Misbualabdillah17 Kompasiana.com- Setelah berlari di kejar waktu yang salaLu mengudara dalam ingatan, dan seutas sepanjang jalan di ingatan terus ku berjalan tampa arah, ada diman mana umat manusia dengan segala kesibukannya, di perhatikan di dalam pandangan. sama! apa beda nya dengan ku sendiri. menikmati fase yang ada adalah suatu kemajemukan sendiri. rantai rantai lah ingatan yang bermain. setelah pulang dari mengadu nasip di jalan, dalam tangisan hujan yang berjalan. terenguh buah fikiran indah laranya yang juga tak kesampain.Pagi ku terlari di hujan mendung
berjalan dengan tertatih di lamun hari
ada rasa indah menepi di jalan kota
terfase di hembusan angain lara hati
ada keindahan yang tak tersiratkan
kejar kejar emosi diri
jauh jauh menepi kalam
Ketenangan itu tidak ada artinya
di malam ini pun berlari secepat munkin
akan nestaspa dunia di makan hujan
hujan malam tak beraturan
kesangsian hidup mungkin terlupakan
tubuh dingin di makan hujan
kurus kering dingin kami berjalan
demi hampan tampa disangsikan
Menembus pekat malam dengan keadan perut kosong, berjalan tampa arah di lintas kota yang berbeda, kami lah pejuang jalanan hidup dan keluarga, tampa ada risau sedikit pun, kami tetap berjalan dengan tangisan tak berujung, biarlah kesangsian  ini akan memompa kami tetap berjalan jalan, diruas kota tampa impian. dalam kelam malam, malam yang dingin di jalan malam, hujan yang berkepanjangan angan datang di lamun hari kemalangan siang tak datang@abdi_cakrawala
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H