Mohon tunggu...
Miss Rochma
Miss Rochma Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Semua orang yang saya kenal adalah orang yang luar biasa dalam pemikirannya sendiri. Tulisan saya dengan gaya bahasa yang berbeda? disini : http://www.mamaarkananta.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Piala Kaca Putri Keduaku

13 Desember 2010   04:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:46 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_79699" align="alignright" width="334" caption="Gambar dari http://www.solopos.com/2009/feature/lomba-sempoa-tingkat-siswa-sd-6771"][/caption] Seorang pria berdiri memandang sebuah piala yang dipajang di dalam almari berkaca bening tempat biasanya dia menaruh macam-macam piala yang diraih putri pertamanya. Piala yang dipandangnya sekarang bertuliskan “Juara Dua Lomba Sempoa for Basic Rayon Tuban-Bojonegoro”. Satu-satunya piala yang diperoleh putri keduanya yang berusia 7 tahun.

__________________________________

1,5 bulan yang lalu

“Kenapa anak saya tidak bisa ikut, Bu? Saya yakin dia mampu kok.” Pria itu mendesak seorang wanita muda yang bekerja sebagai tutor di tempat putri keduanya mengikuti les sempoa.

“Bapak, mohon pengertiannya. Bapak sendiri tahu kalau putri Bapak nilai-nilai latihannya hampir semuanya merah. Dia juga memiliki konsentrasi yang mudah terganggu di kelas.”

“Tapi di rumah dia mampu. Ketika istri saya memberi soal yang banyak, dia menyelesaikan dengan baik. Bahkan jawabannya banyak yang betul.” Bela pria itu ketika wanita muda itu membeberkan fakta tentang hasil latihan putrinya di tempat les.

“Itu di rumah, Pak. Ketika di tempat les, dia malah sering berlarian dan menganggu teman-temannya.”

Pria itu terdiam mendengar ulasan tentang perilaku anaknya di tempat les. Benar memang, putri keduanya ini sangat hiperaktif, berbeda dengan putri pertamanya yang cenderung kalem. Tapi dia tetap yakin kalau putri keduanya mampu mengikuti lomba sempoa untuk tingkat pemula yang diadakan sebulan lagi.

“Baiklah, saya akan coba latih dia sendiri di rumah. Anggap saja bimbingan tambahan. Tapi jika dia mampu menyelesaikan soal-soal yang diberikan kepadanya seminggu sebelum lomba, tolong ikutkan dia.” Pria itu mencoba menawar. Riskan bagi keduanya karena melibatkan harga diri pria itu dan lembaga tempat wanita itu bekerja.

Hening beberapa menit yang disusul dengan anggukan wanita muda itu.

___________________________

Pria itu tersenyum puas memandang piala yang terbuat dari kaca beralaskan batu marmer. Dialihkan pandangannya pada selembar kertas bertuliskan nama putri keduanya yang sedari tadi dipegangnya. Ada beberapa poin yang dijadikan patokan olehnya dalam membimbing putrinya.

IQ : 139

Kemampuan Numerikal : 97

Kecepatan dan Ketelitian : 90

Saran : Bimbing anak dengan menggunakan metode pilihan sebagai sarana peningkatan konsentrasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun