gajiku datang seperti hujan pertama di awal bulan
jatuh deras ke dalam genggaman
lalu mengalir begitu saja
membasahi kemeja baru, secangkir kopi mahal,
dan sepatu yang kuyakini akan membawaku ke tempat lebih baik
aku tidak pernah suka menyimpan hujan
biarkan ia jatuh, biarkan ia lenyap
karena apa gunanya menunggu kemarau
jika masih ada angin yang bersedia membawaku terbang?
tapi lihatlah, di akhir bulan
jalan-jalan kering, dompet pun retak
aku menghitung detik seperti menunggu gerimis
tapi tak ada yang turun, tak ada yang tersisa
maka aku mengetuk pintu-pintu
meminta setetes utang dari langit orang lain
mereka memberiku rintik-rintik janji
dan aku pun pasrah, kuyup dalam angka-angka yang membebat leher
di akhir bulan, hujan tak lagi ramah
ia menjadi genangan yang menahan langkah
dan aku, sekali lagi, menunggu awal bulan
agar bisa lupa, agar bisa mengulang
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI