Matematika itu seperti mengurai benang kusut , jika kita berprasangka susah sejak awal , maka langkah mudahnya adalah menggunting pada bagian yang kusut atau membuangnya . Namun bila kita berprasangka mudah, walaupun matematika itu tidak mudah, paling tidak masih ada kemauan untuk mencoba dan belajar . Mau bersabar pada proses penyelesaiannya , ulet hingga soal terurai dan mulai menemukan titik jawabanya , disiplin pada langkah langkah secara konsep penyelesaiannya , Tangguh untuk terus mencari jalan / cara lain hingga selesai , Tuntas hingga tiba pada hasil jawabannya . Itu akan tercermin dalam menghadapi kehidupan sehari hari . Itu yang kurasakan dan kutemukan dalam perjalananku mengajar Matematika setelah sekian lama . Betul betul itu baru kurasakan mulai tahun 2004 hingga kini ,  setengah perjalananku mengajar matematika  . Setelah secara serius mendalami, menerapkan dan mengajar matematika . Apalagi bila ditunjang kemauannya untuk belajar dan menyukai  matematika dengan kesulitannya ! itu berarti  suka dengan sebuah tantang atau menghadapi tantangan . So sudahkah anak kita terbentuk pembiasaan seperti itu ?
Selain itu guru  dan latar belakang  matematika kita juga ternyata berpengaruh ! mengapa ?  contoh , bila di SD siswa menyukai matematika dan guru bisa membuat siswa menyukai matematika itu akan menjadi pondasinya untuk menyukai matematika hingga dewasa . Atau sebaliknya bila tidak suka atau mendapatkan guru yang tidak membuatnya bersemangat terhadap matematika , akhirnya yang terjadi adalah say no for mathematic forever .
Pengalamanku memegang matematika di SD selama 6 tahun betapa guru SD sebenarnya memegang peranan penting untuk siswa menyukai matematika . dan itu adalah kolaborasi antara guru kelas 1 dan 2 sebagai awalan . Dikelas 1 sebagai peralihan dari TK bila siswa sudah mau diajak asyiik berhitung akan memompa semangatnya dikelas 2 nya , dan perkalian di akhir kelas 2 ( untuk kurikulum KTSP ) yang betul betul kuat ,akan jadi bekal bagi pondasinya mengenal perkalian ke bawah dan pembagian porogapit . Dan peranan orang tua dirumah juga sangat menentukan . Bila orang tua mau bekerja sama dan meluangkan sedikit saja . saya yakin akan keberhasilan siswa disekolah . Namun terkadang tidak sedikit orang tua yang menyerahkan matematika siswa pada guru les atau guru disekolah . Padahal tidak semua guru mampu jika bekerja sendiri terlebih menghadapi sendiri siswa dikelas . Tidak seperti di luar negri sana yang gurunya 2 orang dikelas . Disini bisa 1 saja sudah bagus . . . apalagi di pelosok yang gurunya masih kurang
Pengalaman saya mengajar di kelas anak remaja sekarang betapa peranan dan latar belakang siswa belajar matematika di SD / SMP sebelumnya itu sangat berpengaruh . Kalau ada pondasi kuat penjumlahan pengurangan perkaliannya , inshaallah lebih mudah mengasahnya untuk lebih baik lagi . Walau tidak sedikit juga yang baru tertarik setelah saya mengajarkan betapa mudah memahami matematika jika ada kemauan tentu dengan kedisiplinan di awal .
Sebagian besar menganggap bahwa guru matematika itu killer , sebenarnya itu tergantung sudut pandang siswa . Jika itu dipandang sebagai galaknya guru dan tekanan dari kemalasannya diawal ya yang terjadi ketakutan demi ketakutan , Tapi kalau itu dianggap sebagai kedisiplinan inshaallah jadi semangatnya untuk lebih baik lagi . Saya ingat justru saya mulai tertarik pada matematika hingga membuat saya mau menjadi guru matematika adalah karena guru SMA saya diawal kelas 1 SMAÂ Â saya dianggap killer oleh teman teman saya , tetapi buat saya malah bagus . Kenapa , ketika masuk kelas yang biasanya gaduh dan ramai , mendadak hening dan semua menyimak . Sehingga keuntungan saya untuk bisa memahami karena kelas hening tanpa ditingkahi suara /kegaduhan . Bagusnya guru tersebut simple mengajarnya dengan contoh sehingga mudahlah saya untuk memahami . Memang tidak semua anak mampu seperti aku menemukan matematika . Tapi yakinlah nak , matematika itu asyiiik bagaimana kita mampu menyikapinya
So buat guru yuk terus berinovasi untu membuat siswa tertarik matematika , dan untuk siswa ayo mulai dengan kesadaran belajar . Jangan menunggu , dengan atau tanpa guru yakinlah kalian bisa . Karena saya yakin setiap anak itu pasti punya mutiara terpendam keberhasilan. Tinggal masalahnya , mau atau tidak ?. . .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H