Mohon tunggu...
Misbah Zainal Mustofa
Misbah Zainal Mustofa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang penulis sekaligus mahasiswa salah satu Universitas Islam ternama di jepara

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Relevansi Ajaran Stoikisme dengan Paradigma Tasawuf Islam dalam Penanganan Penyakit Mental Generasi Z

23 Oktober 2023   02:43 Diperbarui: 23 Oktober 2023   02:45 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
goodnewsfromindonesia.id

Akan ada hal-hal atau keadaan dalam hidup yang memang sama sekali tidak dapat kita ubah, dan cara terbaik menghadapinya adalah dengan menerima keadaan tersebut. Dunia di sekitar kita adalah dunia yang sebagaimana mestinya. Peristiwa yang sudah terjadi berjalan sebagaimana takdirnya menurut logos semesta dan takdir tempatnya berada di luar kendali kita. Maka yang harus kita lakukan adalah menerimanya.

Takdir adalah suatu yang sangat ghoib, sehingga kita tak mampu mengetahui takdir kita sedikitpun. Yang dapat kita lakukan hanya berusaha, bahkan berusaha merupakan kewajiban dari Allah. Tugas kita hanyalah senantiasa berusaha, biar Allah yang menentukan hasilnya», itulah kalimat yang sepertinya sudah tidak asing lagi di telinga kita, yang mengisyaratkan betapa pentingnya mengusahakan qadha’ untuk selanjutnya menemui qadarnya. Hukum yang ditetapkan berdasarkan pada ketentuan, ukuran, potensi, daya, dan batasan yang terdapat pada sesuatu yang ditetapkan hukumnya.

Takdir juga dapat dibagi menjadi dua hal yang saling berlawanan, yaitu tetap dan berubah . Allah mengetahui apa yang akan terjadi dan apa yang telah terjadi. Kehendak Allah ini bersifat umum, tidak ada sesuatu pun di langit maupun di bumi yang terjadi selain dengan irodat atau kehendak Allah SWT. Maka tidak ada dalam kekuasaannya yang tidak diinginkannya selamanya.

Baik yang berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh Allah atau makhluknya. Kesadaran yang penuh terhadap fakta tersebut ternyata mampu memberikan kekuatan dan ketenangan pada manusia. Kebanyakan orang pikirannya menderita dikarenakan penyesalan akan sesuatu yang terjadi di masa lalu, dan dalam bentuk kekhawatiran akan masa depan yang belum terjadi. Hidup adalah sepenuhnya Rahmat, karena sesungguhnya tidak ada seorang pun dari kita yang layak untuk diberi kehidupan.

Yang artinya hari ini aku, besok kamu. Menariknya adalah, jika stoikisme hanya bersandar pada kekuatan akal saja, yang sifat aslinya sangat rentan terhadap subjektifitas dan logical fallacy, maka Islam menambahkan satu cara lagi sebagai pelengkap, yakni dengan dzikrullah atau mengingat Allah. Dengan zikir yang benar hati menjadi tenang, terhindar dari berbagai penyakit hati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun