Mohon tunggu...
Mischa Arifin
Mischa Arifin Mohon Tunggu... -

penulis tentang sepakbola dan fenomena-fenomena aneh dalam kehidupan sehari-hari yang patut diperbincangkan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Wejangan untuk Mahasiswa Baru

7 September 2012   06:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:49 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama, saya mengucapkan selamat datang di Yogyakarta kepada semua mahasiswa baru yang akan melanjutkan studinya di kota ini. Kota yang memang dianggap sebagai kota pendidikan dan kebudayaan. Saya berharap niatan awal yang tulus untuk menuntut ilmu tidak akan luntur hingga pada waktunya kelulusan tiba.

Setiap tahun, lebih dari 6000 mahasiswa baru dari seluruh penjuru Indonesia datang menuju Yogyakarta. Jumlah ribuan itu tersebar ke sejumlah Universitas Negeri dan Swasta di daerah ini. Harapan besar dari para orang tua-pun digantungkan kepada mereka agar menjadi agen perubahan bagi bangsa dan negara atau setidaknya menjadi perubah nasib keluarga mereka.

Namun sayang, tak semua mahasiswa itu mampu memenuhi harapan orang tua mereka. Penyebabnya mungkin satu: jauh dari orang tua membuat mereka merasa bebas, dan kebebasan inilah yang sering kali disalahartikan untuk berbuat kemaksiatan. Jauh di luar tuntunan agama dan moral.

Mahasiswa umumnya tinggal di kos-kosan atau kontrakan yang cenderung memang bebas. Terlebih jika kos-kosan itu adalah kos-kosan putra. Tak ada batasan siapa yang yang boleh berkunjung ke situ, perempuan yang bukan muhrimnya pun boleh berkunjung. Bahkan jika tempat tinggal itu adalah merupakan rumah kontrakan-biasanya induk semangnya tidak berada di lokasi itu- maka kebebasan itu menjadi lebih besar, perempuan yang bukan muhrim-pun tak jarang terlihat di lokasi tersebut hingga larut malam, bahkan bisa menginap.

Faktor diataslah yang membuat semakin banyaknya praktek perzinahan di kota pelajar ini. Semakin lama fenomena perzinahan ini semakin lazim ditemukan. Ini tak lain juga karena semakin banyaknya hal yang mendukung praktek tersebut. Salah satunya adalah penjualan kondom secara bebas di beberapa swalayan, memang penjualan kondom ini dimaksudkan untuk mengurangi kehamilan yang tidak dikehendaki untuk mengurangi angka aborsi dan penularan HIV. Namun apakah jika dua hal tersebut dapat dihindari seketika itu juga praktek perzinahan dapat dibenarkan? Tentu tidak.

Hal lain yang mendukung fenomena ini adalah semakin banyaknya kaum muda yang menganggap bahwa “pacaran” adalah sesuatu hal yang dibenarkan oleh agama. Banyak dari mereka yang menganggap selama gaya pacaran mereka tidak melanggar tuntutan agama (menurut mereka), hal itu sah-sah saja. Tapi tentu hal ini tidak benar. Esensi pacaran itu sendiri sesungguhnya saja sudah dilarang agama, bagaimana mungkin pacaran itu dibolehkan agama?

Sekarang mari kita renungkan, apakah ada orang yang pacaran kemudian tidak pernah pegangan tangan, berkunjung ke kos pacarnya atau mungkin yang paling minimum: berboncengan motor. Mungkin tiga hal diatas adalah tiga hal paling minimum yang dilakukan orang yang pacaran. Dan banyak yang menganggap bahwa hal itu tidak melanggar koridor agama. Namun, coba tanyakan pada seorang alim ulama tentang hukum melakukan hal diatas, tentu mereka tidak akan membenarkannya.

Sementara lazimnya perbuatan orang yang pacaran tentu lebih dari itu.Padahal agama Islam sangat melarang perbuatan zina, apapun motifnya, bagaimanapun dan apapun modus operandinya.

Kemungkinan degradasi perilaku seorang mahasiswa tahun pertama dilingkungan barunya tidak hanya berkutat pada masalah perzinahan. Masalah yang sebetulnya lebih besar tapi dianggap sepele adalah masalah sholat. Banyak mahasiswa yang setelah hidup sendiri, jauh dari orang tua melupakan kewajiban utamanya sebagai seorang muslim. Ini adalah kompensasi dari hidup di kos yang segalanya harus dilakukan dengan kesadaran sendiri. Tak mungkin jika anda tinggal di kos kemudian anda mengharapkan pak kos akan mengingatkan anda untuk mengerjakan sholat. Sangat tidak mungkin.

Jika anda yang membaca tulisan ini adalah seorang mahasiswa lama, jawablah dengan jujur pertanyaan saya ini: berapa kali anda datang ke masjid untuk melaksanakan sholat berjamaah dalam sehari? Saya yakin kebanyakan dari anda akan menjawab, “saya sholat di kos”. Bahkan mungkin ada beberapa dari anda yang menjawab: “saya tidak sholat”.

Padahal sholat adalah tiang agama kita. Jika kita tidak sholat yang merupakan sarana kita menyembah kepada tuhan kita. Masih pantaskah kita sebagai orang yang beragama?

Mungkin hanya dua hal itu yang akan saya wanti-wanti kapada setiap mahasiswa baru yang kini akan memasuki tahap baru kehidupan mereka. Kepada mahasiswa lama yang telah terlanjur melakukan dua hal diatas, tak ada salahnya untuk segera bertaubat, pumpung azab dari-Nya belum turun. Ingatlah tujuan kita sebenarnya merantau jauh-jauh ke kota ini, ingatlah tujuan orang tua kita membanting tulang setiap hari demi mengirimkan uang saku setiap bulan kepada kita disini, ingatlah…ingatlah…

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun