Ini bukan curhatan, hanya merangkai kalimat dari ratusan kata yang kubaca di dunia maya
Ini juga bukan define mechanism, hanya sebuah uraian realita....
Belajar Dari Rumah, jadi polemik baru. Media Sosial ramai dengan postingan orang tua dari semua grade sekolah. Screenshoot perbincangan di grup tentang keluhan ini dan itu, tentang kritik dan saran, tentang kemarahan juga kesedihan, lalu bertambah menjadi menyalahkan dan disalahkan.Â
Pada dasarnya semua manusia memang ingin selalu ada di zona yang aman, tidak terusik dan tidak terbebani. Tidak ada yang menyukai situasi sekarang, mungkin jika ia bisa berbicara; hanya bumi yang yang akan bersyukur tentang situasi sekarang.
Mendengar banyak keluhan, membuat hati terasa berat (sekalipun sejujurnya, tak ada rasa bersalah di hatiku), ingin menambah keluhan hanya saja merasa tak pantas. Bukan kenapa-kenapa tapi sebagai seorang "pengajar" apakah nantinya itu akan diterima sebagai sesuatu yang wajar?
Realitanya....
Pembelajaran online membuat kamipun ketar-ketir
Memikirkan bagaimana pembelajaran dapat terlaksana di rumah?
Memikirkan bagaimana dengan anak yang ayah dan ibunya bekerja?
Bagaimana dengan orang tua yang belum melek tekhnologi? (jika di perkotaan ini mungkin tak bermasalah, tapi apa kabar di pedesaaan?)
Memikirkan bagaimana membuat bahan ajar yang tepat, bahan belajar yang dapat diperoleh dimana saja, tidak memberatkan orang tua tapi tujuan pembelajaran dapat tercapai. Ikut webinar ini dan itu supaya dapat inovasi baru...
Merancang bahan pembelajaran secara online, merekam video, menonton kembali, merekam ulang - bukan hanya mengulang tapi berulang-ulang, mengedit...sampai berhasil -- dengan hasil yang 'amatir'
Tentu saja, itu pekerjaan dari guru yang baru belajar, yang benar-benar awam dengan dunia broadcast
Belum berhenti disana....
Menanti kiriman proses pembelajaran anak, mendownload, spend time untuk menonton atau bahasa pendidikan yang kami pakai adalah mengobservasi proses tersebut lalu mengevaluasi.
Terus berlanjut dan berkesinambungan....
Jika ada yang sama sekali belum memberikan feedback, Â harus ambil cara lain -- visitasi
Ngajar dari rumah ke rumah...
Ada harga yang harus dibayar?
Tentu saja ada!
Menyediakan banyak waktu; bagian ini bagi yang belum married masih bisa ngelus dada sekalipun lembur sampai malam tapi bagi guru yang sudah married -- punya anak usia sekolah, itu selalu menjadi 'sesuatu'
Pertanyaan baru muncul dengan nada remeh temeh; kenapa mesti sampai malam?
Eheeemmmm......
Merekam video dengan hasil sound yang noisy itu bikin hati gemes, diulang ulang sampai seperti apa yang ada dalam imajinasi -- ini tanpa ruangan kedap suara -- harap maklum
Bahkan kegiatan cerita yang biasanya sekali beres kita action di depan kelas, sekarang bisa ditake 3x itupun dengan pengeditan yang wow....
Mengedit untuk jadi menarik itu juga sesuatu, kerja sambil belajar. Benar-benar mengucapkan banyak terima kasih untuk google dan youtube juga orang-orang baik diluaran sana yang sudah menyediakan banyak jawaban untuk segala sesuatu yang kita perlukan dalam proses ini.
WAKTU TENAGA DAYA DANA
Komplit, itu harga yang harus dibayar!
Apa semua itu bisa jadi alasan untuk mengeluh?
Bisa saja, ralat sangat bisa!
Guru juga seorang pekerja professional, yang punya jam kerja tertentu sesuai aturan, yang setelah jam kerjanya selesai maka ia juga akan pulang dan mengambil pekerjaan rumah tangganya, termasuk manjadi guru untuk buah hatinya. Apakah dia menguasai semua mata pelajaran anaknya disekolah? Tentu saja tidak, iapun harus spent time untuk mempelajarinya atau membangun komunikasi yang baik dengan sang pengajar anaknya disekolah -- prinsipnya yang penting tujuan pembelajaran berhasil diperoleh si anak.
Ini sama seperti seorang pengusaha/ pedagang/ dokter/ bidan/ perawat/ konsultan/ pengacara/ hakim, dll  yang setelah pulang kerja harus menjadi pengajar untuk anak-anaknya.
Daripada mengeluh dan protes ini itu, apa salahnya jika waktunya dipakai untuk mempelajari sesuatu yang berguna.
Saya salut untuk semua orang tua yang sampai hari ini benar-benar berdedikasi untuk pendidikan anaknya
dengan semua cara, benar-benar ingin pendidikan anaknya terpenuhi....
Semua orang saat ini, dengan latar belakang pekerjaan apa saja, sedang bayar harga, mengorbankan sesuatu untuk tetap bertahan di masa pandemic ini. Semua orang sedang berjuang, supaya nantinya ketika masa pandemic ini berakhir, kita akan merasa lega karna juga telah berhasil memenangkannya, keluar sebagai seorang pemenang dalam masa sukar.
Kenapa kita harus mengeluh dan saling menyalahkan atau merasa yang paling menjadi korban?
Kenapa kita tidak "saling" saja?
Saling melengkapi...
Kami memikirkan cara yang tepat dan ringan tanpa memberatkan orang tua untuk pembelajaran anak, memberikan waktu yang fleksibel untuk feedbacknya, kami menawarkan bantuan untuk yang benar-benar membutuhkan...
"Saling" sepertinya akan menjadi lebih indah tanpa harus merasa siapa yang paling dikorbankan...
Sekali lagi;
Ini bukan curhatan, hanya merangkai kalimat dari ratusan kata yang kubaca didunia maya
Ini juga bukan define mechanism, hanya sebuah uraian realita....
Dari Kota Gianyar yang Semakin Dingin
28.07.2020
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI