Komponen yang ditonjolkan dalam visual storytelling atau yang biasa disebut cerita visual dalam bahasa indonesia terdapat pada bagian visualnya yang mampu bercerita. Visual sendiri menurut kamus KBBI dapat diartikan dapat dilihat dengan indra penglihat (mata). Bentuk dari visual juga beragam, dapat berupa gambar, infografik, video dan masih banyak lagi.
Melalui sebuah jurnal Sari, dkk menjelaskan bahwa dalam visual storytelling gambar dipergunakan sebagai alat narasi yang biasanya memanfaatkan simbol yang membentuk stereotip. Dapat dikatakan bahwa visual storytelling merupakan informasi yang diproyeksikan ke dalam bingkai. Alan Male (2007:10) dan Tony Capputo memiliki pendapat yang sama mengenai visual stroytelling, bahwa visual storytelling adalah cara lain untuk memberi tahu informasi dan mendidik, serta memberikan hiburan dan cerita.Â
Namun, dalam visual storytelling yang disajikan bukanlah sekedar visual biasa. Visual yang disajikan dalam visual storytelling harus mampu menceritakan sesuatu. Visual merupakan gambaran yang digunakan untuk membantu pencerita membagikan apa yang ingin ia ungkapkan atau ceritakan kepada khalayak. Kekuatan dari visual adalah mampu menyampaikan konsep supaya lebih mudah dipahami.
Manfaat dan Fakta
Terdapat manfaat dari penggunaan media visual menurut Linda (2008), yaitu :
- Membantu untuk menjelaskan prosedur, visual mampu menjelaskan suatu proses dengan ataupun tanpa menggunakan teksÂ
- Membantu dalam belajar kosa kata, gambar/ikon dapat memberikan stimulus bagi seseorang dalam memahami sebuah pengertianÂ
- Membantu untuk mengorganisir data dalam rangka menemukan pemecahan masalah ; bagan, grafik dapat digunakan untuk menampilkan sebuah kesimpulan dataÂ
- Membantu dalam komunikasi lintas budaya
 Adapun beragam fakta dari pemanfaatan gambar visual dalam memberikan informasi. Sebuah perusahaan bernama PT Safety Sign Indonesia yang merupakan perusahaan penyedia produk dan jasa yang terkait kampanye Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup (K3LH), mulai dari perencanaan, pembuatan desain, produksi, hingga instalasi, dalam websitenya membeberkan mengenai fakta dari penggunaan visual.
Setidaknya, PT Safety Sign Indonesia mempublikasikan sepuluh fakta mengapa gambar visual dapat dimanfaatkan dalam memberikan informasi :
- Informasi dalam bentuk visual lebih banyak ditangkap oleh pikiran.
- Gambar visual diproses oleh memori jangka panjang sehingga lebih mudah diingat. (Sumber: The Power of Visual Communication)Â
- 50% otak digunakan khusus memproses gambar visual. (Sumber: Professor Mriganka Sur of MIT's Department of Brain and Cognitive Sciences)Â
- Perpaduaan antara gambar dan teks 65% lebih mudah diingat.Â
- 90% informasi ditransfer ke otak secara visual. Â (Sumber: 3M Corporation and Zabisco)Â
- Gambar visual lebih mudah diingat dengan presentase sebesar 84%. (Sumber: Picture Superiority Effect)Â
- Sebesar 83% manusia belajar semua hal secara visual atau menggunakan gambar.
- Sebanyak 40% orang lebih reponsif dalam memberikan tanggapan terhadap informasi dalam bentuk visual
- Orang-orang lebih banyak menghabiskan waktu berinternet dengan melihat video secara online.
- Penggunaan visual dalam presentasi dianggap 43% lebih efektif menggerakan khalayak. (Sumber: 3M)Â
Teknik dalam Visual Storytelling
Setelah melihat manfaat dan fakta riset tentang penggunaan visual dalam penyajian informasi dapat dilihat bahwa selain mempercantik tampilan informasi, informasi yang disampaikan juga akan lebih mengena bagi para khalayak dengan menggunakan pengemasan dalam bentuk visual. Kembali lagi ke pembahasan mengenai visual storytelling, dalam buku "Visual storytelling a brief practical guide", terdapat empat teknik yang dapat digunakan dalam storytelling, yaitu :
Pertama, Monomyth. Cara menceritakan dalam teknik ini strukturnya terinspirasi dari cerita-cerita mitologi, cerita rakyat dan agama. Dengan bentuknya yang menceritakan seperti siklus. Teknik ini berusaha membawa khalayak dalam sebuah perjalanan. Kemudian, menunjukkan manfaat dari mengambil risiko. Serta apa yang ditimbulkan setelahnya adalah sebagai sebuah pembelajaran yang dapat diambil untuk suatu kebijakan.
Kedua, teknik Gunung (the mountain). Teknik ini diibaratkan seperti gunung yang dari ujungnya berjalan menanjak kemudian setelah mencapai puncak harus turun. Hal ini sama halnya seperti  dalam sebuah cerita yang tak harus berakhir bahagia. Dengan teknik ini pencerita dibantu untuk menceritakan secara kronologis dan memetakan suatu peristiwa.  Kemudian menampilkan bagaimana sang aktor menghadapi tantangan.
Ketiga, Lingkaran Sarang (Nested Loops). Cara menceritakan dalam teknik ini adalah menggunakan metode berlapis dimana ada tiga lapis sebagai struktur ceritanya, yaitu dengan menempatkan cerita paling penting atau bisa juga akar masalah  di bagian inti atau paling tengah, kemudian lapisan selanjutnya menceritakan mengenai detail cerita dan cerita lebih lanjut dari inti cerita.  Â
Keempat, In Media Res. Dalam teknik ini dianjurkan untuk bagian pertama berisi cerita yang paling panas dalam narasi yang akan anda sampaikan. Dengan begitu khalayak akan merasakan seperti ditarik terlebih dahulu hingga akhirnya mereka bertahan hingga akhir cerita. Yang paling penting dalam teknik adalah memusatkan cerita pada momen atau bagian penting dalam cerita.
Setelah menengok pembahasan di atas dapat dilihat bahwa visual storytelling tampaknya dapat menjadi alternatif cara penyampaian pesan. Apalagi melihat fakta yang ada, visual tampaknya telah menjadi komoponen perangsang untuk menarik khalayak mencermati informasi. Sehingga ada baiknya bagi para informan memanfaatkan visual storytelling ini untuk media menyampaikan pesan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H