Mohon tunggu...
Juli Dwi Susanti
Juli Dwi Susanti Mohon Tunggu... Editor - Guru-Dosen-Penulis-Editor-Blogger

Menulis adalah sedekah kebaikan Yang menjadi obat, therapy, Dan berbagi pengalaman hidup untuk manfaat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekali Lagi Tentang Hasil UN!!

3 Februari 2015   04:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:55 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hari ini aku terlibat diskusi dengan orang tua muridku yang anaknya sekolah di SMA  favorit Di Bekasi . Kami membicarakan tentang anak-anak kami yang sudah memperoleh hasil dengan rata-rata 8,9 . Begitu juga dengan anakku yang telah mendapat surat dari sekolah , dengan rincian nilainya dan mendapat rata-rata 8,8. Saat kami menerimanya dari anakku ada rasa senang , bangga , sekaligus sangsi karena untuk matematika dia mendapat nilai 9,75 yang rasa-rasanya masih belum yakin.

Walau dosa rasanya tak percaya pada anakku sendiri tapi sambil mengucapkan selamat tapi juga sambil menyangsikan juga jujur “ abang nyontek ga “ kataku. Wah anakku menyangkal habis-habisan. Karena seingatku pagi pagi saat ujian di 18 April itu anakku sempat berkata “ bu minta maaf ya abang dapat sms bocoran soal “ katanya polos.Bagus sih jujur, tapi aku marah sekali dan mengatakan terserah abang kalau mau terjebak hal seperti itu, memangnya abang ga yakin ya dengan perjuangan selama ini , sudah dibelain les kemana-mana, dirumah intensif  1 bulan kurang apa ? yang ibu tau bocoran soal itu harganya jutaan.  Masa orang mau gratisan mbagiin ke siswa ? kalau itu dilakukan oleh sekolah untuk apa ? kan kelulusan dikembalikan kesekolah gimana sih ?  udah percaya diri sendiri  dan ibu ga rela kamu begitu “ panjang lebar aku ceramah kepadanya menjelang ujian.

Aku sendiri harus mengawas di SMK  hari itu juga . Yang aku ingat saat mengawas ,  SMK itu mempunyai siswa yang merupakan lulusan yang pertama mana mau mempertaruhkan nama sekolah diawal lulusan ?  ,  dan saat mengawas ,  kami pengawas setiap hari sibuk memberi  tahu kode soal yang terus berubah untuk setiap anaknya dikelas masing masing  yang kami awasi . Bagaimana bisa  bocor , wong mereka saja baru tahu hari itu juga saat ujian. Dan sekolah itu setelah selesai didepan kami para pengawas langsung menutup dengan sealtape  khusus yang artinya tidak perlu di GUSEK ( tau kan tim sukses tau banget ) dan kepseknya bilang percayakan kepada anak-anak sudah maksimal hasilnya toh kelulusan sekolah juga kembalinya , bahkan didepan pengawas LSM Independent dari kampus  Bekasi .

Berarti kebocoran itu dimana terjadinya , diluar pastinya , tapi bagaimana kodenya ? itu yang masih pusing sampai dengan hari ini aku berfikir kliyengan jadinya , nalarku ga nyampe  . Atau mungkin aku belum cukup umur he he menghibur diri . . .

Kembali ke diskusi tadi , orang tua tersebut bingung , kalau selama ini yang diumumkan nilai yang tertinggi itu  1 orang berarti memang pasti ada anak yang memang luar biasa. Tapi disekolah anaknya yang dapat nilai tertinggi hampir 10 itu rata-ratanya ada 10 orang disekolah itu dan begitu juga nilai anak-anak yang lain tidak ada yang dibawah 8 tapi diatas 8 dan 9 semua rata-rata. Itukan aneh luar biasa.

Belum lagi saat pengumuman SMPT Undangan yang diumumkan justru anak guru yang sehari-harinya rangking bontot dibanding anaknya yang setiap tahun pasti 3 besar disekolahnya. Sampai anaknya down karena dia sendiri tidak masuk. Bahkan teman-temannya yang jago olimpiadepun tidak ada yang masuk juga . Padahal aku tahu persis , anaknya sempat dimasukan ke suatu bimbel yang harganya cukup fantastis 21 juta ? wow . . .dan menjelang ujian 1 minggu dikarantina , walaaaaaah !! Tapi hasilnya mana ?????

Bicara soal SMPT undangan parahnya Rektor Solo sudah berkata bahwa yang dikirim hanya anak yang rata-rata 5 besar disekolahnya . Tapi disekolah anakku sendiri semua anak ditawarkan dengan harga formulir hampir 300 dari harga resmi sekitar 175 rb. Aku disitu sudah ga sreg dan mengatakan pada anakku sekolah cari duit  doing . Maklum berasa banget cari duit , dan pengeluaran jelang lulus lulusan ini lumayan besar juga . Padahal katanya SMA Favorit negri pula ,  Cape dech . Dan itu terjadi untuk  kampus terkenal  dan 5  kampus  favorit . Kebayangkan rupiahnya kalau yang mencoba ikut itu ada 150 orang  ? Begitu diumumkan  yang diterima hanya 10 orang ! walah , siapa yang bertanggung jawab ? sudah bikin PHP anak ? . Hiks ingat tetangga yang ibunya nangis nangis pinjam uang 300 ribu karena anaknya disuruh gurunya untuk mendaftar , padahal aku tahu persis , raportnya lumayan berantakan nilainya akibat sering membolos . Dan ibunya hanya tukang cuci laundry . . .ya Allah korban pendidikan !! dan hebatnya bisa kutebak tidak masuk pengumuman . Justru anakku yang masuk , tapi karena hanya D3 anakku tidak mau , dia memilih sekolah Vendor Internet terkenal yang memberinya beasiswa 100% hingga lulus sampai S-1 selesai .

Aku Cuma geleng-geleng kepala miris , wajah pendidikan Indonesiaku ?? dari mana harus dibenahi ? Siapa yang harus bertanggung jawab ? kepada siapa harus mengadu ? Hanya memandang rumput yang sama sekali tak bergoyang .

Inspirasi cerita diambil dari kenangan tahun 2012 saat mengantar sulungku lulus . . .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun