Mohon tunggu...
Mis Juli
Mis Juli Mohon Tunggu... Guru - Guru-Dosen-Penulis-Editor-Blogger

Menulis adalah perjalanan jiwa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tiga Model Ujian Allah dan Cara Menghadapinya

15 Juni 2021   16:52 Diperbarui: 15 Juni 2021   17:09 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar"

Sesungguhnya untuk meraih tingkat keimanan yang lebih tinggi sebagai orang yang beriman pasti melewati Ujian, untuk menguji apakah kita mampu menempuh level keimananan kita yang ingin meningkat. Ketahuilah, justru orang yang beriman itu adalah orang yang rentan diuji oleh Allah Swt. Ibaratnya seperti orang yang sekolah, pasti akan menempuh ujian. 

Tentu beratnya sesuai dengan kemampuan kita masing-masing, karena Allah tidak akan pernah menguji di luar kesanggupan manusia. Jika menurut kita berat, berarti kita dianggap sanggup terpilih menghadapi ujian-Nya. Tujuan akhirnya adalah naiknya level keimanan kita, sebagai bekal saat menghadap-Nya. 

"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 214)

Ada tiga model Ujian Allah dan cara menghadapinya sebagai berikut: 

1. Ujian Ringan 

Contohnya adalah: seseorang yang jarang ke masjid tergerak hatinya untuk shalat berjamaah di masjid. Tapi ketika ingin ke masjid, tiba-tiba Allah turunkan hujan. 

Jika diuji dengan hal ringan ini maka artinya kadarnya masih ringan, dan kalau belum lulus kita akan terus di sini sampai lulus (mampu menghadapi tantangan dan rintangan), *dengan tetap Istiqomah dan komitmen.*

2. Ujian menengah 

Ujian ini sudah menyangkut fisik dan menyakiti hati dan pikiran. Misalnya: Dihina, karena saat berniqob atau jilbab syar-i (panjang). 

Ketika berada pada level seperti ini artinya Allah sedang menaikkan iman kita pada tingkat yang lebih tinggi lagi. Bukan mahluk atau kehormatan manusia, tapi takut pada Allah atas ketentuannya yang dipatuhi. Berhadapan dengan kenikmatan dunia menggoda sebagai wanita dengan segala fitnah dunia berupa kecantikan dan tawaran bersolek yang cenderung mengundang maksiat, jika tujuannya adalah untuk pamer kepada manusia lainnya dan laki-laki apalagi yang belum menjadi muhrimnya. Harus mampu melawan, sabar, dan yakin hadiah-Nya luar biasa nikmat karena kepatuhan kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun