Tema WPC minggu ini adalah Apresiasi Foto, entah bagaimana nanti saya memaparkan buah pikiran saya. Saya bukan orang yang benar-benar mengerti fotografi ataupun bisa menilai foto dengan baik. Pendapat saya pada tulisan ini semata pendapat menurut pengetahuan saya yang dangkal, berdasarkan apa yang saya lihat dan rasakan ketika melihat foto-foto yang menarik di mata saya. Pun saya tidak bisa memisahkan foto dengan fotografernya. I am a people person jadi saya melihat semua hal dengan gambaran yang utuh dan selalu melibatkan orangnya. Para Kampretos yang bakal saya sebut satu per satu di bawah ini merupakan fotografer favorit saya. Tak sanggup memilih sekian banyak foto karya  mereka yang pernah saya lihat dan saya sukai atau paling berkesan karena menurut apa yang saya lihat, karakter foto tiap fotografer sangat berbeda satu dengan lainnya dan saya selalu bisa merasakan konsistensi karakter dalam setiap foto mereka jadi foto manapun yang saya lampirkan nantinya tetap mewakili karya mereka secara keseluruhan. Bagi saya foto-foto mereka sama dengan lagu-lagu yang terangkum dalam sebuah CD karya penyanyi favorit saya. Saya pasti suka semua lagu di sana dan hal tersebut juga berlaku dalam cara saya menilai dan menikmati kumpulan foto mereka. Jadi ijinkan saya memberikan pendapat saya tentang para dedengkot Kampret tersebut. Ajie Nugroho [caption id="" align="aligncenter" width="605" caption="Courtesy : Ajie Nugroho"][/caption] Mas Ajie merupakan orang pertama yang saya kenal ketika Kampret baru terbentuk. Beliau ini tidak pernah banyak bicara tapi beliau sangat mahir menuangkan ide dalam sebuah karya fotografi. Menurut saya foto-foto karya Mas Ajie sangat ilustratif. Saya merasa Mas Ajie bercerita banyak lewat foto-foto yang dihasilkannya, tak heran foto-foto karya Mas Ajie banyak dipakai oleh Admin Kompasiana untuk ilustrasi HL. Beliau ini bagai sebuah aliran sungai dengan ide-ide yang mengalir tanpa henti. "Seorang anak muda yang luar biasa," komentar seorang teman yang lumayan akrab di Grup Kampret. Pujian tak lengkap tanpa kritik tapi bagaimana bisa seorang murid mengkritik gurunya sendiri? Saya tidak sanggup :) Yswitopr (Mo Wit) [caption id="" align="aligncenter" width="630" caption="Courtesy : Yswitopr"]
[/caption] Berangkat dari kecenderungan sama terhadap Macro Photography, mau tidak mau saya harus selalu mengamati setiap karya beliau yang selalu saja meracuni Kampretos dengan hal baru entah itu obyek foto atau teknik foto walau beliau akan selalu bilang "Ah, aku kan baru belajar". Â Bahkan beliau ini terkenal sebagai penyebar racun dan virus peralatan-peralatan fotografi yang membuat setiap Kampretos misalnya Mas Arif, Mas Dhave sampai Mas Yudi ketar-ketir ketika akan bertemu beliau. "Entah racun apalagi yang akan Mo Wit sebar kali ini," kalimat yang sering saya dengar dari Kampretos. Foto-foto beliau ini selalu saja unik, penuh warna dan tekstur. Entah kenapa saya merasa kalau warna-warna yang beliau tampilkan terkesan kuat dan kental. Rich and colorful, penuh detail. Apa lagi yang bisa saya paparkan tentang karya seorang Mo Wit? Speechless. Kripik pedasnya? Wedew, ngomongin fotonya aja speechless malah disuruh kasih kripik pedas. Saya memilih sungkem saja sama beliau :D
Inge [caption id="" align="aligncenter" width="616" caption="Courtesy : Inge "]
[/caption] Permaisuri Dudul, begitulah dulu beliau ini dikenal di masa keemasan Negeri Ngotjoleria. Apakah Mbak Inge benar-benar dudul? Ah, tidak juga. Beliau seorang yang asertif sekaligus kritis. Beliau selalu memberikan pendapat-pendapat yang berisi dan penuh pertimbangan. Singkatnya, Mbak Inge adalah wanita yang cerdas dan lembut. Foto-foto beliau selalu terkesan solid dan berkarakter. Romantis, tenang, syahdu dan sejuk. Walau beliau hanya bermodalkan kamera saku tapi hasil jepretan tak usah diragukan lagi. Beliau ini murid kesayangan Mas Ajie karena selama gabung di Kampret, Mbak Inge lah yang paling cepat menyerap pelajaran-pelajaran yang diberikan. Mbak Inge juga tak pernah takut untuk eksplore teknik-teknik foto baru walau saya melihat beliau lebih cenderung kuat di Landscape. What more can I say? I adore you :)
Bowo Bagus [caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Courtesy : Bowo Bagus"][/caption] Siapakah sih yang tidak kenal Bowo Bagus? (Yang belum kenal, kenalan gih!) Beliau terkenal dengan fiksi-fiksi satire yang halus tapi mengena. Beliau mengungkapkan ide-idenya dalam bentuk simbol-simbol yang seringkali saya tidak mampu menerjemahkan. Dan rupanya hal tersebut juga beliau terapkan dalam karya fotografinya. Awal-awal beliau bergabung di Kampret, saya tidak paham sama sekali dengan apa yang beliau coba presentasikan lewat foto-fotonya. Lama-lama saya sedikit (sedikiiiiittt sekali) mengerti apa yang beliau coba sampaikan walau kadang ketika tidak paham saya pasti akan bertanya langsung kepada yang bersangkutan hehehehehe. Karya beliau ini selalu aneh (in a good way), memaksimalkan benda-benda yang ada di sekitar yang kadang kita tak terpikir untuk memakainya sebagai obyek foto yang dapat bercerita. Kesan yang saya tangkap dari karya beliau, gelap, misterius, free-spirited dan penuh imajinasi. Tidak ada kritik untuk beliau. Hanya satu kata, "Eduuuuuuunnn!!!". #salim dulu sama senior, takut kualat :P
Granito [caption id="" align="aligncenter" width="570" caption="Courtesy : Granito Ibrahim"]
Courtesy : Granito Ibrahim
[/caption] Sama dengan Mbak Inge, beliau ini juga mengandalkan kamera saku untuk membuat karya fotografi. Beliau ini hampir mirip dengan Mas Ajie, sedikit bicara tapi bisa berubah menjadi penceramah dan kritikus seni jika menemukan foto yang menarik perhatian beliau. Seringkali foto sederhana diterjemahkan dengan sedemikian rupa sehingga memberikan pemahaman baru bahkan kepada penjepretnya sendiri. Selalu ada saja komentar beliau tentang sebuah foto yang membuat saya berpikir keras mencoba mencerna apa yang beliau maksudkan ketika berbicara tentang sebuah foto. Foto-foto Mas Nito terkesan simple tapi manis. Pilihan warna-warna cerah dan kontras memberikan kesan tersendiri pada saya. Beliau selalu menghasilkan foto-foto penuh warna yang minimalis tapi eye catching dan enak dilihat. Tiga kata, less is more :) Sekian
apresiasi dangkal saya. Saya berusaha untuk tidak subyektif tapi tidak bisa karena hanya ini yang dapat saya lakukan. Terimakasih dan salam jepret :D
Untuk karya Kampretos yang lain klik di sini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya