Mohon tunggu...
Juli Dwi Susanti
Juli Dwi Susanti Mohon Tunggu... Editor - Guru-Dosen-Penulis-Editor-Blogger

Menulis adalah sedekah kebaikan Yang menjadi obat, therapy, Dan berbagi pengalaman hidup untuk manfaat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hai Wanita , Nih Soal Pembalut

8 Juli 2015   20:20 Diperbarui: 8 Juli 2015   20:28 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi (Foto: Ist)

http://news.okezone.com/read/2015/07/07/338/1177727/ylki-temukan-pembalut-wanita-mengandung-klorin

Membaca berita yang marak dan bisa dibaca di http://berita.suaramerdeka.com/enterteinment/daftar-pembalut-dan-pantyliner-mengandung-klorin . Klorin adalah pemutih hiiiiiih serem banget sih . Belum lagi daftar pembalut dan panty yang dilansir ada beberapa diantaranya itu yang ternyata sering kali kupakai . 

"Dari hasil pengujian serta analisa label bahwa pembalut dan pantyliner yang berasal dari kertas memiliki kadar klorin lebih tinggi dibandingkan yang berasal dari kapas," tuturnya. Efek dari klorin yang ada pada pembalut dan pantyliner, sambung Ilyani, dapat menimbulkan gangguan kesehatan di antaranya seperti gangguan alat reproduksi, keputihan, gatal-gatal, iritasi bahkan dapat menyebabkan kanker. Ujar Anggota Harian YLKI, Ilyani Sudrajat dalam keterangan persnya, di Jakarta, Selasa (7/7/2015). http://news.okezone.com/read/2015/07/07/338/1177727/ylki-temukan-pembalut-wanita-mengandung-klorin

Tentu kita sebagai wanita betul betul harus sangat berhati hati dengan adanya informasi begini . Di Indonesia kadang kadang , sosialisasi produk berbahaya tidak mudah informasinya . Paling info ini dari mulut ke mulut , dokter yang hanya berani via bbm atau whatssap . Bukannya kita mau cari yang murahan , tetapi kan yang kita beli dan urusi tidak hanya pembalut saja . Aku sendiri hampir setiap hari pakai pembalut , tidak pantyliner  walaupun tidak haid . Soalnya kalau pakai pantyliner sering kegulung gulung malah jadi boros dan tidak nyaman . Dengan tingginya kesibukanku seharian mengajar , menghindari kotor , atau keputihan aku nyaman dengan memakai pembalut , memang yang kupilih yang agak slim ukurannya . Tapiiiii ternyata produk itu masuk yang paling tinggi klorinnya . Hhhhh, sedih banget sih jadi perempuan .

HEBOH tentang temuan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) soal pembalut berbahaya, Menkes Nila Moeloek meminta kasus tersebut tak perlu dibesar-besarkan. “Saya selalu pakai logika aja ya, semua orang di dunia pakai pembalut tapi gak pakai ribut. Sebelum pembalut beredar, sudah ada penelitian standar internasional, termasuk di Indonesia,” kata Menkes Nila di kediamannya, Jalan Denpasar, Jakarta, Selasa, 7 Juli 2015.

Ingat, tambah Menkes Nila, wanita zaman dulu kalau mau membuang darah menstruasi haruslah pakai handuk. Hal ini tentu sangat merepotkan wanita, apalagi di zaman yang sudah modern saat ini. “Emang mau kembali lagi pakai handuk kayak dulu. Saya harus cepet-cepet deh bikin pabrik handuk, repot,” celotehnya.

Menkes Nila menghimbau, agar masyarakat tidak perlu khawatir dengan kehebohan isu pembalut berklorin. Kalau memang ada yang mencurigakan segera lapor lewat Halo Kemkes . 

http : // lifestyle.okezone.com/read/2015/07/08/481/1178258/pembalut-berbahaya-menkes-mau-balik-pakai-handuk

Aku sendiri memang sudah dengar sih sejak lama , bahwa pembalut yang beredar selama ini kurang bagus dan rentan dengan penyakit . Bukannya nggak sayang , tapi harganya itu loh pembalut yang agak bagus lumayan mahal , untuk 10 buahnya kira kira harga 40 ribu lah kalau sebulan berarti 120 ribu . Kalau wanita seperti aku yang bekerja mungkin bisa diusahakan , lalu bagaimana dengan wanita yang tidak bekerja , pendapatannya sedikit untuk makan , pendapatannya pas pasan atau wanita dipelosok . Ayolah bekerja sama dengan kita wanita . . .Mbok bersahabat sedikit dengan kita , berikan produk yang bagus dan sedikit terjangkau . Jangan kita dijejali dengan produk sampah dan merusak kami kaum wanita demi rupiah 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun