Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Freelancer - Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kebijakan 4 Hari Kerja Seminggu, Strategi Tokyo Hadapi Krisis Populasi

18 Desember 2024   06:00 Diperbarui: 17 Desember 2024   12:41 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi balance your life (sumber:freepik/rawpixel.com)

Jepang tengah menghadapi krisis populasi yang semakin mengkhawatirkan. Dua masalah utama yang muncul adalah menurunnya angka kelahiran dan populasi yang menua. 

Kondisi ini menekan ekonomi dan stabilitas sosial negara. Berbagai upaya telah dilakukan, namun angka kelahiran tetap berada di titik rendah.

Sebagai solusi, Pemerintah Metropolitan Tokyo mengumumkan kebijakan empat hari kerja seminggu bagi pegawai pemerintah. 

Kebijakan ini akan diterapkan mulai April 2025 dan diharapkan mampu mendukung orang tua yang bekerja, khususnya perempuan, dalam menyeimbangkan karier dan kehidupan keluarga.

Gubernur Tokyo, Yuriko Koike, menegaskan bahwa fleksibilitas dalam pekerjaan adalah kunci untuk menghadapi masalah ini. 

Namun, apakah kebijakan ini benar-benar bisa menjadi solusi bagi krisis populasi? Mari kita telusuri lebih dalam.

Mengapa Jepang Hadapi Krisis Populasi?

1. Angka Kelahiran yang Terus Menurun

Saat ini, angka kelahiran di Jepang hanya berada di angka 1,2, jauh di bawah angka ideal 2,1 yang dibutuhkan untuk menjaga stabilitas populasi. 

Di Tokyo, kondisinya lebih buruk dengan angka hanya 0,99. Artinya, satu pasangan rata-rata memiliki kurang dari satu anak.

Ada banyak faktor yang menyebabkan rendahnya angka kelahiran ini:

  • Tekanan Karier dan Budaya Kerja Keras: Budaya kerja Jepang yang dikenal "workaholic" menyulitkan orang tua untuk memiliki waktu bersama keluarga.
  • Beban Perempuan yang Berlipat Ganda: Selain bekerja, perempuan sering kali menanggung sebagian besar pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak.
  • Tingginya Biaya Hidup dan Pendidikan: Biaya membesarkan anak di kota-kota besar, seperti Tokyo, sangat mahal. Banyak pasangan memilih menunda memiliki anak atau tidak memilikinya sama sekali.
  • Penurunan Minat Menikah: Generasi muda Jepang cenderung fokus pada karier dan kehidupan pribadi, sehingga angka pernikahan pun menurun.

2. Populasi Lansia yang Meningkat

Di sisi lain, populasi lansia terus meningkat. Sekitar 28% dari populasi Jepang berusia di atas 65 tahun. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan demografi yang memengaruhi:

  • Penurunan Tenaga Kerja Produktif: Semakin sedikit generasi muda yang memasuki dunia kerja.
  • Beban Ekonomi: Biaya kesehatan dan perawatan lansia meningkat, sementara pendapatan pajak menurun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun