Jika kita ragu apakah sarung terkena percikan air najis atau tidak, keraguan tersebut tidak bisa menggusur keyakinan kita yang sejak awal mengatakan bahwa sarung itu suci.Â
Kaidah ushul fiqih inilah yang menjadi salah satu faktor yang membuat keyakinan saya tetap berdiri kokoh di atas perubahan Indonesia ke arah kemajuan yang adil manusianya dan makmur buminya.Â
Meskipun keyakinan saya ini mungkin nantinya secara acak akan sering terbentur dengan banyak sekali percikan-percikan keraguan dan kesalahfahaman terhadap Indonesia. Â
Misal fakta bahwa Indonesia masih jauh dari kepemilikan kolektif akan para pemimpin yang bisa mengakomodasi seluruh kebutuhan Indonesia untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrahnya menjadi garda terdepan dalam memotori lokomotif peradaban dunia, kenyataan tersebut tidak akan menggusur hakikat makna bahwa suatu saat nanti Indonesia akan sampai pada kesejatiannya yang luhur dan maju seperti sedia kala. Â
Silahkan sodorkan segudang keraguan tengtang Indonesia kepada saya, maka akan saya sulap dengan mudah menjadi batu-batu pondasi keyakinan yang kokoh.Â
Kenyataan bahwa saya sering sekali secara tidak sengaja membaca dan mendengar sebuah literatur yang berbunyi "Tinggalkanlah apa-apa yang meragukanmu dan beralihlah pada apa-apa yang meyakinkanmu" yang membuat saya berpikir dua kali untuk meragukan Inonesia yang sejak awal saya yakini. Ditambah Mana berani saya tidak mematuhi dauh Kanjeng Nabi Muhammad SAW yang bergelar Asshodiqul Amiin itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H