Pertama, ijinkan saya bersedih karena draft post yang sudah saya buat ternyata hilang tanpa jejak. Sepertinya karena sinyal yang jelek dan saya juga sedang terburu-buru saat menyimpannya.
Akhirnya, saya harus menulis ulang lagi pengalaman saya saat ikut acara "Kompasiana Drive n Ride" tanggal 8 Maret 2015 kemarin.
Saat mendapatkan email ajakan untuk mendaftar, saya langsung saja mendaftar. Saya tak berharap banyak karena saya rasa banyak juga yang  berminat. Makanya, saat mendapat email konfirmasi, saya girang bukan main. Iya, saya memang agak lebay.
Sebagai pencegahan untuk kebiasaan saya yang sering nyasar, saya sudah bertanya terlebih dulu ke kakak saya arah ke meeting point, Gedung Bentara Budaya. Saya pun menggunakan aplikasi Waze untuk lebih pasti.
Saat sudah hampir dekat dengan gedung, saya pun merasa senang. Wah, hari ini lancar. Lalu, saya heran kenapa saya tak kunjung mendengar ucapan "You have reached your destination" dari Waze.
Saat saya cek, ternyata aplikasi Waze saya sudah tertutup. Smartphone saya memang sungguh pintar sampai bisa mengambil keputusan sendiri tanpa minta persetujuan pemiliknya.
Ternyata saya sudah melenceng jauh dari lokasi awal. Dan akhirnya saya berputar-putar, terjebak macet, beradu nyali bersama para supir angkot, lalu sampai di meeting point jam setengah sembilan. Padahal saya berangkat jam enam pagi dan diminta berkumpul jam tujuh pagi.
Jujur saja, saya sudah terpikir untuk batal ikutan. Untunglah saya tetap datang. Kalau tidak, saya akan kelewatan kesempatan yang menyenangkan.
Tiba di meeting point, saya segera menyerahkan formulir pendaftaran. Belum lama saya duduk, hujan turun dan kami diajak untuk pindah ke gedung sebelah. Tak lama, pengarahan pun dimulai.
Kami dijelaskan tentang maksud dan tujuan acara Kompasiana Drive n Ride, mobil yang akan dibawa (New Mirage) dan juga cara berkendara yang aman. Daftar acara hari itu pun dijelaskan secara singkat.
Ternyata, ada acara tambahan dari timeline yang sebelumnya dikirimkan oleh panitia ke email para peserta. Ada makeover di Gandaria City! Memang saya lihat ada acara makeover, tapi tidak disebut lokasinya. Gandaria City pun tidak ada dalam list yang saya lihat sebelumnya. Atau saya saja yang kurang perhatian? Entahlah.
Oh ya, ketakutan saya pun terjadi. Mobil yang digunakan adalah mobil bertransmisi otomatis. Saya tidak terbiasa dengan mobil seperti itu. Bahkan, kalau panitia ingat saat saya mendaftar, saya menyebutkan Suzuki Katana sebagai mobil pertama saya. Dan, saya sangat nyaman menggunakan mobil tersebut.
Anyway, apa Katana ada yang bertransmisi otomatis, ya? Seru juga kalau ada.
Pembagian tim pun dilakukan, walau pikiran saya masih melantur ke mana-mana. Kali pertama, saya mendapat tim dengan tiga orang pengemudi (satu tim harusnya terdiri dari dua pengemudi dan satu penumpang). Kemudian, saya dan pengemudi yang satu lagi tidak terbiasa membawa mobil matic. Akhirnya, saya berkelompok bersama Kang Arul dan Fawwaz.
Pengakuan, saya baru tahu dan ingat nama Fawwaz di beberapa jam terakhir acara. Saya memang kesulitan mengingat nama dan wajah orang lain. Plus, sedikit masalah dalam hal mendengar dengan baik. Jadi begitulah.
Tujuan pertama, kami meluncur ke Gandaria City. Kang Arul mengemudi dengan santai sementara saya berusaha sebaik mungkin mengamati cara berkendaranya. Semoga saja saya sedang mengamati cara berkendara yang benar.
Di sana, kami termasuk tim pertama yang sampai. Oh ya, kami tidak hanya bertiga di dalam mobil. Ada satu orang dari panitia yang akan mengawasi kami dalam berkendara. Supaya kami tidak melakukan kecurangan dalam ajang adu irit.
Gak mungkin juga, sih. Secara sayang banget kalau gak menikmati setiap fitur dari New Mirage semaksimal mungkin.
Cuaca yang mendukung, audio yang mantap, perjalanan yang cenderung lancar bikin berkendara semakin nyaman dan nyaris lupa sama adu irit. Gak deh, yang terakhir rada bohong. Siapa yang gak mau menang, sih?
Setibanya di Gandaria City, kami pun diarahkan untuk ke H&M. Belanja baju dengan arahan dari seorang fashion stylist. Saya dengan setia menemani Kang Arul dan Fawwaz mencari properti untuk kami gunakan bersama.
Tadinya sudah hampir sepakat dengan satu baju, tapi saat saya hendak mencoba baju tersebut, saya dilarang masuk ke ruang ganti.
Ternyata ruang ganti cowok dan cewek dipisah. Akhirnya saya diarahkan ke lantai bawah. Di sana saya bertemu dengan sang pengarah gaya busana. Saya bercerita bahwa tim saya hendak mengenakan baju bernuansa abu-abu. Katanya, karena saya cewek sendiri, gimana kalau pake baju beda tapi bernuansa sama?
Akhirnya saya ikuti sarannya. Semua baju yang disarankan saya terima saja dengan ikhlas lalu coba di ruang ganti. Wah, namanya penata gaya, kebanyakan cocok saja sehingga saya bingung sendiri.
Saya menghabiskan waktu cukup lama memilih baju dan nyaris lupa bahwa saya punya teman satu tim yang menanti saya. Soalnya, topi dan kacamata yang hendak dipakai bersama ada di kantong belanja yang saya pegang.
Saat saya bertemu dengan rekan tim saya, wow, mereka pun sudah berubah menjadi lebih gaya!
Cukup menyenangkan juga melihat rekan yang lain saat bertransformasi. Walau, gak semua langsung mengenakan setelah selesai belanja.
Kalau saya dan tim sih, langsung narsis bergaya dengan gaya terbaru kami. Sayang, kami tidak terpilih menjadi kostum terbaik. Padahal saya merasa gaya kami sudah maksimal.
Coba deh, apa kalian setuju dengan saya?
[caption id="attachment_403907" align="aligncenter" width="700" caption="cr: Kang Arul"][/caption]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H