Â
      "Kamu kenapa ndok?" tanya Warsinih.
       "Aku tidak apa-apa nek," jawabnya.
     Seketika dia bingung saat melihat Warsinih berada di hadapannya, lalu dia mulai berdiri dan memapahnya kembali. Sinta meraih tangan Warsinih agar bisa duduk di dekatnya. Warsinih memandangi ruangan nya  yang tampak sudah ada penerang.
      "Siapa yang menghidupkan lilin?" tanyanya.
      "Sinta, nek," jawabya.
     Tampak wajahnya semakin sendu, dia berharap bukan Sinta, tapi Rudi cucu satu-satunya. Warsinih melihat foto yang terpampang di dinding. Tak terasa air matanya kembali berlinang, akhirnya dia berkata dan menguatkan dirinya.
 Â
      "Sinta, sudah berapa lama Rudi meninggalkan kita?" tanyanya.
      "Hem, sudahlah nek, seharusnya dari dulu nenek ikhlas. Jangan terlalu sedih, kesehatan nenek itu penting." Ujar Sinta.
      "Kamu masih muda tapi tabah, makasih ya ndok, besok tolong antarkan nenek ke makamnya."