Mohon tunggu...
Miss Rochma
Miss Rochma Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Semua orang yang saya kenal adalah orang yang luar biasa dalam pemikirannya sendiri. Tulisan saya dengan gaya bahasa yang berbeda? disini : http://www.mamaarkananta.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Menyebut Kembali Namamu

22 November 2011   06:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:21 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kembang Ningwang.

Nama yang dalam seharian ini selalu ada dalam pikiran Miss Rochma. Setelah dia menceritakan tentang hal sebenarnya antara dia dengan Kang Hikmat, ada yang mengganjal dalam pikiran Miss Rochma. Benar memang, Miss Rochma kaget ketika Kembang menceritakan kalau mereka berdua sebenarnya tidak bertunangan. Tapi yang lebih membuat Miss Rochma terkejut lagi adalah ketika Kembang bercerita bahwa dia ternyata memiliki pujaan hati lain.

Reporter Rizal?

Bukan, kata Kembang. Jujur saja, Miss Rochma lega ketika Kembang menyebutkan kata bukan. Tetapi, ada juga ketakutan dalam benak Miss Rochma kalau saja Kembang memilih lelaki lain. Ya, ternyata Miss Rochma masih belum bisa melupakan perhatian satu lelaki di desa Rangkat ini, meskipun dia menyadari kalau perhatian yang lelaki itu berikan bukan semata-mata khusus untuknya saja. Tetapi juga sama dia berikan kepada warga yang lain.

Ah, selalu seperti ini sejak dulu. Aku yang tidak pernah mau jujur dengan perasaanku sendiri dan selalu memendam dalam-dalam jika aku sudah merasa kesempatan itu tidak ada. Ujar Miss Rochma dalam hati ketika dia menatap langit-langit rumah kosnya di sore yang basah oleh gerimis sedari siang. Sepulang dari sekolah, yang dia lakukan hanya membolak-balikkan badan saja di atas kasur. Berharap mata bisa terpejam tetapi tampaknya perasaan khawatir bercampur rindu menguasai matanya.

Diambil handphone miliknya. Dibuka beberapa pesan pendek dari lelaki itu yang sengaja dia simpan. Pesan-pesan pendek ini sempat terlupakan olehnya ketika pikirannya terpenuhi dengan nama Rizal dan beberapa kejadian yang dia alami bersama Rizal. Tetapi, siang ini, dia teringat kembali bahwa dia pernah menyimpan beberapa pesan pendek penyemangat hatinya ketika dia sedang hilang gairah.

“Miss, selamat sore. Kata Uleng, lagi sakit yah? Jangan terlalu sibuk sama SD & SMP yah. Kan disini masih ada bu Yuli, Kembang, Galang sama si Uleng yang membantumu mengurus sekolah. Yang penting, jangan lupa makan dan istirahat. Inget tipus yang pernah kamu ceritakan ke aku dulu”

“Miss, aku baru dapat kabar dari Mommy dan Bunda Imel, kalau murid binaanmu menang lomba robotika yah? Hihii, padahal bidang itu bukan Miss banget. Jadi inget waktu kamu cerita di pos ronda tentang usahamu dan muridmu untuk bisa lolos di semi final. Semangat terus yah!! Ntar kalau ketemu, aku traktir es kelapa muda”

Dibaca lagi berulang-ulang dua pesan pendek yang menurutnya paling bisa membuat bekas dalam pikirannya. Dirinya, selalu berdialog sendiri dengan pikirannya tentang lelaki ini dan dia menikmatinya. Tetapi sekarang, kenikmatan itu terusik ketika lelaki ini sekarang sudah menjadi bahan pembicaraan gadis-gadia Rangkat karena statusnya. Dan sekarang dia membutuhkan seseorang untuk berbagi cerita.

Zwan si Galang? Sepertinya tidak mungkin Miss Rochma mengganggunya ketika suasana hati Galang sudah mulai membaik setelah Rizal meminta maaf beberapa minggu yang lalu. Uleng? Tidak mungkin juga. Miss Rochma tidak mau mengganggunya mengerjakan tugas-tugas dinas dari sekolah yang katanya sangat menyita istirahatnya. Jingga? Ah, dia pasti sedang asyik bermesraan dengan Pak RT di sore yang dingin ini.

Dibukanya daftar nama di handphonenya. Mencari sebuah nama yang sekiranya mampu membuat hatinya lebih tenang. Tapi dia tidak menemukan nama yang cocok untuk bisa menerima curahan hatinya.

Dipandanginya rintik hujan yang jatuh satu persatu dengan irama yang cepat dari atas genteng. Miss Rochma mencoba memejamkan matanya meskipun bayangan lelaki itu semakin tergambar jelas.

“Mas Hans.” Ucapnya sebelum dirinya benar-benar tertidur lelap.

***

cerita sebelumnya ada di :

Cinta di antara Gladiol

Gladiol untuk Aa' Kades

Gladiol untuk Kesekian Kalinya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun