Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Hujan di Akhir Bulan

2 Februari 2025   18:00 Diperbarui: 2 Februari 2025   10:02 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi hujan (sumber:freepik/rawpixel.com)

gajiku datang seperti hujan pertama di awal bulan
jatuh deras ke dalam genggaman
lalu mengalir begitu saja
membasahi kemeja baru, secangkir kopi mahal,
dan sepatu yang kuyakini akan membawaku ke tempat lebih baik

aku tidak pernah suka menyimpan hujan
biarkan ia jatuh, biarkan ia lenyap
karena apa gunanya menunggu kemarau
jika masih ada angin yang bersedia membawaku terbang?

tapi lihatlah, di akhir bulan
jalan-jalan kering, dompet pun retak
aku menghitung detik seperti menunggu gerimis
tapi tak ada yang turun, tak ada yang tersisa

maka aku mengetuk pintu-pintu
meminta setetes utang dari langit orang lain
mereka memberiku rintik-rintik janji
dan aku pun pasrah, kuyup dalam angka-angka yang membebat leher

di akhir bulan, hujan tak lagi ramah
ia menjadi genangan yang menahan langkah
dan aku, sekali lagi, menunggu awal bulan
agar bisa lupa, agar bisa mengulang

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Baca juga: Puisi: Etalase Kaca

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun