Indonesia adalah negara yang  luas dan  terpisah oleh pulau-pulau.. Namun  sebagai negara yang cukup luas , Indonesia merupakan  negara yang rentan  berhadapan dengan  risiko bencana, mulai dari bencana alam (banjir, gempa bumi, tanah longsor, kebakaran, dan lainnya) hingga bencana sosial (konflik dan teror). Banyak  kejadian  bencana alam  maupun bencana sosial yang seringnya kurang terantisipasi. Baik oleh pemerintah maupun masyarakat,  ditengah masyarakat yang plural saat ini.
Baru-baru ini kita dikejutkan dengan peristiwa terror penusukan 2 anggota kepolisian oleh orang yang tak dikenal. Yang justru terjadi di tempat ibadah. Apa yang salah dengan keadaan ini? Mengapa harus terjadi kejadian seperti itu? Haruskah terjadi ditempat ibadah yang seharusnya tempat yang aman? Ini adalah bagian dari bencana social
Apa itubencana sosial? Bencana sosial merupakan bencana yang disebabkan oleh ulah manusia (man made disasters)  antara lain karena  jurang  perbedaan ekonomi, perbedaan  paham politik di antara masyarakat , diskriminasi, ketidakadilan, kelalaian, ketidaktahuan, maupun sempitnya wawasan dari sekelompok masyarakat.
Sifat masyarakat Indonesia yang dikenal ramah dan tak pernah curiga pada kejadian apapun, itu ternyata berpengaruh pada keadaan seperti ini. Terkadang masyarakat tidak pernah tahu, bahwa di tengah mereka hidup para teroris. Mengapa? Ini karena minimnya informasi dan ciri-ciri teroris pada umumnya berdasarkan pengalaman-pengalaman yang sudah banyak terjadi saat ini.  Masyarakat selama ini terlena dengan tontonan mewah dan menyilaukan melalui televisi atau apriori terhadap televisi yang mengedukasi melalui berita. Mungkin, karena berita politik selama ini juga banyak tidak dimengerti dan  dianggap merusak perpecahan. Akhirnya masyarakat yang merasa hidup sudah sulit lebih suka melihat tontonan hiburan yang mampu menghilangkan kepenatan beban hidup mereka. Sedikit sekali mereka yang mau belajar dan mempelajari berbagai peristiwa yang terjadi di Indonesia, terutama mengenai bencana sosial. Â
Penyebaran informasi terkait bancana ini kian penting karena fakta menunjukkan betapa banyak korban bencana sosial di Indonesia yang terjadi karena ketidaksiapan masyarakat dalam mengidentifikasi, menanggulangi dan  mengatasi risiko bencana sosial ini. Terutama masyarakat di wilayah perumahan padat penduduk atau pedesaan. (sumber)  Â
Kita memang belum seperti Negara-negara maju lainnya, yang seringkali mengalami bencana sosial berupa terror serangan bom oleh sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab. Di Indonesia masih belum sebesar itu serangannya. Namun haruskah terjadi hal seperti itu dulu? Baru kemudian kita menyadarinya? Seperti kejadian bom kampong melayu yang lalu juga menyerang polisi.. Rabu malam 24 Mei 2017, Â teror bom kembali menerpa kita. Kali ini terjadi di terminal Kampung Melayu Jakarta Timur yang berakibat tiga orang anggota Polri gugur dan dua orang yang diduga pelaku tewas, 10 orang lainnya luka-luka.
Teror bom yang ke sekian kalinya itu adalah bentuk dari kebiadaban, musuh semua agama, dan menistakan nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini karena teror tidak mengenal agama dan keyakinan, bisa mengenai siapa saja tanpa terkecuali. (sumber)
Saat ini prilaku pelaku terror sudah semakin canggih dan tidak terdeteksi, namun seharusnya bisa dipelajari dan diantisipasi, dibagikan kepada para masyarakat melalui sebuah program yang terus menerus. Tidak hanya melalui televise saja, tapi bisa melalui radio. Pada dasarnya media radio merupakan media yang dapat dengan dinamis mengikuti perkembangan yang terjadi dalam dunia. Hal ini dikarenakan radio merupakan alat yang biasa dipakai dalam sebuah keadaan yang genting. Misalnya dalam keadaan peperangan atau pertempuran, media ini dapat menjadi pilihan untuk menyebarkan berita dari tempat kejadian secara langsung. Hal ini seperti terjadi saat Indonesia mengumumkan atas kemerdekaannya. Alasan lain yang menyebabkan media radio memiliki sifat dinamis, yaitu bila dihubungkan dengan kondisi serta letak geografis di Indonesia.
Akan tetapi, secara realita yang ada sekarang sungguh jauh berbeda. Media radio justru semakin jauh dari fungsi dan kegunaannya sebagai media social. Untuk meminimalisir risiko bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terus melakukan sosialisasi kepada masyarakat untuk meningkatkan budaya siaga bencana, Â sebagai bentuk edukasi dan sosialisai kepada masyarakat.
Saya pikir saat ini masyarakat Indonesia perlu di edukasi terutama mengenai bencana, wabil khusus bencana sosial seperti ini. Yang masih hangat, dan masih melekat di masyarakat.
Mengajak masyarakat untuk bekerja sama menanggulangi bencana terror ini. Mengajak para ulama, pesantren dan pemuka agama lainnya untuk menegakkan agama secara benar bukan malah menimbulkan kebencian atau ketakutan. Semua agama pasti mengajarkan kebenaran bukannya rasa ketakutan. Yang membuat curiga satu sama lain.
Bila dibuatkan program radio khusus tentang bencana sosial ini, secara terus menerus, mengingatkan dan mengedukasi masyarakat dengan cara yang menyenangkan, sehingga menciptakan kesadaran akan pentingnya kewaspadaan. Tentunya, perlunya di sosialisasikan perlunya radio sebagai alat komunikasi yang mampu memberikan informasi dan edukasi bila terjadi bencana sosial. Saat terjadi harus seperti apa, dan menginformasikan ciri-ciri bencana sosial yang makin terkini, bagaimana cara menghadapi.
Jika ini bisa terjadi tidak menutup kemunginan akan menimbulkan kerja sama yang baik antara pemerintah dan masyakat. Contohnya saja, kasus orang hilang, penculikan atau kasus criminal lainnya, dengan bantuan  masyarakat bisa membantu pihak kepolisian menyelesaikan kasus lebih cepat. Tentunya pihak kepolisian juga bisa membuatkan akses tercepat bagi masyarakat untuk bisa melaporkan atau menghubungi pihak keamanan. Seperti yang sudah terjadi di masyarakat luar negri sana.
Pengalaman mengajarkan, betapa masyarakat mampu dan bisa diajak bekerjasama menanggulangi keadaan apapun. Masalahnya, apakah pemerintah mau mengajak masyarakat atau tidak. Ini merupakan bagian dari bela negara juga. Hak setiap warga negara untuk membela negaranya dengan segala upaya yang mampu dilakukannya.
Ada beberapa kelemahan kelemahan media ini, yaitu:
Kurangnya promosi dari pihak radio dan kesadaran masyarakat terhadap eksistensi media radio
Belum memasyarakatnya pemanfaatan media radio di rumah-rumah, sekolah -- sekolah, instansi pemerintah dan tempat public lainnya.
Sifat radio yang memiliki komunikasi satu arah (one way communication)
Karena sifatnya yang auditori atau hanya mendengar, karena hanya untuk didengat maka isi siaran sampai di telinga pendengar hanya sepintas saja.
Walaupun demikian, dengan keterbatasan radio yang sedemikian, Â harus tetap mengudara dan berupaya untuk tetap eksis. Â Bisa dibuatkan beberapa program yang bisa melibatkan semua pihak seperti pemerintah, kepolisisan dan masyarakat. Sambil terus mengevalusi program mana yang sekiranya mengena. Â Tujuannya adalah meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap bencana soisal terror, tidak menutup kemungkinan malah mendapat bonus-bonus lainnya. Seperti penanggulangan bencana sosial lainnya seperti bencana alam dan bencana sosial berupa konflik dan tawuran antar penduduk atau remaja.
Saya yakin media radio bisa menjadi bagian dari pemersatu dan peningkatan jiwa bela Negara. Radio yang saat ini hanya didengar oleh sebagian kecil masyarakat bisa lebih meluas lagi melalui kerjasama dengan seluruh komponen masyarakat. Karena radio adalah alat komunikasi yang murah dan bisa didengar dimana saja, dengan atau tanpa kabel listrik. Bahkan melalui hp sekarang juga sudah ada fasilitasnya, tinggal ditingkatkan saja sosialisasi penggunaannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H