Di antara percakapan yang tak tergesa,
kita saling menunggu,
bukan dalam keheningan,
tapi dalam kata-kata yang perlahan tumbuh
seperti embun yang tak pernah berteriak
menjemput pagi.
Kamu,
bukan peta yang harus segera kubaca,
melainkan jalan setapak,
yang aku pijak hati-hati,
menikmati detik demi detik
dengan langkah yang tak saling mendahului.
Kita adalah angin di sore hari,
yang tak pernah memaksa daun jatuh
atau awan menepi lebih awal.
Dalam kebersamaan yang sederhana,
aku tak ingin bertanya
apakah ini awal atau akhir,
karena di sini,
yang ada hanya tengah---
tempat semuanya bermula dan bertahan.
Kita adalah cerita tanpa garis bawah,
tak buru-buru dijuduli cinta.
Kita adalah lampu kecil di malam sepi,
cahayanya redup, tapi cukup
untuk menunjukkan jalan
tanpa harus membuat malam kehilangan gelapnya.
Jika cinta harus berlari,
biarlah kita berjalan.
Jika rindu harus segera terucap,
biarlah kita menyimpannya perlahan
seperti hujan yang menanti
waktu terbaik untuk jatuh.
Dan ketika saat itu tiba,
aku tahu,
bukan karena kita telah sampai,
tapi karena kita tak pernah lelah
membaca satu sama lain
dalam cerita yang tumbuh
di tiap perjalanan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H