Sukma berjalan tergesa-gesa. Kedua tangannya menjaga agar teh tidak tumpah. Seorang perempuan menghentikan langkahnya dan memegang lengan gadis itu dengan kuat.Â
 " Ga usah pede Dewa suka kamu."
Sukma menahan sakit. Dia berontak. Sukma menatap tajam perempuan itu dan pergi tanpa mengatakan apapun.
Gadis itu masuk ke ruangan Dewa. Diberikan teh itu dengan hati-hati. Dewa meminumnya. Lelaki itu menyandarkan diri di sofa. Mengucapkan terima kasih pada gadis itu. Sesaat kemudian dia memejamkan mata.
Sukma merapikan ruangan Dewa yang berantakan. Kertas berhamburan di meja. Gadis itu melihat file yang masih terbuka di laptop.
Design undangan pernikahan Dewa dan seorang perempuan bernama Rania. Terlihat picture profile di alamat email itu. Laki-laki normal tidak akan menolak diajak menikah dengannya. Bahkan dengan satu kedipan, pria akan bertekuk lutut.
Gadis itu terkejut, saat Dewa tiba-tiba memanggilnya. Dia minta maaf karena lancang membaca file yang seharusnya tidak dibaca. Dewa menggangap Sukma seperti sahabatnya sendiri tidak keberatan file itu dibacanya.
Dewa bercerita, sehari setelah email undangan pernikahan itu, Rania meninggal tidak wajar. Jenazahnya ditemukan di danau. Padahal Rania bukan kekasihnya. Keesokannya polisi bertanya pada Dewa tentang undangan dalam laci meja kerja Rania.
Lelaki itu bersaksi kedekatannya hanya sebatas rekan kerja. Polisi yakin bahwa keduanya tidak punya hubungan khusus setelah meminta keterangan dari keluarga. Dewa difitnah. Namun berhasil lolos.
Sukma menaruh curiga kepada Amora. Gadis yang mencegat dirinya di koridor. Perempuan itu terobsesi pada Dewa. Namun Dewa mengatakan tidak ada bukti Amora pelakunya.
Hari berikutnya kampus digemparkan dengan tubuh Amora yang tergantung di toilet. Undangan pernikahan bertuliskan nama Amora dan Dewa tergeletak di lantai.
Seharian itu Sukma tidak bisa bekerja dengan tenang. Dia tahu bahwa dirinya dalam bahaya. Pesan kejadian itu sangat jelas. Seseorang tidak suka Dewa dekat dengan perempuan lain.
Tapi Sukma baru satu bulan kerja di kampus ini dan tidak punya hubungan apapun dengan Dewa. Dia tidak tahu dimana lelaki itu tinggal. Dimana keluarganya.Berasal darimana. Tiga hari kemudian Dewa ditemukan tewas di mobilnya.
Di hari kematian Dewa, Sukma menerima email dari Dewa. Dengan gemetar dia membuka isinya. Tidak ada pesan apapun. Hanya satu file yang berisi undangan pernikahan bertuliskan namanya dengan Dewa.
Semenjak kematian Dewa, hidup Sukma dibayangi rasa takut. Dia tahu ada seseorang yang mengintainya. Dia meminta polisi berjaga dirumahnya selama kasus pembunuhan Dewa belum terungkap.
Dia mengganti semua kunci rumah. Memasang kamera pengintai dan memasang terali di balik jendela rumah. Dia memberikan kunci ganda hanya kepada polisi yang berjaga.
Gadis itu membeli bahan makanan dan mengolahnya sendiri. Dia akan memastikan semua yang masuk ke tubuhnya aman. Seperti hari itu dia pergi ke supermaket dekat rumah.
Setelah menyapa polisi yang berjaga, kantung belanjaan dikeluarkan dari kursi belakang mobil. Sukma langsung membawanya ke dapur. Dimasukkan sayuran dan buah di kulkas. Bahan makanan lainnya disimpan di lemari.
Saat  Sukma menikmati buku, seorang lelaki keluar dari bagasi mobilnya. Mengendap masuk rumah melalui garasi. Lelaki itu berjalan dalam gelap. Menaiki anak tangga dengan perlahan menuju kamar Sukma.
Lelaki itu membekap mulut Sukma dari belakang. Sukma berontak melepaskan diri. Tapi tangan itu terlalu kuat. Sukma mencakar lengan lelaki itu dan berhasil melonggarkan dekapannya.
Siku tangannya diarahkan ke bagian perut lelaki itu dan berhasil lolos. Sukma lari keluar kamar dan meminta tolong polisi yang berjaga.
Gadis itu menuruni tangga dengan cepat. Lelaki itu dengan sigap menarik baju dan mendapatkan Sukma kembali. Sukma mengenali  wajah itu. Dewa.
Lelaki itu menjatuhkan tubuh Sukma ke lantai. Pisau di tangannya tepat diatas jantung Sukma. Semua perempuan yang dekat dengan Dewa harus dibunuh, seperti kekasih Arjuna yang meninggalkan dirinya demi Dewa. Saudara kembarnya.
Sukma menahan pisau itu dengan payah. Jeritan panjang menyudahi perlawanan itu. Darah mengotori wajah Sukma. Sebuah peluru menembus dahi Arjuna.
*Anjani Eki
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H