Purwokerto, 22 Desember 2024 --- Dalam dunia musik Indonesia yang penuh dengan lagu-lagu populer, beberapa karya bermakna dalam sering kali luput dari sorotan publik. Salah satunya adalah "Sepatu" karya Tulus, sebuah lagu penuh metafora yang menjadi permata tersembunyi di antara repertoar musisi ini. Â
Dirilis sebagai bagian dari album 'Gajah' pada tahun 2014, "Sepatu" menggunakan analogi sepasang sepatu untuk menggambarkan dinamika hubungan manusia. Dengan lirik seperti "Kita sadar ingin bersama, tapi tak bisa apa-apa", Tulus menyampaikan kisah cinta yang indah sekaligus menyakitkan: dua individu yang saling melengkapi tetapi terpisahkan oleh batasan yang tidak dapat mereka atasi. Â
Meskipun memiliki pesan yang mendalam dan relevan bagi banyak orang, "Sepatu" tidak mendapatkan popularitas sebesar lagu-lagu hit Tulus lainnya, seperti "Monokrom" atau "Hati-Hati di Jalan." Padahal, aransemen musiknya yang minimalis memberikan ruang bagi liriknya untuk bersinar, menciptakan pengalaman mendengarkan yang emosional dan reflektif. Â
Salah satu alasan mengapa "Sepatu" tidak sepopuler karya lainnya mungkin terletak pada kekuatan metaforanya yang kompleks. Tidak semua pendengar dapat segera menangkap pesan yang tersembunyi di balik liriknya. "Lagu ini seperti puisi yang perlu direnungkan. Begitu maknanya terasa, sulit untuk tidak tersentuh," kata Rina, seorang penggemar Tulus, dalam sebuah diskusi daring. Â
Meski begitu, bagi mereka yang mendalami musik Tulus, "Sepatu" justru menjadi bukti kejeniusan sang penyanyi. Ia mampu mengemas pesan yang rumit tentang cinta dan keterbatasan dengan cara yang sederhana namun menyentuh. "Lagu ini menyadarkan kita bahwa tidak semua cinta berakhir dengan kebersamaan, dan itu adalah bagian dari realitas," ujar seorang kritikus musik. Â
Keistimewaan "Sepatu" di Antara Lagu-Lagu Tulus Â
Dibandingkan dengan lagu-lagu Tulus lainnya yang lebih eksplisit dalam pesan dan melodinya, "Sepatu" menuntut pendengarnya untuk lebih jeli dan terbuka terhadap interpretasi. Aransemen musiknya yang tenang didominasi oleh gitar dan piano menciptakan suasana intim, seolah-olah Tulus sedang bercerita langsung kepada pendengar. Â
Sebagai karya yang tidak hanya menghibur tetapi juga menggugah pikiran, "Sepatu" mengingatkan kita bahwa musik adalah media untuk memahami kehidupan dengan cara yang lebih dalam. Â
Jika kalian belum pernah mendengar lagu "Sepatu," mungkin sekarang adalah waktu yang tepat untuk mendengarkannya. Karena apa ? Karena lagu ini bukan hanya tentang cinta, tetapi juga tentang menerima kenyataan bahwa tidak semua yang kita inginkan dapat tercapai. Â
Seperti sepasang sepatu, kita mungkin berjalan berdampingan di jalan yang sama, tetapi tetap tak dapat benar-benar bersatu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H