Mohon tunggu...
Miss Echa
Miss Echa Mohon Tunggu... -

seorang isteri, ibu dari satu anak, mantan pekerja kantoran yang menjadi guru TK karena menemukan passion pada dunia anak. Mari menyelami kehidupan anak dan menjadikan mereka menikmati hidup.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kalau Mau Anak Jago Bahasa Inggris, Biasakan Berbahasa Inggris di Rumah

5 November 2015   17:45 Diperbarui: 16 April 2017   02:00 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mengajar di kelas kindegarten sebenernya gampang-gampang susah. Gampang karena usia mereka rata-rata sudah 4-5tahun. Berarti sudah bisa dikasih tahu, bisa diajak bicara dan motorik halus dan kasarnya pun sudah lumayan terasah.

Namun, tetap aja tidak bisa dibilang gampang, karena karakter mereka sudah terbentuk dari masing-masing keluarga. Ada anak yang gampang dikasih tahu (pengertian) ada juga yang langsung pundung atau malah melow (cengeng).

Susahnya adalah karena tuntutan SD sekarang, yang mengharuskan anak TK sudah bisa calistung (baca, tulis dan berhitung) sebelum masuk SD. Belum lagi kalau anak nantinya mau dimasukkan di sekolah-sekolah yang sudah terkenal, anak harus ikut ujian masuk dan sudah pasti mereka diharuskan menjawab soal-soal layaknya anak SD ikut UN.

Sekolah tempat aku mengajar memang berbasic Inggris. Bahasa pengantarnya menggunakan bahasa Inggris, tapi tetap juga terpaksa bilingual (campuran) karena tidak semua anak yang di sini orang tuanya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa percakapan di rumah.

Maksudnya banyak orang tua sekarang yang "baru melek", tahu pentingnya bahasa Inggris sejak dini memasukkan anak mereka ke sekolah-sekolah yang berbasic inggris.

Nah, kalau sudah begini biasanya ortu tersebut mengharapkan dalam waktu setahun anak bersekolah di sana, sudah bisa cas cis cus. Heloowwww... Wake up please.... Bagaimana mungkin anak bisa langsung jago ngomong Inggris kalau hanya belajar 2 jam setiap pertemuan. Dan jam belajarnya pun seminggu cuma 8 kali.

Sadar sih sadar kalau persaingan menuntut anak sekarang bisa berbahasa Inggris. Dan sadar juga kalau bayaran mahal untuk mendapatkan itu. Tapi perlu diingat kemajuan pertumbuhan anak berawal dari lingkungan keluarga. Kalau ada stimulasi dari rumah mungkin anak bisa sedikit lebih maju dari teman-temannya.

"Show and tell"

Balik lagi ke soal mengajar, karena OB tidak masuk jadi hari ini harus ubah jadwal bermain (tiap Kamis, kelas KG bisa main di playground atas). Jadi, aku harus mikir cepat kegiatan apa yang harus dibuat supaya anak nggak bosen dan kesal karena nggak sesuai jadwal.

Akhirnya aku punya ide untuk membuat "show and tell" di mana kita harus menjelaskan tentang sesuatu kepada teman dan guru. Sebenernya ini bagus untuk melatih anak bicara di depan banyak orang dan memaksa anak untuk merangkai kalimat untuk bercerita.

Karena aku ngajar di sekolah bilingual maka ceritanya pun harus dengan bahasa Inggris.

Oiya murid KG sebenernya cuma 3 orang. Kenapa? Karena ini adalah sekolah yang baru dibuka 3 tahun yang lalu, dan tahun ini adalah tahun kedua kami akan meluluskan 2 anak KG B untuk meneruskan ke SD. Tahun lalu kami sudah meluluskan 2 anak KGB dan mereka saat ini bersekolah di sebuah SD swasta di Bekasi.

Show and tell belum pernah aku buat selama ini karena kemampuan bahasanya sangat minim, (hanya seorang anak yang lumayan fasih karena di rumah biasa ngomong Inggris sama ayahnya). Tapi tadi kepikiran aja untuk sekalian ngetest gimana, apa mereka bisa merangkai kalimat dalam bahasa Inggris. Topik yang aku ambil yaitu bercerita tentang giraffe (aku juga sudah menyiapkan bonekanya dan mencontohkan bagaimana cara bercerita). Dan beginilah kegiatan mereka:

Yos (KG B): hello friend, my name is giraffe. I live in the jungle but you can find me at the zoo too. I eat leaf. I have looonng neck because I always try to reach leaf from the high tree. I've 4 legs and 1 tail. Thank u.

Sisi (KG A): hello friend. This is giraffe (ambil nafas panjang, mungkin takut dan bingung mo ngelanjutin apa) i have 2 hands and 2 legs. This is tail and neck is loooong. Thank u (sangat singkat tapi lumayan Inggrisnya).

Rizal (KG B): hello friend. This is giraffe (suaranya kenceng; sangat percaya diri) I have 4 legs, 1 tail and loooong neck. I eat daun (kedua temannya ketawa) and I can eat, I can sit, I can drink, and I can play. I have play at home. (Shhh... makin cekikikan teman-temannya. Sebenernya aku juga udah geli banget. Mau di stop tapi Rizal lagi semangat2nya)... mmhhh....terus apalagi ya miss??

Aku tanya, "Sudah selesai juga ga apa-apa kok." Rizal jawab, "Belum miss."

Dan dia meneruskan ceritanya. “I can play at my home. I can play tab...” Hahahhahahaha... Yos langsung ngakak ketawa sambil mukul dahinya sendiri. "Miss, how come the giraffe can play tab at her house?"

Sebagai guru kan nggak mungkin aku menyalahkan Rizal. Jadi aku jawab, "Well, maybe Rizal has seen them..."

"NOOOO... Miss, that's impossible.”

Muka Rizal langsung berubah merah dan sedikit mendung, mau nangis karena malu.

Aku langsung menyudahi pembicaraan tadi. "Semuanya sudah bercerita dengan bagus hari ini. Good Job!!" Dan Rizal juga bagus kok, karena sudah berusaha bicara dalam bahasa Inggris.

Dengan Yos, aku berkata, "You should appreaciate him coz he tried his best to speak in English." Tapi memang namanya anak ada yang model kritis macam Yos, dia tanya lagi, "But Miss, you never see a giraffe playing a tab, right?" (Tetep ngotot)

Dan perlu jawaban bijak yang cukup bisa dimengerti bocah berusia 5 tahun ini. Aku menjawab, "Rizal wants to explain that he saw ‘one day with a giraffe’ at his tab at home, and tried to tell about the film. But because his english is still improving he can’t explain more details, not like you, Yos." Dan dengan senyum Yos menjawab, "Ooowww... I see. Thank you Miss.”

Mmmmhhh....memang kadang diperlukan jawaban paling tepat untuk sebuah pertanyaan paling mudah dari seorang anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun