Seharian itu Sukma tidak bisa bekerja dengan tenang. Dia tahu bahwa dirinya dalam bahaya. Pesan kejadian itu sangat jelas. Seseorang tidak suka Dewa dekat dengan perempuan lain.
Tapi Sukma baru satu bulan kerja di kampus ini dan tidak punya hubungan apapun dengan Dewa. Dia tidak tahu dimana lelaki itu tinggal. Dimana keluarganya.Berasal darimana. Tiga hari kemudian Dewa ditemukan tewas di mobilnya.
Di hari kematian Dewa, Sukma menerima email dari Dewa. Dengan gemetar dia membuka isinya. Tidak ada pesan apapun. Hanya satu file yang berisi undangan pernikahan bertuliskan namanya dengan Dewa.
Semenjak kematian Dewa, hidup Sukma dibayangi rasa takut. Dia tahu ada seseorang yang mengintainya. Dia meminta polisi berjaga dirumahnya selama kasus pembunuhan Dewa belum terungkap.
Dia mengganti semua kunci rumah. Memasang kamera pengintai dan memasang terali di balik jendela rumah. Dia memberikan kunci ganda hanya kepada polisi yang berjaga.
Gadis itu membeli bahan makanan dan mengolahnya sendiri. Dia akan memastikan semua yang masuk ke tubuhnya aman. Seperti hari itu dia pergi ke supermaket dekat rumah.
Setelah menyapa polisi yang berjaga, kantung belanjaan dikeluarkan dari kursi belakang mobil. Sukma langsung membawanya ke dapur. Dimasukkan sayuran dan buah di kulkas. Bahan makanan lainnya disimpan di lemari.
Saat  Sukma menikmati buku, seorang lelaki keluar dari bagasi mobilnya. Mengendap masuk rumah melalui garasi. Lelaki itu berjalan dalam gelap. Menaiki anak tangga dengan perlahan menuju kamar Sukma.
Lelaki itu membekap mulut Sukma dari belakang. Sukma berontak melepaskan diri. Tapi tangan itu terlalu kuat. Sukma mencakar lengan lelaki itu dan berhasil melonggarkan dekapannya.
Siku tangannya diarahkan ke bagian perut lelaki itu dan berhasil lolos. Sukma lari keluar kamar dan meminta tolong polisi yang berjaga.
Gadis itu menuruni tangga dengan cepat. Lelaki itu dengan sigap menarik baju dan mendapatkan Sukma kembali. Sukma mengenali  wajah itu. Dewa.