[caption id="attachment_153620" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]
Tulisan ini, adalah pengalaman pribadi saya sebagai ibu muda yang baru saja melahirkan anak pertama. Melalui tulisan ini, saya ingin berbagi cerita tentang usaha saya untuk terus bisa memberikan ASI kepada bayi saya dan membagikan beberapa tips yang mungkin bisa membantu teman-teman yang kesulitan memberikan ASI kepada bayinya.
Menyusui bayi untuk pertama kalinya adalah pengalaman yang terkadang membuat hati senang dan dapat pula menimbulkan kesedihan. Bagaimana tidak, tingkah pola bayi yang bertemu dengan kestabilan emosi kita, membuat menyusui menjadi suatu aktifitas yang bisa saja menyenangkan atau malah membuat kita depresi.
Saya melahirkan anak pertama saya 23 hari yang lalu dengan cara operasi caesar karena posisi bayi saya sungsang dengan kepala di atas, padahal usia kehamilan saya sudah memasuki minggu ke-39. Sebenarnya, dokter bisa mengusahakan untuk dilahirkan secara normal tetapi saya dan keluarga mengambil keputusan untuk operasi karena saya baru pertama kali melahirkan. Alhamdulillah, operasi berjalan lancar dan bayi saya selamat dengan jenis kelamin laki-laki dengan berat badan 3 kg. Kami memanggilnya Arya.
[caption id="attachment_146485" align="aligncenter" width="314" caption="Arya umur 4 hari/Miss Rochma.doc"][/caption]
Entah karena pengaruh obat setelah operasi atau memang ASI saya tidak langsung keluar (saya lupa tanya dokter kalau yang ini), ASI saya baru keluar setelah hari keempat. Dan selama hari pertama sampai hari keempat, Arya diberi susu formula dengan cara disendokkan dari gelas dan tidak langsung dari botol dot. Kata mertua saya yang bekerja sebagai perawat, hal itu dilakukan supaya Arya tidak mengalami apa yang dinamakan bingung puting. Karena terbiasa minum dengan cara seperti itu, membiasakan Arya untuk minum ASI menjadi hal yang sulit. Arya harus dipaksa terlebih dahulu untuk membuka mulut dan mengetahui bagaimana cara menghisap ASI dengan benar. Dan paksaan itu membuahkan hasil. Arya berhasil minum ASI pada hari keempat, tepat ketika saya keluar dari rumah sakit.
Perjuangan saya tidak langsung mulus setelah hari keempat itu. Pada hari kelima, kulit dan mata Arya menguning. Panik? Jelas. Mertua saya memberikan solusi untuk selalu memberinya minum setiap dua jam sekali. Dan itu menurut saya hal yang sulit karena minum yang diberikan hendaknya adalah ASI sedangkan Arya masih belum terbiasa minum ASI meskipun ASI saya keluar deras. Mau tidak mau, Arya saya beri formula dan untuk menangani derasnya ASI, saya memompa ASI saya dengan menggunakan tangan. Hal ini saya lakukan terus sampai Arya berumur tepat satu minggu.
Waktunya Arya untuk kontrol ke dokter pasca dilahirkan. Yang membuat saya senang adalah hasil kontrol menunjukkan kalau warna kuning pada kulit Arya sudah mulai berangsur menghilang. Namun ada hal lain yang membuat saya sedih yaitu berat badan Arya tidak naik sehingga dokter memberinya vitamin dan menyuruh saya untuk terus memberinya minum.
Dan itu membuat saya depresi.
Bagaimana tidak? Sejak hamil, saya memiliki keinginan untuk bisa memberi ASI kepada anak saya tanpa bantuan susu formula selama 6 bulan. Saya yakin kalau saya bisa meskipun saya bekerja. Mendengar berat badan Arya yang tidak naik (sampai wajah Arya terlihat sangat tirus) dan melihat Arya yang hampir selalu menolak untuk minum ASI, membuat saya benar-benar depresi. Kondisi saya yang seperti itu mempengaruhi produksi ASI saya menjadi berkurang daripada biasanya. Untungnya, suami saya tanggap atas kondisi psikis saya yang menurun dan dia memberikan dukungan serta nasehat supaya saya bisa mengatasi masalah yang muncul.
Alhamdulillah, dengan bantuan suami dan bantuan dari ibu bidan Romana Tari (saya sering berkonsultasi dengan dia ketika saya hamil dan ketika saya mengalami masalah ketika menyusui), saya akhirnya bisa melewati masalah menyusui dengan baik di hari ketigabelas meskipun awalnya saya harus memaksa Arya untuk mau menghisap ASI (saya menamakan diri saya sebagai ‘ratu tega’). Dan keinginan saya untuk terus menyusui semakin besar setelah saya membaca artikel yang ditulis oleh mbak Indriati See yang menceritakan pengalaman pribadinya ketika menyusui ketiga buah hatinya.
Bagi saya, menyusui berhubungan erat dengan apa yang disebut kesabaran dan kemauan yang kuat untuk menyusui. Kalau si ibu tidak memunculkan sedikit saja kesabaran pada dirinya, tidak akan heran kalau rencana untuk terus menyusui anak akan tergantikan oleh pemberian susu formula. Apalagi ketika si anak mulai rewel atau menolak untuk menghisap. Saya sendiri, saat ini tidak sepenuhnya memberikan ASI kepada Arya. Hanya pada malam hari diatas jam 11 malam, saya tidak memberinya ASI karena Arya sudah malas untuk menghisap karena mengantuk. Yah, mungkin karena saya sendiri juga kurang sabar (alias saya juga mengantuk). Hehehe,
Sedangkan kemauan yang kuatakan muncul apabila si ibu percaya bahwa ASI adalah makanan terbaik untuk si kecil. Kandungan gizi yang lengkap pada ASI menunjukkan bahwa ASI tidak bisa tergantikan oleh beragam susu formula yang ditawarkan kepada orang tua. Bahkan saya baru tahu, kalau produsen susu formula saja sudah mengingatkan kepada orang tua bahwa ASI adalah makanan terbaik bagi anak dengan cara memberikan kolom peringatan kecil pada kemasan. Kalau sudah seperti itu, semua pilihan akan kembali pada orang tua untuk memilih apakah akan memberikan ASI atau susu formula.
Dukungan dari keluarga, terutama dari suami, sangat mendukung keberhasilan menyusui. Ibu juga bisa mencari dukungan dari para ahli untuk memberikan solusi pada masalahnya dan ibu juga bisa saling berbagi pengalaman dengan ibu-ibu lain terutama dengan ibu-ibu yang berhasil menjalankan program menyusui. Jangan malu untuk meceritakan kesulitan kita ketika menyusui karena berbagi kesulitan akan membantu menstabilkan kembali emosi ibu sehingga membantu produksi ASI untuk kembali lancar.
Jadi, jangan pernah menyerah untuk selalu memberikan ASI pada anak kita.
Selamat sore.
-Miss Rochma-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H