Rumah rumah tua, dengan kayu lama itu terdiam, dan di jadikan menjadi haru biru di pandangan, kelapa tinggi ratusan tahun juga menjadi saksi bisu ini tempat, di garis-garis pelabuhan itu mengudara, berlarai dengan segumpalan tangan yang riang, aku berada di negeri lama di kala ada kesempatan datang, " burung burung bangau pun terbang di langit menjelang sore, dan ku pun teriakan se kencang munkin, di mana engkau Fazzira Zivanka Assiyiriah" berputar di lingkaran yang sama, tertunduk letih dan hanya diam membisu kembali, menungu pulang bisa menjadi sandaran hati ini menjadi ketenangan batin ini. Bermusim nya hari esok, jika ku larikan dengan kesedihaan jiwa, tak ada yang bisa menolong bukan.
Diri ini melarikan ke dalam angan angan
kembali di ujung lampiasan
muara dan ombak menjadi satu
di tepis gurauan senja dengan alam
tenang tenang dan larikan angan
hayalan di semesta di buai kata kata indah
Tampa di sadari di depan ada secercah harapan baru mungkin di akan ku tindakan nyata. dengan pena ini masih bergetar terus dan bergetar sendiri, hebat ya Fazzira Zivanka' walau tidak nyata di hidup ini, lari dan kalimat ini masih tersanjung di kala malam sudah berjalan, ini sendiri karena dirimu yang menjadi ambisi tulis menulis.
Wahai pagi menuju senja, malam juga di tantikan... apa yang terjadi kedepan, jika ku sendiri masih berteriak di kelam malam, kenapa! kenapa! keyakinan masih ini kuat, dan larikan lah ku di dunian nyata, bukan hayalan di sudut ruang di rantai kedepan. hayalan di rumuskan dengan aksara lama di ujung tangan, di jauh kan kembali dari catatan awal, puncak yang tinggi di depan kami akan kejar, dengan perancangan materi lengkap. begitu juga hidup ini, dan pastinnya segaris dua garis novel akan tetap berjalan, Fazzira Zivanka Assiyiriah, tunggu aku menengelamkan kan hari ku bersamamu di lamunan tulisan sendiri. Bersambung...
Nb. Bagian ke 2 dari tulisan, tentang perjalanan Novel Fazzira Zivanka Assiyiriah. karya Misbul abdillah. dan nantikan lagi ya...
@abdi_cakrawala