Agar pesan moderasi dan toleransi beragama lebih efektif digemakan, penggunaan hastag menjadi salah satu strategi diseminasi. Ada beberapa hastag yang dilekatkan dengan moderasi dan toleransi. Anatara lain: #ModerasiBeragama (584); #IslamKaffah (455); #GenerasiMudaPimpinPerubahan (411); #SelamatkanGenerasidenganIslam (410); #IslamSelamatkanGenerasi (362); #BijakBermedsos (294); #KitaPancasila (294); #IndahnyaPersatuanDalamKeberagaman (290); #BNPTBentengiSekolah (213); #BangkitBersamaET (169); #FeminismeMerusakGenerasi (161);  #Opini (155); #KapitalisasiPemuda (149); #PahamiIslamKafah (147); #PotensiGenerasiDibajak (140); #BNPTGandengAlAzharMesir  (122); #GanjarPranowo (114); #Fokus (103); #SANTRIGAYENGNUSANTARA (96); #KolaborasiBNPTPesantren (95); #Moderasi     (94); PenjagaNKRI (91); #GanjarKita (87); #GusYasin (82); #SahabatGanjar (76); #PanglimaSGN (75); #ProfesionalWujudkanKeamanan (71); #Santri (66); #Tsaqafah (64); #PemudaMuslim (52); #PahamiIslamKaffah (50);    #papuaindonesia (47); #NU  (40); #anies        (31); #KemenagRI (17); dan lain sebagainya.
Hastag memberi sebuah data menarik tentang motif dan orientasi di balik penggunaan narasi moderasi beragama. Diantaranya adalah untuk menjelaskan agenda kerukunan beragama, infiltrasi ideologi, konter narasi, penegasan identitas sampai pembangunan opini dan citra di ruang publik digital.
Ada tiga influencer utama dalam pengarusutamaan moderasi beragama. Antara lain kementerian agama, NU Online dan beberapa lembaga di bawah kementerian agama seperti Bimas Islam, media seperti Muslimahnewscom, dan beberapa akun pribadi.
Selain dukungan, ada konter narasi (counternarrative) terhap moderasi beragama. Ada beberapa narasi yang disampaikan, pertama, moderasi beragama sebagai sekurelisasi Islam, akun Nisa Saadah (@saadah_nida) menarasikan bahwa moderasi beragama menjadi ancaman bagi pemuda muslim karena merupakan bagian dari sekulerisme ("Soelijah on Twitter" n.d.)
Kedua, moderasi beragama bagian dari strategi Barat terhadap Islam. Akun @anamuslimah000 beranggapan bahwa moderasi beragama memiliki dampak negative terhadap Islam dan potensi kebangkitan Islam. Ia menganggap bahwa moderasi beragama merupakan bagian dari inisiasi Barat ("EmakImut on Twitter" n.d.)
Ketiga, kritik terhadap komitmen kebangsaan. Akun @Uti65352912 menyatakan bahwa komitemen terhadap paham kebangsaan merupakan bagian dari ketundukan terhadap sekulerisme, yang memiliki dampak negative terhadap nasionalisme (Uti [@Uti65352912] 2022).
Ketiga konter narasi (counternarrative) menolak moderasi beragama memiliki kecendrungan. Pertama, narasi yang dibangun adalah menyatakan bahwa moderasi beragama merupakan produk barat, sekulerisasi dan meneguhkan konsep nasionalisme. Kedua, menggunakan hastag hastag yang sama, #GenerasiMudaPimpinPerubahan dan #SelamatkanGenerasidenganIslam.Â
Ketiga, beberapa menggunakan akun anonim, meskipun ada yang menggunakan akun real yang memungkinkan ditelusuri identitasnya. Keempat, akun memiliki jumlah follower terbatas, dua akun memiliki follower antara 1-10 follower (@Uti65352912 dan @anamuslimah000) yang baru dibuat di bulan Juni 2022, dan lainnya memiliki follower berjumlah 4,785 (@saadah_nida), bergabung di Twitter sejak Desember 2018.
Bagaimana jalan kedepan moderasi beragama di ruang digital? Ada beberapa hal yang mungkin perlu dikembangkan. Pertama, setelah moderasi beragama berhasil diperkuat di internal satker Kementerian Agama, diseminasinya secara massif di masyarakat perlu dilakukan dengan berkolaborasi dengan mitra strategis, baik dari elemen Kementrian/Lembaga lain, institusi pendidikan, pesantren, majlis taklim dan gerakan sosial.Â
Kedua, penguatan narasi di media sosial, melalui diseminasi konten moderasi beragama, baik dengan pendekatan yang persuasi maupun yang konter naratif. Ketiga, menyelenggarakan Training of Trainer untuk Duta Moderasi dari lintas bidang, profesi dan usia, yang bertujuan membantu konservasi pemahaman agama yang toleran dan melakukan transformasi pemahaman dan praktik keagaman konservatif menjadi moderat, baik dalam beragama, berdemokrasi dan berkebudayaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H