Mohon tunggu...
Misran Lubis
Misran Lubis Mohon Tunggu... Relawan - Executive Director of Indonesia NGOs Council

Aktivis Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) sejak tahun 1998, dimulai dengan pendamping masyarakat bersama Bitra Indonesia, kemudian tahun 2000 bergabung dengan lebaga PKPA (Pusat Kajian dan Perlindungan Anak), sampai sekarang, dan saat ini sebagai Direktur Eksekutif Nasional Konsil LSM Indonesia, Ketua FK PUSPA Sumatera Utara, dan Dewan Daerah WALHI Sumuatera Utara. Keahlian: Penelitian, konsultan dan fasilitator pelatihan hakanak, peningakatan kapasitas OMS, dan Fasilitator Bisnis dan HAM/Hak Anak

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Anak Nasional 2020 dan Covid-19

23 Juli 2020   01:58 Diperbarui: 23 Juli 2020   01:50 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang dirasakan oleh Fikri, Sesaria  dan Talia hanyalah bagian kecil dari apa yang dirasakan anak-anak diseluruh dunia, keinginan berkumpul dengan teman-teman sekolah dan juga teman-teman bermain. Namun dampak pandemic pada anak-anak tidak hanya sebatas soal tidak bisa datang ke sekolah dan merayakan hari anak secara langsung. 

Karena covid-19 Covid-19 menginfeksi 7,5 juta orang  secara global dan bertransformasi dampaknya kepada pasar kerja, distraksi/gangguan produksi dan prospek ekonomi, sehingga tenaga kerja menurun tajam secara kuantitas maupun kualitas. Semkain banyak tenaga kerja dan keluarga yang terdampak pandemi COVID-19 dan menurunya pendapatan, 

Belajar dari krisis-krisis sebelumnya, biasanya banyak anak yang dipekerjakan pada pekerjaan yang eksploitatif dan berbahaya. Kemiskinan memaksa keluarga menggunakan pekerja anak untuk tetap bisa survive sehingga dampaknya mungkin berbeda dari satu negara dengan negara lainnya. 

Dampak COVID-19 diperkirakan terjadi kenaikan kemiskian,  ini berarti bahwa Kontraksi ekonomi membuat peluang kerja terbatas, sehingga dapat mendorong terjadinya pekerja anak. Hal ini disampaikan Michiko Miyamoto (Direktur ILO Indonesia-Timur Leste) pada Event Webinar Nasional PAACLA Indonesia dalam peringatan Hari Dunia Menentang Pekerja Anak, 12 Juni 2020. 

dokpri
dokpri
Potensi meningkatkan Pekerja Anak

Pandemi COVID-19 selain isu kesehatan juga bedampak luas dan potensi berjangka panjang terhadap ekonomi dan berpotensi meningkatnya secara drastis angka kemiskinan baru. 

Hal ini terjadi akibat dari pemutusan hubungan kerja (PHK), menurunya pendapatan kelompok usaha mikro, dan terhambatnya pemasaran produk-produk pertanian rakyat. Menurut proyeksi SMERU Research Institute, tingkat kemiskinan pada tahun 2020 ini akan meningkat menjadi 12,4% dari 9,7% (24,97 juta) pada tahun 2019, data ini menyiratkan terjadi peningkatan 8,5 juta orang akan menjadi miskin baru,  maka jumlah masyarakat miskin pada akhir 2020 diproyeksikan mencapai 33,4 juta orang.

Walaupun belum ada data statistik tentang pertambahan jumlah pekerja anak dari dampak pandemi covid-19, namun menurut JARAK (Jaringan LSM untuk Penanggulangan Pekerja Anak) peningkatan jumlah pekerja anak tidak dapat dipungkiri. Jika merujuk pada angka proyeksi tersebut kemiskinan ditahun 2020 sekitar 33,4 juta orang,  sekitar 1/3 nya adalah usia anak-anak, maka ada sekitar 11,1 juta anak miskin dan potensi menjadi pekerja anak. 

Potensi peningkatan pekerja anak tentu tidak hanya di picu oleh satu faktor kemiskinan semata, namun kegagalan dalam beradaptasi dengan sistem pembelajaran baru dimasa pandemic dapat menambah potensi kerentanan anak putus sekolah. Misalnya saja dari hasil riset online yang dilakukan PKPA bekerjasama dengan Oxfam dan Kementerian Sosial, tentang kondisi anak dimasa pandemic covid-19, dari aspek pendidikan, dari 427 responden anak sebanyak 76% masih aktif mengikuti pembelajaran secara online.

Namun ada 24% yang terganggu pembelejarannya dan bahkan ada 11% yang tidak lagi mengikuti pembelajaran. Mereka yang tidak lagi mengikuti pembelajaran tentu sangat rentan masuk dalam situasi berbahaya salah satunya pekerja anak, (PKPA, Oxfam,Kemensos, 2020).

Angka-angka tersebut tentunya masih prediksi awal karena pandemic covid-19 masih berlangsung dan kasusnya masih terus meningkat. Kasus covid-19 di Indonesia dalam 2 bulan terakhir mengalami peningkatan yang sangat dratis, dan Indonesia saat ini berada di 5 (lima) besar jumlah kasus positif di dunia dengan angka lebih dari 83 ribu orang, termasuk anak-anak. Bahkan kasus covid-19 terhadap anak-anak di Indonesia yang tertinggi dibandingkan dengan Negara-negara lain di ASEAN.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun