Mohon tunggu...
Dwi Purwanti
Dwi Purwanti Mohon Tunggu... lainnya -

Iseng is my state of art

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kursi 24 Juta Bentuknya Seperti Apa?

18 Januari 2012   16:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:43 492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa minggu ini saya membaca berita berseliweran tentang tingkah laku DPR yang kian hari kian bikin muak. Saya sebenarnya malas mau ngurusin mereka, maunya sih acuh saja tapi gatal juga saya pengen ikut nimbrung mengeluarkan isi hati.

Saya bingung lihat tingkah polah mereka dari jaman minta komputer canggih yang specnya mengalahkan komputer para desainer grafis, gak jelas juga buat apa. Lalu masa-masa mereka getol ke luar negeri, katanya studi banding tapi gak tau apa hasilnya selain setumpuk barang hasil belanja belanji di luar negeri. Penerapannya???? Jangan tanya saya, saya gak ikut studi banding kok.

Yang tak kalah fenomenal, ketika mereka minta dibangun gedung baru, dengan anggaran 1.6 T sodara-sodara. Waktu tau berita itu saya langsung tepok tengkuk karena keselek wedang ronde sesendok-sendoknya saking terkejutnya. Untung sendoknya bisa keluar.

Lalu proyek pengharum ruangan yang anggarannya gak main-main, 1.6 M ckckckck.... Dengan uang segitu dapat berapa ton pengharum ruangan ya??? Sebenarnya buat apa sih pengharumnya? Buat mengisi kolam renang? Buat minum anggota DPR sehari-hari? Buat menyiram toilet gedung DPR?

Terus kalender yang jumlah anggarannya 1.3 M weleh weleh weleh. Belanja kek ke toko bangunan biar dapat hadiah kalender gratis. Terserah mau belanja apa. Belanja semen kek, pasir kek, batu bata kek apa saja yang bisa buat mempertebal muka para anggota dewan. Dan jangan lupa beli industrial acid buat membersihkan telinga biar sekalian gak usah dengar suara rakyat kecil jadi rakyat maklum kalau suara mereka tak pernah didengar. Nah kalau sudah belanja banyak, tidak mungkin kan toko bangunan gak akan kasih hadiah kalender, lagian tahun baru juga belum lama berlalu pasti stok kalender mereka masih ada. Kalau ada yang gratis ngapain capek-capek beli?

Belum lagi biaya renovasi toilet yang bermilyar-milyar. Jangankan tau kaya apa duit 2 milyar, membayangkannya saja saya gak sanggup. Pasti toiletnya terbuat dari  emas seperti toilet pengacara terkenal Hong Kong, Chau Kai Bong, yang rumahnya pun berlapis emas, weleh weleh weleh, mau buat pipis sayang.

Yang teraktual dan termutakhir adalah masalah kursi. Kita tidak sedang membahas Ayat Kursi karena setan-setan di DPR tidak mempan dibacakan Ayat Kursi. Setannya sudah tervaksinasi. Sudah kebal.

Ketika mendengar harganya yang 24 juta , saya yang bebal dan dongo langsung saja membayangkan kursi canggih di film kartun Wall-E. Dimana pemilik kursi tidak usah beranjak, bahkan tidak usah menggerakkan tangan ketika butuh apa-apa. Semuanya dapat diperintah dengan suara. Mau minum tinggal perintah dan minuman pun tersedia, begitupun ketika mau makan tinggal bilang, makanan langsung tersaji. Mau bicara dengan orang lain, tinggal sebut nama langsung tersambung dengan yang dimaksud. Mau kemana-mana gak usah jalan. [caption id="" align="aligncenter" width="576" caption="Diambil dari http://screenencounters.files.wordpress.com/2010/03/walle.jpg"][/caption]

Wadaw, terlalu sci-fi ya hehehehehe. Lalu terlintas pikiran lain. Ah, mungkin kursinya mahal karena lengkap dengan wece, jadi kalau mau pipis tinggal currrrr. Kebelet juga tinggal ngeden langsung ada yang nyebokin. Hmmm... kalau dipikir-pikir lumayan praktis ya, apalagi kalau waktu sidang, gak ada waktu terbuang untuk bathroom break.

Kursi semahal itu pasti sangat nyaman apalagi kalau modelnya recliners. Tapi sangat sangat tidak dianjurkan untuk para anggota dewan yang Peltu alias Nempel Turu, bisa-bisa mereka nanti lomba banyak-banyakan iler lagi. Jangankan kursi yang harganya 24 juta, dulu pakai kursi yang murahan saja pada ngorok berjamaah kok.

Tiba-tiba terlintas ide di pikiran saya, bagaimana kalau gedung DPR dihancurkan saja. Jual fasilitas dewan, jual mobil dinasnya, lelang inventarisnya terus uangnya buat rakyat saja. DPR suruh berkantor di gubuk-gubuk reot di pinggir kali, mau ke wece tinggal nongkrong. Mau duduk, duduk saja di bangku panjang yang terbuat dari bambu. Biasanya di tengah keterbatasan bisa memunculkan simpati, menghidupkan kembali mata hati yang telah lama mati suri. Sekalian agar anggota DPR bisa merasakan bagaimana hidup rakyat yang diwakilinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun