Fenomena citizen journalism dipercayai muncul sejak hadirnya internet. Internet mensaranai perkembangan jurnalisme warga. Tak dapat dipungkiri bahwa citizen journalism telah menjadi genre yang cukup populer di era digital saat ini, masyarakat dapat dengan mudah menyampaikan, menyebarkan dan mengkonsumsi/mengakses informasi.Â
Citizen journalism juga dapat disebut dengan participatory journalism, netizen, open source journalism dan grassroot journalism. Dalam jurnalisme warga negara ini masyarakat diposisikan sebagai objek dan juga subjek (Nurudin, 2009, hal. 215).
Istilah citizen journalism terdiri dari dua kata, yaitu citizen yang berarti "warga negara" dan journalism memiliki arti "jurnalisme". Jadi secara harafiah citizen journalism merupakan jurnalisme warga.Â
Maksud dari jurnalisme warga adalah kegiatan jurnalisme yang dilakukan oleh warga biasa yang tidak berprofesi sebagai jurnalis profesional ataupun berlatar belakang pendidikan jurnalistik/ilmu kewartawanan (Kusumaningati, 2013, hal. 5).
Tanpa adanya latar belakang pendidikan jurnalistik atau ilmu kewartawan membuat citizen journalism memiliki gaya penyampain mereka masing-masing tanpa mengikuti kaidah jurnalistik.Â
Curt Chandler menyatakan bahwa banyaknya warga yang ikut berkontribusi melaporkan peristiwa di citizen journalism karena adanya dorongan untuk berbagi apa yang dilihat dan diketahuinya dan keikut sertaanya adalah sekadar untuk menyebarkan informasi tanpa adanya motif lain dibelakangnya baik motif politik maupun motif ekonomi (Nasrullah, 2012, hal. 192).
Menurut Bentley dalam perbedaan jurnalis profesional dan citizen journalism dapat dilihat dari sisi redaksional dimana citizen journalism tidak memerlukan pekerjaan keredaksionalan, mereka hanya memerlukan topik atau sesuatu untuk dikatakan.Â
Mereka memberitakan sesuatu yang mungkin tidak terjamah oleh para jurnalis dari media besar yang hanya menyasar topik-topik besar. Sedangkan, berdasarakan pendapat Bowman dan Willis perbedaan tersebut dapat diamati dari citizen journalism yang secara aktif mendorong partisipasi aktif. Semenatara, organisasi media justru memperkuat kontrol melalui kemampuannya untuk membuat agenda setting, memilih partisipan dan moderasi komunikasi.
Kemunculan citizen journalism disinyalir dimulai sejak semakin mendunianya blog. Munculnya blogger yang merangkap peran menjadi citizen journalism menawarkan manfaat bagi jurnalis profesional.Â
Stuart Allan (2006) dalam Anindita menyebutkan pada kejadian bencana Tsunami Aceh tahun 2004 jurnalis dari The Washington Post menggunakan informasi dari warga sebagai bahan berita sebelum mereka mengirimkan jurnalis mereka.
Citizen journalism juga telah menjamah media tradisional. Salah satu peran warga yang pertama kali muncul di media penyiaran dapat kita lihat dari video amatir yang direkam oleh Cut Putri saat kejadian Tsunami Aceh tahun 2004.Â