwokerto mengikuti pendaftaran ujian masuk perguruan tinggi negeri. Saya lupa entah saya yang pengen lihat cewek-cewek cantik di purwokerto dan lalu mengajak teman saya Fedrik, atau Fedrikyang mengajak saya ke purwokerto untuk mengisi waktu liburan. Yang saya ingat waktu itu saya mengisi jurusan nutrisi makanan ternak. Kok bisa melenceng ya, saya juga bingung. Pertimbangan saya waktu itu adalah saya ingin menjadi suami yang baik kedepannya. Saat saya mencari fiugr suami yang baik itu seperti apa, saya melihat pak Anton tetangga saya yang berangkat kerja jam 9an, pulang jam 11 an trus berangkat lagi jam 3an, pulang lagi sore hari. Saya melihat pak Anton sosok yang bertanggung jawab, bisa menyediakan kebutuhan keuangan untuk keluarganya dan masih bisa memberikan waktu untuk bersama dengan keluarganya. Dan saya ingat pak Anton kerja di dinas peternakan. Jadi saat itu pilihan yang paling tepat adalah kuliah di peternakan biar bisa jadi seperti pak Anton.
Sebulan kemudian pengumuman hasil UMPTN keluar dan saya masuk. Ibu senang sekali anaknya bisa masuk perguruan tinggi negeri dan saya bingung sekali. Tapi saya tidak ingin merusak kesenangan ibu, jadi saya putuskan untuk kuliah di Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto jurusan Nutrisi Makanan Ternak.
Bikimia siklus N, Fisika, Biologi….mateng. Setahun kuliah saya pengin keluar. Tapi saya tidak punya hati, mengingat sudah banyak uang yang keluar untuk tahun-tahun awal masuk kuliah. Jadi saya mencoba mencari hal-hal yang menyenangkan. Saya bergabung dengan Capra Pecinta Alam.
Capra Pecinta alam memberikan unsur penting dalam pembelajaran kehidupan saya. Masih teringat saat pendidikan dasar Capra Pala, saya bingung saat di suruh tidur di tepi bukit cendana Gunung Slamet, saat minum dari selokan yang mengalir, saya marah. Marah karena tidak bisa mendapatkan yang membuat saya merasa nyaman, dalam marah itu saya memutuskan untuk membuat diri saya nyaman, untuk bertanggung jawab menyediakan kenyamanan dalam ketidaknyamanan lingkungan yang saya hadapi. Saya tebang satu pohon yang masih kecil. Saya jadikan kerangka yang saya tutupi dengan jas hujan, sehingga malam itu saya bisa tidur dengan nyenyak, terlindung dari gerimis setelah berjalan dari jam 7 malam sampai jam 2.30 dini hari. Rupanya aksi saya diintip oleh Alex Murtopo Jati, teman dan salah satu guru kehidupan saya. Malu saya.
Kuliah saya tempuh dalam waktu 5,5 tahun hampir 6 tahun. Sebenarnya saya ingin bertahan satu semester lagi karena ingin membantu Alex dan Capra merealisasikan satu agenda nasional. Tapi keluarga sudah mulai menanyakan kok lama lulusnya, jadi saya lulus dengan nilaiyang cukup untuk melamar pekerjaan 2,84.
Saya tidak suka bergantung dengan bantuan orang lain, sehingga dalam bekerjapun saya tidak mau bergabung dengan bantuan teman. Saat itu ego saya masih tinggi. Hasilnya. Puluhan surat lamaran dengan sedikit sekali respon dari perusahan yang saya lamar. Stress.
Dalam kondisi ini saya mulai menanyakan tentang kehidupan. Benarkah saya special? Benarkah Tuhan punya “rencana” dalam hidup saya? kalau memang iya, kenapa seperti ini?
Terus saja saya bertanya dan bertanya. Hingga akhirnya semua pertanyaan itu bermuara pada satu pertanyaan utama dalam hidup. Benarkah ada Tuhan? Jangan-jangan selama ini saya dibohongi oleh orang tua saya, jangan-jangan saya dibohongi oleh pak pendeta, oleh orang-orang jaman dulu. Jangan-jangan benar kata karl Marx bahwa agama adalah candu bagi masyarakat, solusi bagi orang yang tidak mampu menghadapi kenyataan kehidupan. Jangan- jangan ….
Kurang lebih sebulan saya menggumuli hal ini. Dan jawaban itu datang dari sumber yang tidak dinyana…..
Tuhan itu ada, Tuhan itu baik, Dia punya rencana dalam hidup setiap kita.
(sengaja detail cerita tidak saya ungkap di sini, setiap kita akan mendapatkan pembelajaran itu pada waktu-Nya)
Dalam keyakinan bahwa Tuhan itu “ada” saya berangkat mengadu nasib ke Jakarta (wkwkwk, kayak pilem ya). Saya melamar beberapa perusahaan, ikut training beberapa kali, dan belum ada yang cocok.
Satu kali saya membaca kompas di baris loker, hanya lima baris, kecil, dicari opr mgr taman bacaan Cikarang. Sama sekali ga ada kecocokan kan dengan latar belakang pendidikan maupun pengalaman organisasi. tapi hati ini kok kayak melekat, ya udah saya daftar. Jika selama ini saya melamar dengan ketikan, kali ini saya melamar dengan lamaran tulisan tangan.
Coba tebak….
Dengan resmi kartu nama saya menjadi
Imanuel dae panny S.Pt
Operational Manager Taman Bacaan Sahabat Karir
Your favorite reading corner
Siapa sangka di tempat ini saya bertemu dengan orang-ornag luar biasa. Saya berkenalan dengan pak Oyong GM sakalaguna Smesta, beliau memilki CV yang luar biasa mulai dari salesman door to door hingga melejit menjadi General Manager. Saya bertemu dengna oma Win, wanita luar biasa yang mendirikan kursus bahasa Inggris ternama di Semarang, dari beliau saya meilhat bagaimana manajemen waktu yang baik dfan tepat untuk kita mengembangkan diri.
Dan ditempat ini pula saya bertemu misionaris yang saya yakin beliau sendiri tidak tahu bahwa melalui cerita kekecewaan beliau akan mahasiswanya yang melarikan diri dari pos-nya di Kalimantan telah membangkitkan panggilan “rencana” Tuhan yang mulai terlupakan dalam hidup saya.
Saya ingin bekerja dengan lembaga social.
Dari bacaan dan pembelajaran dari kelas bimbingan karir pak Oyong saya mencoba melihat kebutuhan lembaga social yang ingin saya lamar (WVI). Hasinya saya putuskan untuk belajar lagi. Pada waktu yang bersamaan, keluarga juga sedang ada goncangan, sehingga semuanya terasa pas. Saya kuliah di Manajemen Pendidikan UKSW Salatiga.
Di salatiga pula saya menemukan kenikmatan dalam dunia anak-anak. Dengan sumbangsih ms Ninik dan Mrs Dian saya bergabung dengan Realfun Rainbow PreSchool and Kindergarten.
Pekerjaan yang semula saya anggap menyebalkan ternyata sangat menyenangkan. Terbesit penyesalan kenapa tidak dari semula saya menjadi guru saja. Kenapa harus menempuh jalan memutar-mutar hanya untuk menemukan passion.
Tapi rupanya dengan jalan putar-putar itu saya lebih mengenal diri saya sendiri. Dengan jalan putar-putar itu, pada tahun 2011 saya mendapat kursi gratis di pelatihan NLP pak Hingdranata Nikolay. Dengan jalan putar-putar itu sekarang saya bertemu dengan pak Yonathan Lie Sing liat dan berkesempatan belajar dan bekerja bersama beliau. Denganjalan putar-putar saya bertemu dengan wanita cantik bernama Maria Tri Hapsari (tentang ini ada cerita sendiri, special story).
Melihat kebelakang….rasa-rasanya semua yang awalnya saya inginkan tidak terpenuhi…(kuliah hukum, jadi pengacara, bekerja di lembaga social)…dari kegagalan kegagalam ini saya melihat nilai inti dibalik setiap keinginan tersebut…dari keinginan menjadi hakim saya saya menginginkan adanya keadilan bagi setiap orang, bahwa setiap anak berhak mendatkan pendidikan dan kesempatan untuk mengembangkan dirinya dengan ditemani guru yang mau memahami dan menerima dirinya apa adanya serta melihat potensinya.
Dari keinginan bekerja di lembaga social saya meilihat nilai empati yang harus dimiliki bagi setiap guru dalam mengerjakan tugasnya membimbing murid-muridnya.
Guru di sini bukan hanya guru di sekolah, tetapi guru dalam kehidupan sesungguhnya. Saya sungguh beruntung memiliki guru-guru yang hebat, Rusmanto (mengajarkan tentang kebaikan hati dalam berbagi), Alex (kesetiaan), Endras Heru Purnawan (Ketekunan), Feby (Semangat), bapak Timotius Oyong (pengembangan diri), Pak Yonathan Lie Sing Liat (Action), Hingdranata Nikolay (NLP), Maria Tri Hapsari (trusting God) dan banyak guru-guru lain.
Dan cerita ini masihberlanjut…
Jalan putar-putar itu masih terlihat, hingga pada akhirnya nanti akan tampak jalan itu menjadi sebuah roller coaster yang seru……
Tuhan itu ada,
dan Dia punya rencana dalam setiap kita, “Special”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H