Misbulabdillah17 Kompasiana.com- Dimalam kedua masih mengulirkan dengan sejuta aksara baru, dengan dingin malam yang baru di tepis sudah mulai ku hilangkan. lampu yang mulai redup tidak akan menjadi penghalang baru di kemukakan, dan rasa ini masih bergetar jika terus di bermainkan satu persatu. dari awal pertama di tuliskan di episode 1, setidaknya perlahan lahan, mendapat tempat. dalam beberapa jam sudah di share kan di twitter sebanyak 3o kali dan di share di facebook sebanyak 58 kali, setidaknya berbagi informasi ke teman lainya juga, beguitu semangat dan aku nya pun gembira, pertama kali. lalu di share kan dengan rekan rekan, sudah mendapat positif. jadi aku pun berlansung menulis kan nya kembali, di mana ada rasa kehampan yang bermain di jari ini. jika ide itu tidak muncul. dan fazzira Zivanka Assiyiriah ku di mana dirimu. dari perjuangan kisah novel ini saja sudah berat, belum selesai ku merangkum nya menjadi untai kata-kata yang merona.Kembali dala menulisakan ini, nyamuk mengigit ku perlahan lahan. taktis lelah mata ini terus saja berjalan di pagi yang belum datang azan subuh, masih pagi buta yang dingin dan di katakan, semua warga sudah tidur. tapi ku tidak, membaca dan menelah kembali,tulisan lama lagi, "tak hayal mata ini berbinar kata kata cinta hadir di pelupuk mata, tak ada yang menyangsikan, jika kalimat romantis terbuai dalam ratusan kalimat baru" mana kala, disini ada rindu yang meleraikan di kisah nya, juga tentang garis manis nya pantai selat malaka, dan bagian dari beberapa pulau di kepulauan Riau, dan Pesisir Sumatera. dalam hati, ku ingin kembali menginjakkan kaki ini di pantai timurnya pulau Sumatera tidak terkenal munkin tapi itu telah menyimpan kisah orang orang tua dulu, yang menyimpan misteri dan pemakaman yang terabaikan di setiap sisinya. di pelabuhan itu terdapat kisah yang mengenangkan, perpindahan warga dari satu pulau dan pulau, banyak menyimpan kisah duka, terngelam atau masih tersisa disitu tersimpan rapi dalam naskah lama, juga nisan lama yang terkubur rapi-rapi. tergoreskan juga dalam riset ku sendiri mengenai keadaan pulau dan pelabuhan lama, jika sore di sana akan tengelam. dan nama tempat akan ku rahasiakan sebagai naskah untuk daya tarik tersendiri, yang akan mengetarkan dan hidup di sepanjang hari.
Pelabuhan lama ku bermain
di kejar sore di riang hari tak terkira
sungai dan laut bersatu
buai angin gelombang terlena
aku di hembus angin yang dingin
keheninggan senja tampa nama
larian jiwa di ujung tirai tali kapal
ada di lilitannya kaki ini
tersandingkan dengan kain lama
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!