Mohon tunggu...
Dewi Puspitasari
Dewi Puspitasari Mohon Tunggu... Guru - Guru Kelas 5 SDN Pagedangan 01

Saya adalah Guru di SDN Pagedangan 01. Saya suka menulis. Saya bergabung disini dengan harapan, saya bisa meningkatkan kemampuan menulis saya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Refleksi Modul 2.3

21 Maret 2023   19:31 Diperbarui: 21 Maret 2023   19:33 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera bagi kita semua, shalom, om swastiastu. Namo buddhaya, salam kebajikan.

Apa kabar para pembaca yang budiman? Semoga Kesehatan dan keberkahan selalu menyertai kita semua, aamiin.

Pada kesempatan kali ini saya akan memaparkan Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 2.3 yaitu tentang Coaching untuk Supervisi Akademik . Jurnal refleksi ini saya tulis sebagai media untuk mendokumentasikan perasaan, gagasan dan pengalaman serta praktik baik yang telah saya lakukan selama mengikuti proses Pendidikan Guru Penggerak ( PGP ) Angkatan 7. Refleksi merupakan bentuk evaluasi terhadap diri sendiri dalam memaknai sebuah kejadian. Dan saya akan memaparkannya dengan menggunakan Model 8: Model Driscoll Model ini diadaptasi dari refleksi yang digunakan pada praktik klinis (Driscoll & Teh, 2001). Model yang dikenal dengan Model "What?" ini pada dasarnya terdiri dari 3 bagian, namun dapat dikembangkan dengan berbagai variasi bergantung pada pertanyaan detail yang dipilih, yaitu: WHAT? (Deskripsi dari peristiwa yang terjadi), kemudian SO WHAT? (Analisis dari peristiwa yang terjadi), dan terakhir NOW WHAT? (Tindak lanjut dari peristiwa yang terjadi).

Model "What" yang pertama adalah WHAT atau deskripsi dari peristiwa yang terjadi. Modul 2.3 ini merupakan modul terakhir di paket modul 2, yaitu Coaching untuk Supervisi Akademik. Di modul ini saya mempelajari tentang bagaimana melaksanakan coaching untuk supervisi akademik. Di awal modul yaitu alur Mulai dari Diri, saya diminta menjawab beberapa pertanyaan tentang kegiatan supervisi yang pernah saya alami. Sebagai guru yang di supervisi KS tentu saja saya selalu deg-degan pada saat kegiatan supervise. 

Dulu, saya pikir bahwa coaching sama dengan mentoring, tapi ternyata berbeda. Pemahaman ini saya peroleh setelah saya belajar mandiri di alur eksplorasi konsep. Pada saat ruang kolaborasi, saya juga mendapat penguatan dari fasilitator tentang praktik coaching. Selanjutnya saya dan rekan CGP lainnya berlatih untuk mempraktikkan coaching lewat google meet. Pada sesi ini kami dikelompokkan berpasangan untuk bermain peran sebagai coach dan coachee. Setelah fasilitator memberikan penguatan, kami diminta masuk ke bor yang sudah disiapkan fasilitator untuk berlatih coaching. 

Secara berpasangan, tiap CGP diminta Latihan coaching dengan tema bebas dan dilaksanakan secara bergantian, jadi kami juga merasakan menjadi coach maupun coachee. Setelah Latihan coaching, kami diminta memberikan refleksi. Kemudian dari refleksi itu, fasilitator memberikan penguatan tentang apa yang di rasa kurang di sesi Latihan, agar pada saat pelaksanaan di rukol selanjutnya bisa lebih baik lagi. Sesi kedua ruang kolaborasi, kami diminta untuk praktik coaching kembali dengan durasi 15 menit setiap CGP. Jadi saya berperan 15 menit sebagai coach dan 15 menit sebagai coachee. CGP diminta merekam kegiatan ini untuk kemudian diunggah ke LMS.

Kemudian, WHAT yang kedua adalah SO WHAT yaitu Analisa dari peristiwa yang terjadi. Rangkain alur yang saya lalui selama mendalami modul 2..3 membuat pemahaman bahwa coaching dilaksanakan bukan dilakukan untuk menilai melainkan mencari solusi dari permasalahan yang ada pada coachee. Pada saya saat awal melakukan praktik coaching, saya merasa bingung dan ragu, apa yang mau saya sampaikan jika saya sebagai coach maupun coachee. 

Namun itu menjadi tantangan tersendiri bagi saya untuk dapat mengubah keraguan tersebut menjadi pemahaman yang sempurna. Beruntung dalam ruang kolaborasi, kami diberi kesempatan untuk mempraktikkan coaching dengan rekan CGP. Dengan berpedoman alur TIRTA membuat saya lebih terarah dalam melakukan praktik coaching. 

Meskipun belum maksimal, tapi saya merasa senang dapat mempraktikkan coaching ini dengan baik. Memang perlu latihan yang terus menerus dan jam terbang yang tinggi agar coaching dapat berjalan lancar dan tujuan yang diharapkan coachee dapat tercapai. Praktik coaching ini juga mengajarkan saya untuk menjadi pribadi yang lebih bijaksana dan matang secara sosial emosional.

Disinilah keterampilan sosial emosional digunakan, walaupun belum sempurna, tapi untuk menuju sempurna tentunya diperlukan Latihan terus menerus ya. Selain itu, saya juga merasa lega, plong saat coachee mampu menemukan solusi sendiri dari permasalahan yang dihadapi sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Saya juga senang karena dapat membantu rekan untuk memaksimalkan potensi dirinya melalui pertanyaaan-pertanyaan berbobot yang saya berikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun