Juli Dwi Susanti , No 50
Kupandangi ke 3 jagoanku yang sedang asyik masak untuk persiapan sahur kami yang ke 9 pagi ini . Ah tidak terasa mereka sudah besar besar kini , besarnya pun hampir bersamaan . Sekilas kalau tidak mengerti pasti mereka mengira seumuran semua . Semoga aku bisa melewati detik detik kritis terakhir perjuangan membesarkan mereka . Harus bersabar , sulung sebentar lagi lulus aku harus kuat bertahan .
Anganku melayang jauh 17 tahun lalu, saat alm ayahnya tak lagi bekerja dan kami harus terusir dari rumah kami sendiri akibat hutang piutang alm yang sejak awal tak diprediksikan namun sudah sering kuingatkan . Aku terlalu ngeri dengan cara alm usaha diluar pekerjaannya sebagai kontraktor yang sebenarnya cukup mapan dengan posisi sebagai kepala keuangan waktu itu . Mudah sekali dibohongi dan diiming imingi teman dan orang yang baru dikenal atau terlalu memanfaatkan keuangan beliau . Sebagai istri yang hanya dirumah aku bisa apa, aku mengerti aku harus mendukung usahanya , namun salahkah aku mengingatkan ? Padahal aku sudah berusaha mengingatkan baik baik terlebih mulai ada janin ketiga di rahimku kini. Entahlah perasaanku sangat tidak enak Terlebih dengan kondisi krisis moneter . Ternyata benar apa yang ditakutkan terjadi , namun harus nol sama sekali itu yang tidak kukira. Ternyata uangnya 900 juta habis dibawa kabur pemberi proyek  perusahaan dimana alm menjadi sub kontraktor di usaha yang barunya .
Sejak itu kami harus pindah dari satu tempat ke tempat yang lain untuk menghindari debt collector hutang dan mandor yang menagih. Kuliahnya yang belum selesai menyulitkannya untuk mencari pekerjaan barunya . Sedangkan saat itu aku sudah hamil besar . Perlu biaya untuk melahirkan si bungsu . Dengan anak yang masih kecil kecil wajar naluri kemanusiaanku dan keibuanku muncul rasa takut . Takut tidak bisa membesarkan mereka dengan tenang. Padahal uang dulu banyak tapi alm tidak menjaga dan menyimpan sebagian untuk kami . Dengan alasan akan mudah mendapatkannya lagi . Kalau sudah begini mau bicara apa ? . Ingin bekerja anakku bertiga masih kecil kecil , untuk biaya pembantu saja tidak ada . Hhhhhh ingin mengadu ke mama aku tak tega, aku tidak ingin menyusahkan mama dan papa . Biarkan mereka tahunya aku bahagia .
Mengingat tak kunjung jua datang keberuntungan berpihak ke alm suamiku waktu itu , aku minta ijin nya untuk mengajar setelah bungsu 5 bulan usianya , sayang ijasah mengajar tak terpakai . Sudah CPNSku dulu tak diijinkannya , ah sudahlah Allah juga yang berkehendak . Aku tahu hitungannya terlambat diusia hampir 30 aku baru mulai serius lagi mengajar . Tapi biarlah , dari pada tidak ada pemasukan sama sekali waktu itu . Pelan pelan kurintis mulai menjadi guru privat bimbel . Dari rumah kerumah . Awalnya aku mendapat murid orang kaya yang manjanyaaa minta ampun . Tapi tak apalah aku harus bertekad . Itupun kadang tidak mulus, karena bila alm suamiku ada masalah di usaha dagangnya aku harus ikut pindah lagi . Terhitung sejak itu sampai rumah terakhir ini tempat alm sakit dan meninggalkan kami untuk selamanya kami sudah pindah sebanyak 13 kali . Semuanya kontrak . Kami sudah tidak punya apa apa lagi , termasuk rumah habis untuk membayar hutang hutangnya usaha alm suamiku .
Bersyukur karirku sedikit demi sedikit mulai membuahkan hasil dari hanya 180 ribu rupiah hingga kini bisa ratusan lipatnya diperoleh . Entah aku tak mau menghitung , bahkan untuk biaya alm sakit hampir 20 jt sebulan pun pernah kudapatkan . Tidak ada hutang sedikit pun kesiapapun . Aku memang tidak mau punya hutang apapun lagi trauma sekali dengan alm suamiku dulu . Tapi ya itu aku benar benar harus ekstra kerja keras sejak pagi hingga malam kadang pulang pukul 12 malam . Alhamdulillah , murid privat yang percaya padaku makin banyak . Begitu juga posisi demi posisi di 3 tempatku bekerja kuraih pelan pelan karena kepercayaan dan profesionalitas yang betul betul harus kujaga
Aku bermimpi suatu saat bisa tenang membiayai anak anakku . Walau kini tanpa alm suami bersamaku , namun aku betul betul ingin mengajar jadi kebanggaan ku membiayai mereka . Alhamdulillah sedikit demi sedikit sudah terwujud . Kini impianku tinggal 2 lagi , memiliki rumah mungil tempat ku beribadah dan menghabiskan hari tua bersama anak cucuku dan bisa pergi ke tanah suci mekah namun aku ingin pergi kesana bersama imamku lagi yang inshaallah allah ijinkan aku berumah tangga lagi . Mengapa begitu, selain anak anak yang mendorongku , aku sendiri juga menginginkan itu . Aku ingin menjalani rumah tangga lagi sebagai ajang untukku menebus kebahagiaan rumah tangga yang dulu berantakan terlebih setelah alm tahun 2002 menikah lagi . Sikapku sebagai istri dan perempuan benar benar kubuang waktu itu, demi ke tiga anakku aku bertahan dan bertindak menjadi kepala keluarga yang tidak jelas dengan sikap alm suamiku waktu itu . Aku tidak bisa melawannya atau ribut dengannya . Sebagai perempuan jawa , aku dididik mama untuk tetap menjaga kesantunanku sesakit apapun hatiku . Tidak ada yang tahu keadaanku . Aku berusaha tetap senyum didepan siapapun termasuk alm suamiku waktu itu. Bahkan meminta cerai pun aku tidak berani , aku tidak ingin anak anakku jadi kecewa . Dan kehilangan figur ayahnya yang memang sangat dekat dengan ayahnya .
Untuk rumah mungkin aku belum mampu, saat ini 2 anak anakku sudah kuliah . Tapi prinsipku kami tidak kehujanan atau kepanasan . Masih ada tempat kami bernaung . Untuk suami baru , aku kini berusaha membuka diri bagi siapapun yang penting sholeh dan bertanggung jawab . Niatnya adalah ibadah .Namun aku juga mengerti ini tidak mudah . Dengan kesibukanku yang luar biasa , senin hingga minggu semua terpakai untuk mengajar , hitungannya 5 tempat dengan privatku dirumah . Ya sejak 2007 sulung minta aku tidak berkeliling lagi. Dia kasian ibunya pulang sampai malam dan berapa kali jatuh dari motor yah namanya dijalan . Kalau tidak ditabrak ya menabrak padahal aku sudah sangat berhati hati . Entah sudah tidak terhitung berapa sudah aku jatuh dan bekasnya masih ada.
Mana ada laki laki yang mau dan sempat aku kenal menjadikan aku istri . Waktu untuk bertaaruf saja minim sekali . Tapi aku berprinsip Allah memang belum memberiku . Yakin suatu saat pasti dalam hatiku . Ada memang yang sudah beberapa kali kukenal , hampir menikah . . .tapi adaa saja rasanya halangan yang itu berarti allah belum berkehendak . Ya sudahlah . .biarkan pikirku .Aku yakin , mimpiku bisa datang ke Mekah bersama imamku nanti Allah ijinkan entah kapan . . .amiin yraÂ
NB : Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Fiksiana Community . Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H